Para orang tua usia 70an, 80an tidak mengurung diri di rumah. Tapi mereka tetap aktif secara sosial. Mereka melakukan senam bersama. Berjumpa rutin. Tertawa.
Okinawa memberikan kita inspirasi. Betapa kumpul- kumpul secara akrab dengan teman- teman atau keluarga besar dapat membuat kita berumur panjang.
Saya mulai dengan berita di World Economic Forum (WEF). Ini forum para pemimpin dunia: politik, akademisi juga industri
Kali itu, di tahun 2017, berita WEF membahas kisah di pulau Okinawa, di Jepang
Pulau ini penduduknya hanya 1,4 juga orang. Yang istimewa, ratusan penduduk di sana berusia di atas 100 tahun.
Tentu kita temui di banyak tempat manusia yang juga berusia di atas 100 tahun. Tapi di okinawa, pulau kecil, yang berusia di atas 100 tahun, tak hanya satu atau dua orang. Jumlah kaum centenarians (yang beusia seratus tahun ke atas) jumlahnya juga ratusan orang.
Para ahli membuat statitiknya. Pada setiap 100 ribu penduduk Okinawa, terdapat 25 orang yang hidup berusia di atas 100 tahun. Karena ada 1,4 juta populasi di Okinawa, maka ada sekitar 350 orang yg hidup di atas 100 tahun di sana.
Ini yang membuat Okinawa menjadi fenomena khusus. Fenomena unik. Fenomena the one and the only. Para peneliti mencoba menelusuri: apakah gerangan penyebab?
Mengapa di Jepang sana, penduduk berusia paling panjang?
-000-
Worldometer di tahun 2021 juga mengeluarkan data list sekitar 200 negara yang dirangking berdasarkan rata rata usia penduduknya
Di tahun 2021, rata rata usia manusia di dunia adalah 73 tahun.
Indonesia berada di rangking 102. Rata rata usia orang indonesia 72 tahun. Rata- rata orang Indonesia di bawah rata rata dunia.
Jepang dan Hongkong berada di puncak. Rata rata orang jepang (dan Hongkong), hidupnya selama 85 tahun. Ini hidup yang paling panjang. Bahkan di Okinawa, ratusan individu yang hidupnya di atas 100 tahun.
-000-
Apakah rahasia hidup panjang ala Jepang? Ada filosofi orang Jepang, yang disebut Ikigai.
Saya tak akan membahas soal buku Ikigai. Karena itu topik yang akan dibahas hari ini. Pembicara kita: Fahd Pahdepie, seorang anak muda, the rising star.
Hanya satu hal yang akan saya tekankan dalam temuan riset itu. Ini juga disinggung dalam berita di World Economi Forum itu.
Yaitu di Okinawa, menjamurnya banyak sekali komunitas sosial. Grup sosial. Kelompok sosial yang sangat akrab.
Mulai dari anak muda hingga para senior yang usianya 80 tahun ke atas, tetap berkumpul secara sosial.
Para orang tua usia 70an, 80an tidak mengurung diri di rumah. Tapi mereka tetap aktif secara sosial. Mereka melakukan senam bersama. Berjumpa rutin. Tertawa. Berkumpul kadang hanya berbicara hal hal yang ringan saja.
Dari Okinawa, rahasia umur panjang kita temukan. Pentingnya memiliki hubungan sosial yang akrab. Komunitas yang hangat. Pentingnya bagi individu untuk dikelilingi oleh teman- teman baik. Pentingnya kumpul- kumpul dalam suasana yang menyenangkan.
-000-
Persatuan Penulis Indonesia Satupena juga sebuah komunitas. Kali ini saya diberi amanah menjadi ketua umumnya.
Pengurus satupena di 34 provinsi sedang diproses. Kitapun ingin membangun komunitas itu. Tapi lebih spesifik lagi: komunitas pecinta buku.
Begitu banyak pedoman hidup yang sehat dan bermakna sudah dituliskan dalam buku. Itu hasil riset. Tentu sangat bagus dan bajik, sangat bajik dan berguna, jika kita berbagi pengalaman soal mutiara dalam buku.
Namun berbeda dengan diskusi buku umumnya, kita ingin diskusi buku di satupena disatukan dengan live music.
Buku tak kita diskusikan secara dingin. Tapi harus ada kehangatan di sana. Harus ada rileksing di sana. Live music akan menambah kehangatan itu.
Sepulang dari acara Book and music, kita tak hanya mendapatkan pengetahuan, tapi juga kehangatan persahabatan.
Jika acara ini berhasil di Jakarta, kita segera lakukan juga acara serupa di 34 provinsi di seluruh Indonesia.
Mari kita hidup sehat. Hidup yang bermakna. Hidup yang berpengetahuan. Mari kita tumbuhkan komunitas book and music pada wilayah kita masing masing.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews