Bagaimana kita memandang aksi teror di Christchurch, New Zealand itu? Ada orang yang menjadi gila karena kedatangan orang-orang lain ke negerinya (padahal dia juga imigran di situ) mengancam kehidupannya. Kedatangan orang-orang yang dia identifikasi dengan agama atau warna kulit tertentu. Bagi dia orang-orang itu adalah ancaman terhadap diri dan kelompoknya.
Ia sebenarnya ketakutan. Takut terhadap hal-hal yang tidak ia kenal. Juga takut terhadap hal-hal yang berkembang dalam ilusi pikirannya. Ia membangun skenario bahwa orang-orang itu adalah musuh abadi, yang memang sejak dulu senantiasa memusuhi kelompoknya. Maka ia tega membunuh.
Itu pandangan kita, yang berpikir normal. Tapi ada orang-orang yang berpikir berbeda. Bagi orang-orang ini, teroris di New Zealand itu adalah kelompok yang memang tidak akan pernah diam, selalu memusuhi umat Islam. Mereka selalu mengincar untuk membunuh dan menghancurkan umat Islam.
Orang-orang ini menyatakan siap membalas tindakan tersebut. Ada yang memang cuma emosional atau buat gagah-gagahan di media sosial. Tapi ada yang berpotensi untuk bertindak.
Apa perbedaan mereka? Hanya posisi mereka berdiri saja yang berbeda. Keduanya nyaris identik. Mereka menganggap orang lain salah, karena berbeda dengan dirinya. Orang salah harus dibenarkan, atau ditumpas. Tidak hanya itu. Mereka menganggap bahwa orang-orang yang berbeda dengan diri mereka adalah orang-orang yang siap menyerang dan menumpas.
Mereka pandai meyakinkan diri soal apa yang mereka yakini. Mereka mengumpulkan fakta berbasis cognitive ease, yaitu mencari fakta-fakta yang cocok dengan kepercayaan mereka. Fakta-fakta yang tidak cocok ditata dan diberi makna agat sesuai dengan skenario yang mereka susun. Keduanya melakukan hal-hal yang persis sama.
Jadi, kedua kelompok ini selalu saling memusuhi, abadi.
Bagaimana membuat diri kita berbeda?
Pandanglah manusia lain sebagai manusia juga. Mereka adalah sosok tersusun oleh organ-organ yang sama dengan kita. Mereka adalah orang-orang yang kita harus berbagi ruang hidup. Mereka berbeda dengan kita, semata karena hal-hal yang tidak bisa mereka pilih.
Mereka lahir dari rahim orang-orang yang berbeda, di tempat yang berbeda, makan makanan yang berbeda, lalu tumbuh dengan menyembah Tuhan yang berbeda. Tapi pada dasarnya mereka hanyalah manusia seperti kita.
Kita mungkin punya kepentingan yang berbeda dengan kita. Dalam hal tertentu kita mungkin harus berebut sesuatu dengan mereka. Tapi itu pun tak mengubah fakta bahwa kita harus berbagi ruang hidup dengan mereka. Kalau harus bersaing, bersainglah secara adil.
Ada banyak teks-teks di kitab suci yang bisa kita maknai bahwa kita harus memusuhi mereka. Tapi teks-teks itu lahir dari masa lalu, belasan abad lalu. Teks-teks yang lahir di tengah situasi ketika orang-orang memang biasa saling bunuh untuk saling menaklukkan.
Kita hidup di zaman sekarang. Kita sudah menyaksikan begitu banyak kekejian yang dihasilkan dari perang dan permusuhan. Kita bisa memilih untuk menghentikan itu semua.
Caranya sederhana, berhentilah memusuhi.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews