Covid-19 dan Persaingan Dunia Baru

Kenapa Uni Eropa, Cina plus Turki kena dampak corona yang kuat? Karena mereka adalah calon calon penantang AS ke depan.

Jumat, 10 April 2020 | 22:42 WIB
0
494
Covid-19 dan Persaingan Dunia Baru
Dunia pasca covid-19 (Foto: cnbcindonesia.com)

Melihat perkembangan covid-19 di dunia saat ini, menguatkan asumsi bahwa ini bukan hanya sekedar isu sebuah virus yang normal.

Melihat negara negara yang menjadi korban utama virus covid19 sampai hari ini, mereka rata rata adalah calon-calon pesaing Amerika Serikat ke depan.

Cina terutama, meskipun dia menjadi target utama covid19 sejak tahun lalu. Cina hari ini bangkit dengan percaya diri dan mengirim sinyal kepada lawannya bahwa serangan ini gak ngaruh banyak.

Inilah mengapa direktur WHO meminta kejujuran AS-Cina agar dunia bisa segera menghentikan covid-19.

Inilah mengapa para ilmuwan bidang futuris percaya bahwa isu covid-19 ini hanya sebuah isu awal yang akan berlanjut ke isu reset ekonomi, reset Geopolitik, dan menuju isu perimbangan dunia. Setidaknya itu disampaikan oleh pakar futuris dunia Jemmie Metzl.

Inilah mengapa, Presiden Uni Eropa mengatakan bahwa Eropa saat ini butuh Marshall Plan baru untuk merekontruksi eropa paska kehancuran akibat covid-19 ini.

Inilah mengapa para mantan diplomat senior AS mengatakan bahwa dunia pasca covid-19 ini akan berbeda jauh dengan dunia sebelum covid-19.

AS saat ini merajai negara dengan kasus covid-19 paling besar di dunia. Nampaknya perlawanan balik lawan lawan AS yang jadi korban covid-19 sedang berjalan.

Karena terlepas dari untuk kepentingan siapa covid-19 ini, yang jelas virus mematikan ini sudah menyebar di seluruh dunia. Yang punya persiapan baik akan selamat dan yang lalai akan kena bencana.

Perimbangan dunia, isu Geopolitik, isu ekonomi, dan reset dunia dengan tatanan baru akan menjadi isu isu penting kedepan pasca covid-19 ini. Makanya kita sejak awal yakin bahwa covid-19 ini bukan sekedar isu kesehatan semata.

Negara-negara yang berdampak parah covid-19 adalah negara negara yang berpotensi melawan AS ke depan dan menjadi kekuatan baru di dunia.

Dan rata-rata negara korban terparah covid-19 ini adalah negara negara yang sudah mulai "cuekin" AS satu dekade belakangan ini dan lebih memilih mitra baru mereka: Cina dengan OBOR nya.

OBOR yang merupakan satu gate ekonomi kiblat beijing saat ini sudah diikuti oleh 70 negara. Inilah mengapa AS sangat ketar-ketir.

OBOR yang merupakan megaprojek multi triliun dolar ala cina ini berpotensi merobohkan semua hegemoni AS selama ini dalam banyak bidang terutama ekonomi dan teknologi.

Perang minyak juga menjadi salah satu tujuan utama covid-19 ini, ada yang ingin mengatur kembali sistem dan kuota minyak dunia pasca covid-19. Ditandai dengan perang minyak antara AS-Rusia dengan memperebutkan pasar Arab Saudi.

Seorang peneliti politik amerika menulis bahwa "Oil Collapse" ini adalah bagian dari rencana besar dunia lewat isu covid-19. Jangan heran harga minyak dunia saat ini yang terendah dalam sejarah dunia.

Kenapa Uni Eropa, Cina plus Turki kena dampak corona yang kuat? Karena mereka adalah calon calon penantang AS ke depan.

Kenapa mitra-mitra utama AS justru gak berdampak parah covid-19 ini seperti Israel, Timur Tengah, Australia, Jepang, Singapura? Karena AS menjaga mitra nya ini untuk kepentingan jangka panjang.

Arab Saudi, Israel, Singapura, Australia, Jepang, india dkk adalah mitra penting AS dengan angka covid19 yang termasuk sangat rendah di dunia.

Dan Turki adalah negara berdampak corona paling rendah jika dibandingkan dengan negara negara yang jadi target utama covid-19 ini.

Indonesia tidak masuk hitungan karena indonesia bukan mitra strategis siapapun dalam isu covid-19.

Indonesia posisinya sama dengan negara-negara lemah lain di Amerika Latin, Afrika dan negara-negara lemah lain di Asia. Dibiarkan menjadi negara calon pasar vaksin ke depan dan dibiarkan menghadapi covid-19 dengan isu kesehatan bukan dengan isu politik.

Akan banyak yang berubah di dunia ini pasca covid-19. Yang sigap dan cerdas akan mampu bertahan dan bersaing di tengah perubahan ini. Dan yang lambat akan punah dan mati tanpa ada toleransi.

Tengku Zulkifli Usman, Analis Politik.

***