Palatul Parlamentului Bucharest

Hal yang disesalkan ialah ia dieksekusi tanpa pengadilan yang layak. Sebagai rakyat Romania, ia mengakui kalau hal itu cukup memalukan.

Senin, 29 Mei 2023 | 06:14 WIB
0
180
Palatul Parlamentului Bucharest
Bangunan antik di Bucharest (Foto: dok. Pribadi)

Romania… pertama mendengar tentang negara Romania, adalah ketika saya TK. Yang saya dengar saat itu bukanlah tentang alamnya yang cantik atau budayanya yang menarik, ataupun tentang drakula.

Yang saya dengar adalah tentang revolusi, yang mana rakyat Romania mengeksekusi Presiden dan Ibu negaranya sendiri di hari Natal. Ya.. saat itu saya memang masih TK, tapi Mamah saya sering bercerita tentang apa yang sedang dibahas di majalah Tempo. 

Karena itulah, dalam benak saya, Romania adalah negeri yang menakutkan. Sebagai anak kecil, ada yang mengganggu pikiran saya, meskipun dari saat itupun saya tahu kalau Ceaușescu, presiden yang dibunuh itu jahat terhadap rakyatnya. Dari kecil dulu, sering diberi tahu tentang betapa tidak enaknya hidup di negara komunis. Tapi tetap saja, ada perasaan yang mengganjal, yang baru terjawab beberapa minggu lalu, sebelum saya mengunjungi Romania. 

Salah satu legacy dari Ceaușescu adalah kota Bucharest yang megah, dengan bangunan Palatul Parlamentului (Istana parlemen) sebagai icon kota. Bangunan ini ialah bangunan institusi pemerintahan terluas kedua setelah Pentagon, juga bangunan paling berat, material bangunannya banyak menggunakan marmer asli.

Untuk itu, sebagai seorang arsitek, saya wajib mengunjungi bangunan ini. Yang menarik, arsitek dari Palatul Parlamentului ini adalah seorang arsitek wanita, Anca Petrescu, yang saat itu baru berusia di bawah 30 tahun, namun sudah mendapatkan kepercayaan dari Ceaușescu.

Tour guide yang ada menjelaskan bangunan ini dan karakter Ceaușescu dengan sangat menarik. Visi dari Ceaușescu sendiri ialah untuk menunjukkan betapa agungnya bangsa Romania. Ia punya impian menjadikan Romania sebagai super power Dunia melalui pembangunan besar – besaran kota Bucharest, yang sebelumnya hancur akibat gempa.

Yang menjadi inspirasi adalah kota Pyongyang dan penerapan ideologi Juche. Meskipun Ceaușescu sendiri bukanlah jenius matematika, namun ia ingin bangunan dan kota Bucharest didesain dengan perhitungan matematika dan bentuk – bentuk geometris yang rumit namun sempurna.

Bangunan didominasi warna kuning gading dan karpet warna Pink untuk menunjukkan netralitas di masa perang dingin. Desain interior mewakili semua provinsi Romania. Material bangunan pun semua berasal dari berbagai daerah Romania. Banyak elemen emas 24 karat di setiap ruangan yang ada. 

Sayangnya, kemegahan ini harus dibayar mahal oleh rakyat Romania. Saat itu ekonomi negara tidak mampu membiayai pembangunan besar – besaran ini. Kebutuhan hidup rakyat dijatah demi uang negara bisa digunakan untuk pembangunan. Puluhan ribu rakyat Bucharest juga harus terusir dan melihat rumahnya dihancurkan demi proyek ini. Belum terhitung pekerja – pekerja “sukarela”yang meninggal dalam proses pembangunannya.

Ceaușescu memang berkata bahwa proyek ini untuk menunjukkan keagungan bangsa Romania, namun ia sendiri memandang dirinya sebagai raja Romania, dan bangunan ini adalah istananya. Tidaklah mengherankan bila rakyat Romania, memendam kejengkelan ketika tahu Ceaușescu tinggal di istana, sementara mereka terusir.

Namun apakah sebagai kepala negara, Ceaușescu sepenuhnya jahat? Ya tidak juga. Di awal – awal pemerintahannya, ia berhasil menaikkan taraf hidup rakyat Romania. Ia berkuasa sejak tahun 1967 (secara resmi). Dia tidak terlihat sebagai boneka Uni Soviet yang tunduk pada semua arahan Moscow.

Ceaușescu berperan dalam mengupayakan hubungan diplomatik antara Amerika Serikat dan RRC. Namun yang menonjol adalah perannya dalam upaya mendamaikan Israel dan Palestina (termasuk kunjungan Presiden Mesir, Sadat ke Israel).

Pada akhirnya tour guide saya juga mengakui, terlepas dari segala kontroversinya, Ceaușescu adalah seorang manusia yang mampu mewujudkan mimpi – mimpinya. Meskipun ia tidak sempat melihat kemegahan proyek impiannya ketika selesai.

Memang menjadi ironis, ketika bangunan yang dibangun seorang diktator, justru sekarang berfungsi sebagai istana parlemen / istana demokrasi rakyat. Uni Eropa dan NATO sering mengadakan acara – acara di istana ini.

Balkon luar biasa megah, dimana dari situ bisa terlihat boulevard terbesar dan terpanjang di dunia, beserta rangkaian air mancurnya yang luar biasa justru pertama kali dipakai oleh Michael Jackson untuk menyapa rakyat Romania.

Dekorasi istana yang dibangun oleh diktator atheist ini juga dihiasi oleh poster mengenai Yesus, Poster ini sengaja dipasang oleh rakyat Romania.

Barangkali, yang tidak disukai rakyat Romania adalah kultus individu dari Ceaușescu dan korupsi keluarganya, yang mana, semakin lama ia berkuasa makin menjadi – jadi. Ia juga represif dan memaksakan impiannya ketika keuangan negara tidak siap. Rakyat dipaksa mengencangkan ikat pinggang demi ambisi Ceaușescu. Harapan saya, Indonesia juga memetik pelajaran dari hal ini, untuk tidak mengulangi kesalahan Romania, mengingat kita juga sedang punya proyek maha besar mengenai ibu kota negara.

Kebetulan di traineeship ini, di Agency tempat saya bekerja, ada cukup banyak kolega berkebangsaan Romania. Termasuk supervisor saya langsung. Saya juga punya rekan trainee yang cukup dekat dengan saya bernama Maria. Kami ngobrol – ngobrol mengenai Ceaușescu.

Maria mengakui kalau Ceaușescu adalah diktator. Tapi hal yang disesalkan ialah ia dieksekusi tanpa pengadilan yang layak. Sebagai rakyat Romania, ia mengakui kalau hal itu cukup memalukan.

Ya! Akhirnya saya menemukan hal yang mengganjal di hati saya sejak kecil dulu. Saya setuju dengan teman saya, Maria mengenai hal ini.

***