Hal yang disesalkan ialah ia dieksekusi tanpa pengadilan yang layak. Sebagai rakyat Romania, ia mengakui kalau hal itu cukup memalukan.
Romania… pertama mendengar tentang negara Romania, adalah ketika saya TK. Yang saya dengar saat itu bukanlah tentang alamnya yang cantik atau budayanya yang menarik, ataupun tentang drakula.
Yang saya dengar adalah tentang revolusi, yang mana rakyat Romania mengeksekusi Presiden dan Ibu negaranya sendiri di hari Natal. Ya.. saat itu saya memang masih TK, tapi Mamah saya sering bercerita tentang apa yang sedang dibahas di majalah Tempo.
Karena itulah, dalam benak saya, Romania adalah negeri yang menakutkan. Sebagai anak kecil, ada yang mengganggu pikiran saya, meskipun dari saat itupun saya tahu kalau Ceaușescu, presiden yang dibunuh itu jahat terhadap rakyatnya. Dari kecil dulu, sering diberi tahu tentang betapa tidak enaknya hidup di negara komunis. Tapi tetap saja, ada perasaan yang mengganjal, yang baru terjawab beberapa minggu lalu, sebelum saya mengunjungi Romania.
Salah satu legacy dari Ceaușescu adalah kota Bucharest yang megah, dengan bangunan Palatul Parlamentului (Istana parlemen) sebagai icon kota. Bangunan ini ialah bangunan institusi pemerintahan terluas kedua setelah Pentagon, juga bangunan paling berat, material bangunannya banyak menggunakan marmer asli.
Untuk itu, sebagai seorang arsitek, saya wajib mengunjungi bangunan ini. Yang menarik, arsitek dari Palatul Parlamentului ini adalah seorang arsitek wanita, Anca Petrescu, yang saat itu baru berusia di bawah 30 tahun, namun sudah mendapatkan kepercayaan dari Ceaușescu.
Tour guide yang ada menjelaskan bangunan ini dan karakter Ceaușescu dengan sangat menarik. Visi dari Ceaușescu sendiri ialah untuk menunjukkan betapa agungnya bangsa Romania. Ia punya impian menjadikan Romania sebagai super power Dunia melalui pembangunan besar – besaran kota Bucharest, yang sebelumnya hancur akibat gempa.
Yang menjadi inspirasi adalah kota Pyongyang dan penerapan ideologi Juche. Meskipun Ceaușescu sendiri bukanlah jenius matematika, namun ia ingin bangunan dan kota Bucharest didesain dengan perhitungan matematika dan bentuk – bentuk geometris yang rumit namun sempurna.
Bangunan didominasi warna kuning gading dan karpet warna Pink untuk menunjukkan netralitas di masa perang dingin. Desain interior mewakili semua provinsi Romania. Material bangunan pun semua berasal dari berbagai daerah Romania. Banyak elemen emas 24 karat di setiap ruangan yang ada.
Sayangnya, kemegahan ini harus dibayar mahal oleh rakyat Romania. Saat itu ekonomi negara tidak mampu membiayai pembangunan besar – besaran ini. Kebutuhan hidup rakyat dijatah demi uang negara bisa digunakan untuk pembangunan. Puluhan ribu rakyat Bucharest juga harus terusir dan melihat rumahnya dihancurkan demi proyek ini. Belum terhitung pekerja – pekerja “sukarela”yang meninggal dalam proses pembangunannya.
Ceaușescu memang berkata bahwa proyek ini untuk menunjukkan keagungan bangsa Romania, namun ia sendiri memandang dirinya sebagai raja Romania, dan bangunan ini adalah istananya. Tidaklah mengherankan bila rakyat Romania, memendam kejengkelan ketika tahu Ceaușescu tinggal di istana, sementara mereka terusir.
Namun apakah sebagai kepala negara, Ceaușescu sepenuhnya jahat? Ya tidak juga. Di awal – awal pemerintahannya, ia berhasil menaikkan taraf hidup rakyat Romania. Ia berkuasa sejak tahun 1967 (secara resmi). Dia tidak terlihat sebagai boneka Uni Soviet yang tunduk pada semua arahan Moscow.
Ceaușescu berperan dalam mengupayakan hubungan diplomatik antara Amerika Serikat dan RRC. Namun yang menonjol adalah perannya dalam upaya mendamaikan Israel dan Palestina (termasuk kunjungan Presiden Mesir, Sadat ke Israel).
Pada akhirnya tour guide saya juga mengakui, terlepas dari segala kontroversinya, Ceaușescu adalah seorang manusia yang mampu mewujudkan mimpi – mimpinya. Meskipun ia tidak sempat melihat kemegahan proyek impiannya ketika selesai.
Memang menjadi ironis, ketika bangunan yang dibangun seorang diktator, justru sekarang berfungsi sebagai istana parlemen / istana demokrasi rakyat. Uni Eropa dan NATO sering mengadakan acara – acara di istana ini.
Balkon luar biasa megah, dimana dari situ bisa terlihat boulevard terbesar dan terpanjang di dunia, beserta rangkaian air mancurnya yang luar biasa justru pertama kali dipakai oleh Michael Jackson untuk menyapa rakyat Romania.
Dekorasi istana yang dibangun oleh diktator atheist ini juga dihiasi oleh poster mengenai Yesus, Poster ini sengaja dipasang oleh rakyat Romania.
Barangkali, yang tidak disukai rakyat Romania adalah kultus individu dari Ceaușescu dan korupsi keluarganya, yang mana, semakin lama ia berkuasa makin menjadi – jadi. Ia juga represif dan memaksakan impiannya ketika keuangan negara tidak siap. Rakyat dipaksa mengencangkan ikat pinggang demi ambisi Ceaușescu. Harapan saya, Indonesia juga memetik pelajaran dari hal ini, untuk tidak mengulangi kesalahan Romania, mengingat kita juga sedang punya proyek maha besar mengenai ibu kota negara.
Kebetulan di traineeship ini, di Agency tempat saya bekerja, ada cukup banyak kolega berkebangsaan Romania. Termasuk supervisor saya langsung. Saya juga punya rekan trainee yang cukup dekat dengan saya bernama Maria. Kami ngobrol – ngobrol mengenai Ceaușescu.
Maria mengakui kalau Ceaușescu adalah diktator. Tapi hal yang disesalkan ialah ia dieksekusi tanpa pengadilan yang layak. Sebagai rakyat Romania, ia mengakui kalau hal itu cukup memalukan.
Ya! Akhirnya saya menemukan hal yang mengganjal di hati saya sejak kecil dulu. Saya setuju dengan teman saya, Maria mengenai hal ini.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews