Pesan Zelensky: "Gali Lebih Dalam!"

Dialog Zelensky, seperti yang diduga, chat cukup ramai, kebanyakan dari warga Indonesia yang antusias dan ingin menanyakan sesuatu atau menyatakan dukungan, tapi ada juga buzzer Rusia.

Selasa, 31 Mei 2022 | 08:40 WIB
0
217
Pesan Zelensky: "Gali Lebih Dalam!"
Volodymyr Zelensky (Foto: CNN Indonesia)

Ada berbagai hal menarik yang disampaikan oleh Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky dalam dialog dari hati ke hatinya dengan komunitas Indonesia dari berbagai negara hari jumat lalu. Namun, yang paling berkesan bagi saya adalah pesan yang ia sampaikan yang dapat diaplikasikan dalam banyak hal, banyak peristiwa, tidak terbatas pada invasi atas Ukraina ini. 

Dialog yang diprakarsai oleh Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) ini, diawali dengan paparan Bapak Dino Patti Djalal selaku moderator, yang menegaskan bahwa Indonesia tidak mungkin mendukung invasi Rusia atas negara tetangganya yang berdaulat, karena hal ini bertentangan dengan amanat pembukaan UUD 1945. Selain itu juga ditayangkan pernyataan sikap para mahasiswa dari berbagai kota dan universitas. 

Paparan oleh Zelensky diawali dengan bagaimana invasi Russia ini beresiko membuat puluhan juta orang kelaparan, karena 22 juta ton gandum tertahan di Ukraina dan tidak dapat dikapalkan akibat blokade Rusia. Kelaparan ini akan diikuti oleh kekacauan dan ketidakstabilan politik yang pada akhirnya akan menghancurkan kehidupan banyak manusia yang bahkan tidak berada di wilayah konflik. Diperkirakan negara–negara di Afrika dan Timur Tengah akan mulai kehabisan stok bahan pangan sekitar bulan Juli. 

Dalam sesi tanya jawab, ada yang menanyakan, apa sih yang diinginkan oleh Ukraina saat ini?

Menurut Zelensky, Rakyat Ukraina menginginkan agar dapat hidup damai dan BERDAULAT di negerinya sendiri. Rakyat Ukraina tidak butuh wilayah negara tetangga. Namun demikian,

Ketika ditanyakan mengenai peluang kompromi dengan Rusia, Zelensky balik bertanya, “Bila hal serupa ini terjadi pada Indonesia, apakah rakyat Indonesia akan mempertahankan dirinya? Kemerdekaannya? Sementara diketahui Russia telah memecah belah negara – negara tetangganya seperti yang terjadi di Georgia dan Moldova, sebagaimana di Ukraina sejak 2014.”

"Kalau anda bisa menjawabnya sendiri, anda akan paham alasan kami. Selain itu, invasi Ukraina ini justru menyatukan rakyat Ukraina timur (yang banyak berbahasa Rusia) dengan rakyat Ukraina barat (yang banyak berbahasa Ukraina)."

Dalam kesempatan ini Zelensky juga menyampaikan kalau dirinya tidak bisa hadir di acara G20 di Bali bila perang masih berlangsung. Karena ia harus mendampingi rakyat Ukraina selama perang masih berlangsung.

Adapun pesan yang sangat menarik ialah ketika Zelensky ditanya bagaimana cara untuk mengatasi disinformasi?

Zelensky selalu mendidik anak–anaknya untuk menggali informasi dari berbagai sumber, belajar lebih banyak, temukan detailnya, untuk kemudian dianalisa, dan baru setelahnya dipertimbangkan.

Sumber informasi tidak hanya media social, tapi lebih dari itu juga buku–buku. Zelensky mengajarkan pada anak–anaknya bahwa TUHAN mengaruniakan KEBEBASAN BERPIKIR. Jangan pernah takut untuk menemukan kebenaran. 

Pesan ini berkesan bagi saya, karena satu jam sebelum acara Zelensky ini, saya sedang berdiskusi dengan sahabat saya sesama dosen, mengenai apa yang kurang dari system Pendidikan di Indonesia. Saat itu saya sedang berdebat panjaaaangggg dengan seorang pendukung Putin di medsos.

Dari argument – argument orang tersebut, saya mengenali kelemahan dari pola pikir orang ini. Yang pertama, mengedepankan prasangka, yang kedua tidak terbiasa berpikir kritis dan ilmiah, serta tidak mampu memilah informasi. Yang ketiga, mengandalkan nama besar orang–orang tertentu dan menelan bulat–bulat pendapat orang–orang tersebut. Ini fatal! 

Ketika dibandingkan dengan di barat, system Pendidikan di Indonesia memang kurang melatih pelajar untuk bisa berpikir kritis dan mandiri. Di tempat saya belajar sekarang, saya tahu persis bahwa professor atau guru besar sekalipun BISA SALAH! Dan boleh banget mendebat pendapat mereka.

Di Indonesia, tidak semua guru atau dosen bersedia dipertanyakan atau didebat pengajarannya. Jadinya ketika terjun di tengah masyarakat, para mantan pelajar ini tidak akan terpikir untuk mengkritisi pendapat orang yang punya “nama besar”.

Apalagi kalau orang tersebut adalah tokoh keagamaan. Pasti ditambah “takut kuwalat”. Padahal ketika kita menerima informasi atau pendapat dari seseorang, siapa saja, kita perlu mengecek ulang, apakah pendapat tersebut berdasarkan fakta? Apakah logis? Adakah fakta versi lain dari pihak yang berseberangan? Tidak heran kalau netizen kita gampang banget digiring buzzer dan mempercayai propaganda. 

Kembali ke acara dialog Zelensky, seperti yang diduga, chat cukup ramai. Ya kebanyakan dari warga Indonesia yang antusias dan ingin menanyakan sesuatu atau menyatakan dukungan. Namun yang lucu ada gangguan dari buzzer-buzzer Russia dan China (yang terakhir ini ketahuan pakai google translate).

Awalnya tanya-tanya dan menuliskan statement-statement template khas propaganda mereka. Trus tahu–tahu mengaku muslim. (Apa hubungannya? ) Jadinya mereka diomeli oleh peserta yang lain. Namun ulah mereka ini tidak sampai mengganggu jalannya acara.

***