Evo Morales menjadi presiden Bolivia sejak tahun 2006 atau sudah 14 tahun menjadi presiden. Dan seperti kebanyakan pemimpin atau presiden-ingin menambah masa jabatannya atau tanduk.
Badai demontrasi melanda Amerika Latin. Sebelumnya Venezuela di bawah presiden Nicolas Maduro juga diguncang demontrasi oleh pihak oposisi yaitu Juan Guaido. Bahkan Juan Guaido sempat menjadi presiden boneka Amerika. Namun pemerintahan Nicolas Maduro tetep bertahan dan tidak tumbang oleh demontrasi yang dipicu inflasi yang sangat tinggi.
Nicolas Maduro tidak tumbang atau lengser dari kursi presiden Venezuela, malah yang tumbang presiden Bolivia yaitu Evo Morales. Siapa yang tak kenal Evo Morales yang merupakan suku asli atau penduduk asli Bolivia yang terkenal dengan tanaman Opiumnya dan menjadi presiden. Dulu sangat dipuja dan dipuji dan dieluk-elukkan oleh masyarakat Bolivia.Sekarang ditumbangkan dan dipaksa turun atau mengundurkan diri.
Presiden Evo Morales mengundurkan diri setelah di demo oleh masyarakatnya yang memakan waktu hampir satu bulan. Demi keamanan dan supaya tidak terjadi benturan atau bentrokan antara masyarakat pendukung dan yang kontra, maka Evo Morales secara resmi mengundurkan diri.
Pengunduran diri ini juga karena desakan dari pihak militer dan kepolisian di Bolivia, bahkan sebelumnya pihak militer dan polisi juga ikut demontrasi mendukung gerakan masyarakat yang menuntut mundurnya Evo Morales dari kursi presiden.
Syarat untuk terjadinya suksesi pemerintahan memang harus ada dukungan militer dan polisi sebagai pihak keamanan. Tanpa itu mustahil suatu suksesi akan berjalan dengan lancar. Salah satu buktinya Nicolas Maduro, Presiden Venezuela yang tidak bisa dikudeta atau dilengserkan karena militer dan polisi masih setia dan mendukung. Dan adanya dukungan dari Rusia.
Evo Morales menjadi presiden Bolivia sejak tahun 2006 atau sudah 14 tahun menjadi presiden. Dan seperti kebanyakan pemimpin atau presiden-ingin menambah masa jabatannya atau tanduk.
Dan pada tanggal 20 Oktober 2019-bersamaan di negeri kita pelantikan presiden-maka di Bolivia diadakan pemilu.Dan hasil pemilu inilah yang memicu aksi demontrasi yang memakan waktu 21 hari.
Kubu oposisi menuduh Evo Morales melakukan kecurangan hasil pemilu, hampir mirip tuduhan Pilpres di negeri kita, di mana menuduh pemenang pilpres 2019 terjadi kecurangan. Dan kemenangan Evo Morales di bawah aturan undang-undang pemilu di Bolivia. Aturan pemenang pemilu di Bolivia yaitu selisih antara pemenang dan yang kalah yaitu minimal 10%.
Sedangkan kemenangan Evo Morales hanya 9% dan tidak memenuhi ambang batas atau aturan yang ditetapkan di Bolivia. Inilah yang memicu gelombang demontrasi di Bolivia.Tapi bukan alasan itu semata-tapi kondisi ekonomi Bolivia juga menjadi pemicu demontarasi.
Itulah mengapa masa jabatan presiden itu perlu dibatasi.
Dan sekarang gelombang demontrasi juga melanda negara Chile yang sudah hampir tiga Minggu. Dan tuntutannya juga hampir sama yaitu minta mundur atau lengser presidennnya.
Bahkan negara Meksiko sudah menawarkan suaka politik kepada Evo Morales kalau ingin minta perlindungan dan keluar dari Bolivia.
Badai memang pasti berlalu, tapi sebelum badai berlalu-timbul kerusakan disana-sini dan bahkan kekacuan.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews