Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern mengunjungi Canterbury Refugee Centre di Christchurch pada 16 Maret, menyampaikan rasa dukanya yang mendalam terhadap tindakan biadab, penembakan di dua masjid di Christchurch yang telah menewaskan setidaknya 49 orang dan sekitar 20 orang luka luka serius.
We are united in our grief.You were quick to mention this is not the New Zealand that you know. I want to reaffirm that today. This is not New Zealand.
"Kesedihan anda adalah juga kesedihan kita bersama. Saya ingin menegaskan kembali hari ini. Ini bukan Selandia Baru," katanya kepada para pemimpin Muslim.
Dengan menegaskan hal tersebut Jacinda ingin menyampaikan, bahwa apa yang dilakukan oleh seorang teroris sama sekali tidak mewakili negara dan bukan wajah dari Selandia Baru yang sesungguhnya. Karena selama ini, Selandia Baru telah menjalani hidup rukun dan damai dalam segala keberagaman termasuk dengan komunitas Muslim.
Warga Selandia Baru telah memberikan penghormatan kepada para korban serangan teroris hari Jumat di dekat kebun raya Christchurch, dekat dengan masjid Al Noor tempat 49 orang tewas,dengan meletakan berbagai karangan bunga, sebagai tanda mereka ikut berduka cita.
Ada juga yang mengutuk penembakan dengan menuliskan di trotoar dengan kapur berwarna. Antara lain ada yang menuliskan: "Dari lubuk hati yang terdalam, kami mohon maaf Walaupun pernyataan rasa duka dan permohonan maaf dari pemerintah dan warga Selandia Baru tidak mungkin membangkitkan kembali orang yang sudah tewas, tapi setidaknya pemerintah dan warga Selandia Baru ingin menyampaikan kepada dunia bahwa mereka bukanlah bagian dari tindakan teroris tersebut."
Sumber bacaan : cnn.com
Tjiptadinata Effendi
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews