Dialog Zelensky, seperti yang diduga, chat cukup ramai, kebanyakan dari warga Indonesia yang antusias dan ingin menanyakan sesuatu atau menyatakan dukungan, tapi ada juga buzzer Rusia.
Ada berbagai hal menarik yang disampaikan oleh Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky dalam dialog dari hati ke hatinya dengan komunitas Indonesia dari berbagai negara hari jumat lalu. Namun, yang paling berkesan bagi saya adalah pesan yang ia sampaikan yang dapat diaplikasikan dalam banyak hal, banyak peristiwa, tidak terbatas pada invasi atas Ukraina ini.
Dialog yang diprakarsai oleh Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) ini, diawali dengan paparan Bapak Dino Patti Djalal selaku moderator, yang menegaskan bahwa Indonesia tidak mungkin mendukung invasi Rusia atas negara tetangganya yang berdaulat, karena hal ini bertentangan dengan amanat pembukaan UUD 1945. Selain itu juga ditayangkan pernyataan sikap para mahasiswa dari berbagai kota dan universitas.
Paparan oleh Zelensky diawali dengan bagaimana invasi Russia ini beresiko membuat puluhan juta orang kelaparan, karena 22 juta ton gandum tertahan di Ukraina dan tidak dapat dikapalkan akibat blokade Rusia. Kelaparan ini akan diikuti oleh kekacauan dan ketidakstabilan politik yang pada akhirnya akan menghancurkan kehidupan banyak manusia yang bahkan tidak berada di wilayah konflik. Diperkirakan negara–negara di Afrika dan Timur Tengah akan mulai kehabisan stok bahan pangan sekitar bulan Juli.
Dalam sesi tanya jawab, ada yang menanyakan, apa sih yang diinginkan oleh Ukraina saat ini?
Menurut Zelensky, Rakyat Ukraina menginginkan agar dapat hidup damai dan BERDAULAT di negerinya sendiri. Rakyat Ukraina tidak butuh wilayah negara tetangga. Namun demikian,
Ketika ditanyakan mengenai peluang kompromi dengan Rusia, Zelensky balik bertanya, “Bila hal serupa ini terjadi pada Indonesia, apakah rakyat Indonesia akan mempertahankan dirinya? Kemerdekaannya? Sementara diketahui Russia telah memecah belah negara – negara tetangganya seperti yang terjadi di Georgia dan Moldova, sebagaimana di Ukraina sejak 2014.”
"Kalau anda bisa menjawabnya sendiri, anda akan paham alasan kami. Selain itu, invasi Ukraina ini justru menyatukan rakyat Ukraina timur (yang banyak berbahasa Rusia) dengan rakyat Ukraina barat (yang banyak berbahasa Ukraina)."
Dalam kesempatan ini Zelensky juga menyampaikan kalau dirinya tidak bisa hadir di acara G20 di Bali bila perang masih berlangsung. Karena ia harus mendampingi rakyat Ukraina selama perang masih berlangsung.
Adapun pesan yang sangat menarik ialah ketika Zelensky ditanya bagaimana cara untuk mengatasi disinformasi?
Zelensky selalu mendidik anak–anaknya untuk menggali informasi dari berbagai sumber, belajar lebih banyak, temukan detailnya, untuk kemudian dianalisa, dan baru setelahnya dipertimbangkan.
Sumber informasi tidak hanya media social, tapi lebih dari itu juga buku–buku. Zelensky mengajarkan pada anak–anaknya bahwa TUHAN mengaruniakan KEBEBASAN BERPIKIR. Jangan pernah takut untuk menemukan kebenaran.
Pesan ini berkesan bagi saya, karena satu jam sebelum acara Zelensky ini, saya sedang berdiskusi dengan sahabat saya sesama dosen, mengenai apa yang kurang dari system Pendidikan di Indonesia. Saat itu saya sedang berdebat panjaaaangggg dengan seorang pendukung Putin di medsos.
Dari argument – argument orang tersebut, saya mengenali kelemahan dari pola pikir orang ini. Yang pertama, mengedepankan prasangka, yang kedua tidak terbiasa berpikir kritis dan ilmiah, serta tidak mampu memilah informasi. Yang ketiga, mengandalkan nama besar orang–orang tertentu dan menelan bulat–bulat pendapat orang–orang tersebut. Ini fatal!
Ketika dibandingkan dengan di barat, system Pendidikan di Indonesia memang kurang melatih pelajar untuk bisa berpikir kritis dan mandiri. Di tempat saya belajar sekarang, saya tahu persis bahwa professor atau guru besar sekalipun BISA SALAH! Dan boleh banget mendebat pendapat mereka.
Di Indonesia, tidak semua guru atau dosen bersedia dipertanyakan atau didebat pengajarannya. Jadinya ketika terjun di tengah masyarakat, para mantan pelajar ini tidak akan terpikir untuk mengkritisi pendapat orang yang punya “nama besar”.
Apalagi kalau orang tersebut adalah tokoh keagamaan. Pasti ditambah “takut kuwalat”. Padahal ketika kita menerima informasi atau pendapat dari seseorang, siapa saja, kita perlu mengecek ulang, apakah pendapat tersebut berdasarkan fakta? Apakah logis? Adakah fakta versi lain dari pihak yang berseberangan? Tidak heran kalau netizen kita gampang banget digiring buzzer dan mempercayai propaganda.
Kembali ke acara dialog Zelensky, seperti yang diduga, chat cukup ramai. Ya kebanyakan dari warga Indonesia yang antusias dan ingin menanyakan sesuatu atau menyatakan dukungan. Namun yang lucu ada gangguan dari buzzer-buzzer Russia dan China (yang terakhir ini ketahuan pakai google translate).
Awalnya tanya-tanya dan menuliskan statement-statement template khas propaganda mereka. Trus tahu–tahu mengaku muslim. (Apa hubungannya? ) Jadinya mereka diomeli oleh peserta yang lain. Namun ulah mereka ini tidak sampai mengganggu jalannya acara.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews