Presiden Jokowi adalah orang yang sederhana, yang tidak butuh dikultuskan seperti Kim Jong Un.
Tidak ada yang salah bila kita merasa bangga pada Presiden kita. Apalagi ketika Indonesia menjadi Presidensi G20, tentu saja kita bangga. Tapi bangganya, hendaklah jangan norak. Tempatkan segala sesuatu pada porsinya.
Janganlah lalu membuat narasi, menyanjung terlalu tinggi Presiden kita dan di saat yang sama mengejek orang lain, yang pada faktanya punya power lebih besar daripada Jokowi di Dunia. Pakai nalar waras saja…
Hal yang kedua adalah postingan mengenai akun FB dan Twitter Emmanuel Macron, Presiden Perancis. Yang seakan – akan saking kagumnya pada Presiden kita, lalu special membuat statement dalam bahasa Indonesia di akun sosmednya. Oh ya.. tentu saja itu sikap menghormati bangsa lain dari Presiden Macron.
Untuk akun FB Macron, saya cek… statement dalam bahasa Indonesia tersebut tidak tampak. Lalu terlihat bahwa statement dalam bahasa Indonesia tersebut TIDAK di-setting public. Padahal beberapa hari sebelumnya, Macron membuat statement di FB mengenai krisis Sudan dalam Bahasa Arab dan di-setting public.
Lalu untuk akun Twitter Macron, saya lihat… Macron tidak hanya menggunakan Bahasa Perancis seperti klaim orang – orang yang begitu terpesona karena Macron menggunakan Bahasa Indonesia di akun sosmednya. Bisa di lihat di situ, Macron cukup sering menggunakan Bahasa Inggris.
Yang lebih menarik, untuk foto di mana Macron berbicara dengan pemimpin Amerika Selatan, maka Macron menggunakan Bahasa Spanyol untuk keterangan fotonya. Begitupun Ketika Macron memposting pertemuannya dengan PM India, Modi, Macron di twitter menggunakan Bahasa Hindi.
Menurut saya, ini yang pinter Macron. Dengan begini, dia panen ucapan terima kasih dan puja puji (minimal) dari Indonesia, Amerika Selatan dan India. Secara día ingin dilihat sebagai pemimpin Uni Eropa setelah Angela Merkel.
Sekali lagi saya bilang, ini bukan masalah bangga dan tidak bangga. Iya.. iya… saya juga bangga kok dengan Presiden kita. Tapi kalau bikin narasi menyanjung itu sebaiknya tidak sampai level ke GR an. Apalagi di satu narasi (bukan tentang Macron), sampai mengejek pemimpin negara lain yang jelas – jelas lebih berkuasa di Dunia daripada Jokowi.
Presiden Jokowi adalah orang yang sederhana, yang tidak butuh dikultuskan seperti Kim Jong Un. Kalau begini, yang terlihat, justru fans–fans nya Jokowi yang insecure. Masa iya salah satu narasinya berbunyi “Jokowi adalah pemimpin terhebat, yang tidak akan pernah kita miliki lagi di masa depan”.
Seriusan? Kalau Pak Jokowi hebat, tentunya kita berharap agar pemimpin – pemimpin masa depan Indonesia minimal sehebat Pak Jokowi dong…
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews