Sekolah Norwegia di Masa Pandemi

Para guru termasuk kalangan yang mendapat prioritas untuk mendapatkan vaksin. Pemerintah masih tetap yakin dengan prinsip: di saat pandemi, sekolah harus diusahakan untuk tetap dibuka.

Selasa, 16 Maret 2021 | 06:16 WIB
0
195
Sekolah Norwegia di Masa Pandemi
Distance learning di Norwegia (Foto: Dok. pribadi)

Cukup sering saya dapat pertanyaan tentang bagaimana situasi sekolah di Norwegia selama setahun terakhir ini.
Di awal pandemi ketika Norwegia mengalami lockdown, semua sekolah total ditutup selama dua bulan. Maret-Mei 2020, anak-anak ini ikut merasakan suka duka sekolah dari rumah.

Banyak sukanya sih, sebetulnya. Karena meski judulnya sekolah, mereka bisa tetap tampil dengan santai; sambil sarapan di meja belajar, bahkan kadang belum mandi. Untungnya sekolah di sini nggak menerapkan sistem sseragam. Jadi mereka bebas mau pakai piyama atau sarung, seperti anak Indonesia yang satu ini.

Selama sekolah dari rumah itu, PR tetap ada meski jumlahnya jauh di bawah masa normal. Ulangan sama sekali ditiadakan. Selebihnya pelajaran berjalan santai. Mereka hanya harus siap di depan laptop pada jam 10 pagi (menggunakan aplikasi (Microsoft Teams).

Pertama-tama wali kelas akan memberi briefing tentang informasi dan rencana kegiatan hari itu. Selanjutnya akan ada meeting antara siswa dan guru mata pelajaran. Biasanya meeting ini hanya 10-20 menitan. Setelah itu anak-anak akan bekerja sendiri. Kalau ada PR, maka akan ada tenggat waktu untuk mengumpulkan via aplikasi OneNote (juga dari Microsoft). Siswa bisa bertanya ke guru setiap saat melalui OneNote, dan biasanya akan dijawab hari itu juga.

Alhamdulillah masa dua bulan sekolah di rumah itu berjalan lancar. Alhamdulillah akses WiFi lancar. Siswa betul-betul memanfaatkan laptop yang diberi gratis oleh Pemda untuk semua siswa.

Untungnya Fatih sudah kelas 9, masa di mana dia sudah bisa belajar secara mandiri. Berkomunikasi dengan gurunya, mengerjakan PR, mengatasi masalah pelajaran sendiri, tanpa keterlibatan orangtuanya. Bisa dibilang kami sebagai orangtua tidak merasakan stress karena harus mendampingi anak selama sekolah dari rumah.

**

Pertengahan Mei 2020, sekolah-sekolah kembali dibuka secara bertahap. Siswa masuk secara shift (1/2 hari secara bergantian). Protokol kesehatan dijalankan cukup ketat. Hand sanitizer, desinfektan untuk seluruh kelas, lapangan jam istirahat yang ditentukan batas-batasnya untuk setiap tingkat kelas. Semua, kecuali memakai masker, yang memang tidak pernah diwajibkan oleh pemerintah sejak awal pandemi.

Awal Juni 2020 sekolah dibuka secara penuh, tetap dengan menjaga protokol kesehatan. Hingga tiba libur musim panas selama dua bulan.

Tahun ajaran baru 2020-2021 diawali dengan sekolah yang dibuka penuh seperti sebelum liburan, tetap dengan protokol kesehatan.

Intinya, pemerintah Norwegia memiliki komitmen sejak awal bahwa pendidikan dasar dan menengah adalah prioritas. Sekolah (mulai TK hingga SMA) tetap harus buka. Hanya universitas yang ditutup sejak awal pandemi hingga sekarang (pernah dibuka sebentar, kemudian ditutup lagi karena tingkat penularan di kalangan usia mahasiswa cukup tinggi).

**

Pandemi bisa dibilang tidak membawa perubahan yang signifikan dalam kegiatan belajar mengajar sekolah dasar - menengah di Norwegia.

Sampai kemudian tingkat penularan kembali naik. Awalnya di Oslo dan sekitarnya. Dikabarkan mulai ada virus varian baru dari Inggris. Sekolah-sekolah di sana kebanyakan ditutup.

Haugesund, kota kecil berjarak 500 km dari Oslo, akhirnya kena imbas juga. Jumlah kasus positif kembali meningkat. Sekolah-sekolah yang tadinya berada di "level kuning", ditingkatkan jadi "level merah".

SMA dan kursus bahasa Norwegia sudah mulai sekolah dari rumah lagi sejak pekan lalu. SD dan SMP baru mulai menerapkan "level merah" sejak hari ini.

Artinya? Hari pertama tadi, semua anak tetap di rumah. Briefing dari wali kelas. Pembagian tugas.

Selebihnya? Kembali ke sistem shift 1/2 hari sekolah mulai besok sampai menjelang libur Paskah (akhir Maret).

Baca Juga: Islam di Norwegia

Kegiatan ekstrakurikuler yang mengumpulkan banyak orang di satu ruangan untuk sementara ditiadakan. Tapi les musik yang one-on-one (satu murid satu guru) tetap berlangsung.

Level merah sekolah tetap buka? Ya, begitulah kebijakan pemerintah di sini.

Alhamdulillahnya, meski sekolah berjalan dengan New Normal, jumlah kasus penularan di kalangan anak-anak sangat rendah. Masih dalam taraf sangat bisa dikendalikan. "Level merah" diterapkan hanya sebagai bentuk kehati-hatian.

Para guru juga termasuk kalangan yang mendapat prioritas untuk mendapatkan vaksin. Dengan cara ini, pemerintah masih tetap yakin dengan prinsip: di saat pandemi, sekolah harus diusahakan untuk tetap dibuka.

Lain padang lain belalang, ya, Gaiss. Lain lubuk lain ikannya.

Sepertinya metode tarik ulur seperti ini akan tetap dijalankan setidaknya sampai beberapa bulan ke depan.

***