Jenderal Hlaing salah kalkulasi. Dia terus menebar kekerasan dan teror terhadap warganya sendiri. Tapi rakyat terus bergerak, bahkan menyatakan siap mati demi demokrasi Myanmar.
Beberapa hari sebelum, 1 Februari 2021 ini, media di Myanmar ceria bergairah karena Februari akan berlangsung sidag parlemen pertama hasil pemilihan umum 8 November 2020. Mereka senang menimba pengalaman demokratisasi di Indonesia pasca 1998. Myanmar akan menjadi negara demokrasi baru di Asia Tenggara! Begitu keceriaan teman-teman wartawan di pertemuan zoom meeting itu.
Tapi harapan itu sirna. Pada 1 Februari militer mengkudeta pemerintahan sipil. Jenderal Senior Min Aung Hlaing mengambil alih pemerintahan sipil. Tuduhannya, pemilihan umum November diliputi kecurangan. Partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) pimpinan Aung San Suu Kyi menyabet 396 dari 498 kursi parlemen. Sedangkan partai bentukan militer, Partai Uni Solidaritas dan Pembangunan (USDP) keok telak. Dari situlah tuduhan militer tentang kecurangan mulai timbul.
Mata netizen dunia sekarang sedang tertuju kepada Myanmar. Rakyat Myanmar kali ini tidak menyerah. Demo besar-besaran di Yangon, Nyapyidaw, Mandalay, dan lain-lain dihadapo dengan kekerasan oleh militer dan polisi. Pekan terakhir Februari ini sudah 26 korban tewas, ratusan luka, dan ratusan ditahan.
Rakyat terus melawan di hampir seluruh negara bagian. Kaum Budha, Muslim, dan Katolik serta suku-suku di sana pun ikut melawan. Perlawanan terus dilakukan di dunia nyata maupun dunia maya. Mark Zuckeberg Facebook pun ikut menekan militer. Akun resmi Tatmadaw di Facebook ditutup! Perang di twitter pun berlanjut. Berbagai tagar pun meluncur seperti #Myanmar #Myanmarcoup #Myanmarcoup. Semuanya berisikan jeritan tentang kekejaman militer dan polisi, serta teriakan permintaan tolong kepada dunia.
Para wartawan pun, yang tadinya bersiap meliput sidang parlemen, kini tergerak ikut “berperang” melawan militer. Cukup mengherankan, media mereka cukup terbuka memberitakan demo ini walaupun dengan rasa waswas. Sebagian wartawan memposting perlawanan di Twitter dan Facebook.
Jenderal Hlaing tampaknya bergeming meski aksi meluas, dan dunia internasional mengutuk. Pasalnya junta ini dikenal dekat dengan China. Bukan rahasia Beijing adalah pendukung utama militer Myanmar. Banyak projek strategis militer dipasok dari China. Netizen melaporkan bahwa Cina mengirim ahli-ahli internetnya ke Myanmar. Entah benar entah tidak.
Simpati netizen dunia akhirnya muncul. Untuk menggalang dukungan netizen dunia, meluncurlah tagar #MilkTeaAlliance atau aliansi teh susu. Atau dalam bahasa Indonesia dan melayu, teh susu ini dikenal dengan nama teh tarik. Aliansi Teh Tarik kini menjadi simbol perlawanan terhadap Cina. Di berbagai bangsa di Asia Tenggara dan Timur, adalah lumrah mengkonsumsi teh campur susu KECUALI di China! Kita mengenal Thai Tea, Teh Bubble Taiwan, dan Teh Tarik.
Maka teh tarik pun menjadi simbol pembeda dari China, bahkan dalam kasus Myanmar ini bukan sekada pembeda tapi perlawanan!m
Aliansi Teh Tarik bermula dari sinetro TV Thailand berjudul 2gether yang ternyata populer juga di China. Pada April 2020, sang aktor utamanya Vachirawit Chivaaree memposting status di twitter yang menyebut Hongkong sebagai sebuah “negara”. Chivaaree kemudian dirisak oeh netizen China. Para netizen China ini marah, karena bagaimanapun juga Hongkong adalah bagian dari China. Mereka menyerukan boykot terhadap sinetron ini. Sang aktor akhirnya minta maaf, dan menghapus statusnya.
Namun netizen China terus menelisik Chivaaree. Sialnya, pacar sang aktor, Weeraya “New” Sukaram yang juga seorang model ternama Thailand, ternyata dalam status-status medsos-nya sejak 2017 menyebut Taiwan Sebagai negara juga. Maka serangan terhadap Chivaaree terus berlanjut. Netizen China bahkan sampai menyerang Perdana Metneri Thailand dan Raja Thailand. Tentu saja netizen negeri Gajah Putih itu marah, karena Raja Thailand adalah simbol dan jantung kehidupan bangsa Thai. Mereka akhirnya mendukung Chivaaree, dan meluncurkan tagar #nnevvy. Kedutaan Besar China di Bangkok mengeluarkan pernyataan menyesalkan perang netizen ini.
Baca Juga: Penahanan Presiden Myanmar, Ingat Presiden Soekarno
Tapi perang terus berlanjut. Kali ini tagar #nnevvy mendapat dukungan dari netizen Hongkong dan Taiwan. Rakyat Hongkong juga sedang beraksi menentang Beijing, sedangkan rakyat Taiwan memang merasa sebagai negara sendiri, bukan bagian dari Cina daratan. Maka meluncurlah tagar #MilkTeaAlliance. Tagar inilah yang mempersatukan para aktivis pro-demokrasi anti-Beijing. Para wartawan Myanmar pun ikut menggelorakan #MilkTeaAlliance. Dukungan datang dari aktivis pro demokrasi Bangkok, Hongkong, Taipei, Melbourne, Indonesia dan lain-lain. Di Hongkong, pada awalnya pemerintah menggunakan teh susu ini sebagai identitas kota dan simbol harmoni masyarakat multikultur Hongkong. Tapi di kalangan anak muda, teh susu ini menjadi simbol peralawanan terhadap Beijing.
Sepertinya Jenderal Hlaing salah kalkulasi. Dia terus menebar kekerasan dan teror terhadap warganya sendiri. Tapi rakyat terus bergerak, bahkan menyatakan siap mati demi demokrasi Myanmar.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews