Penahanan Presiden Myanmar, Ingat Presiden Soekarno

Bedanya sudah tentu Presiden Soekarno memaparkan pengalamannya di buku: "Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia," oleh Cindy Adam. Bung Karno menceritakan derita nya.

Senin, 8 Februari 2021 | 10:34 WIB
0
341
Penahanan Presiden Myanmar, Ingat Presiden Soekarno
Aksi unjuk rasa di Myanmar

Salah satu negara di Asia Tenggara, yaitu Myanmar, sedang mempertaruhkan nasibnya. Tidak ada seorangpun yang tahu apa yang terjadi di Myanmar setelah Presiden negara tersebut, Win Myint dan keluarganya dipindahkan dari Istana Kepresidenan ke sebuah rumah yang dirahasiakan. Itulah informasi yang hanya diberikan oleh aktivis Partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD), sebuah partai politik yang didirikan Aung San Suu Kyi.

" Presiden U Win dan keluarganya dipindahkan dari rumah kepresidenan ke rumah lain," ujar Kyi Toe, aktivis NLD sebagaimana dilaporkan oleh Elevent Myanmar, 6 Februari 2021. Ya, memang tidak ada laporan dari pihak militer Myanmar yang melakukan kudeta pekan lalu.

Pemindahan dilakukan setelah Presiden Win Myint dan Penasehat Negara Aung San Suu Kyi ditahan sejak 1 Februari 2021. Jika Suu Kyi menjadi tahanan rumah, maka berbeda dengan Presiden Myanmar, ia dipindahkan ke sebuah tempat yang dirahasiakan. Myanmar boleh saja memiliki presiden dari NLD, terapi ingat, kekuasaan sesungguhnya ada di tangan militer. 

Itulah yang terjadi sekarang ini, militer mengambil alih kekuasaan setelah NLD menyatakan menang lagi dalam Pemilihan.Umum (Pemilu). Pihak militer tidak menerima dan menangkap para pemenang Pemilu. Sebenarnya sudah berkali-kali pihak militer melakukan hal serupa. Su Kyi pun bukan pertama.kali juga menerima perlakuan sebagai tahanan rumah. 

Mirip dengan di Indonesia

Mirip berarti sama. Terapi peristiwa di Myanmar meski mirip.dengan.di Indonesia, banyak juga yang berbeda. Miripnya sama-sama militer yang berkuasa, akan tetapi apa yang terjadi di Myanmar selain aksi unjuk rasa pendukung Aung San Suu Kyi, tidak ada informasi yang diketahui.

Di Indonesia ketika itu meski waktu peristiwa lahirnya Surat Perintah 11 Maret 1966 ditandatangani Presiden Republik Indonesia di Istana Bogor tidak satu pun media umum memberitakannya. Hanya waktu itu yang diizinkan terbit yaitu Harian Angkatan Bersenjata.

Pun tidak banyak diketahui tentang penahan rumah Presiden Soekarno yang dilakukan penguasa militer waktu itu Jenderal Soeharto yang akhirnya menggantikan posisi Presiden Soekarno sebagai Presiden ke-2 Republik Indonesia.

Bedanya sudah tentu Presiden Soekarno memaparkan pengalamannya di buku: "Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia," oleh Cindy Adam. Bung Karno menceritakan derita yang dialaminya:

"Aku tidak tidur selama enam tahun. Aku tak dapat tidur barang sekejap. Kadang-kadang dilarut tengah malam, aku menepon seseorang yang dekat denganku seperti misalnya Subandrio, Wakil Perdana Menteri Satu, dan kataku ' Bandrio datanglah ke tempat saya, temani saya, ceritakan sesuatu yang ganjil, ceritakan sesuatu lelucon, berceritalah tentang apa saja, asal jangan mengenai politik dan kalau saya tertidur, maafkanlah.' Aku menbaca setiap malam dan aku sudah bangun lagi jam lima pagi. Untuk pertama kali dalam hidupku, aku mulai makan obat tidur. Aku lelah. Terlalu lelah."

***