Kedengkian Negara yang didirikan oleh para bekas bandit dan kriminal buangan dari Kerajaan Inggris ini sudah mendarah daging terhadap Indonesia.
Setiap membicarkaan Papua, saya selalu teringat Australia dan Ular Beludak.
Lucunya, berdasarkan pada fakta, dari semua Benua, di muka bumi ini, hanya di Benua Antartika dan Benua Australia yang tidak ada Ular Beludaknya. Tapi sayangnya, justru masyarakat Australia yang selalu berwajah Ular Beludak kalau berhubungan dengan Indonesia.
Kedengkian Negara yang didirikan oleh para bekas bandit dan kriminal buangan dari Kerajaan Inggris ini sudah mendarah daging terhadap Indonesia.
Mereka adalah provokator utama berpisahnya Timor Leste dari Indonesia. Dukungan mereka untuk kemerdekaan Timor Leste dengan alasan kemanusiaan cuma strategi tipu-tipu untuk menguasai kekayaan migas di Celah Timor. Alasannya, kalau Timor Leste masih bergabung dengan Indonesia, mereka tidak bisa berbuat apa-apa.
Sayangnya rakyat di Timor Leste termakan provokasi. Hasilnya, Timor Leste tetap saja cuma Negara Upil di Asia Tenggara. Hampir semua kebutuhannya dipasok dari Indonesia. Bahkan stok wanita saja mereka kekurangan, sampai Raul Lemos harus berburu Krisdayanti ke Indonesia. Kasihan ya...
Sekarang Negara Ular Beludak itu mulai "bermain api" terang-terangan di isu Papua Merdeka.
Mereka seakan-akan Negara paling terdepan yang menjunjung Hak Asasi dan kesetaraan manusia di Kawasan Asia-Australia. Mereka menuduh Indonesia sebagai penjajah di Papua.
Mereka lupa, justru nenek moyang mereka adalah para kriminal terkutuk yang kemudian menjajah Benua Australia.
Suku Aborigin yang menjadi penduduk asli tanah Australia mereka perbudak dan mereka bantai hampir tidak bersisa. Benar-benar Negara Ular Beludak bermuka dua. Pantas saja Nicole Kidman malu jadi orang Autralia dan diam-diam memegang Paspor Amerika.
Sekarang coba kita bandingkan dengan Indonesia. Sejak bergabung dengan NKRI, kita selalu memperlakukan Papua layaknya saudara sebangsa yang setara. Bahkan Papua memiliki ke istimewaan khusus, semua kepala daerahnya wajib dari ras Melanesia. Benar-benar daerah istimewa.
Coba bandingkan dengan kami di Sumatera Utara. Gubernur kami berkali-kali Orang Jawa, sekarang Orang Aceh. Untung saja Calon Gubernur orang-orangan bekas buangan DKI yang kemarin ngga menang. Kalau ngga, apa kata dunia...?
Kembali ke betapa istimewanya saudara-saudara kita ras Melanesia di Papua. Mereka menjadi Raja di Tanahnya sendiri. Jauh berbeda dengan nasib suku Aborigin di Australia yang tidak akan pernah jadi Penguasa ditanah-nya sendiri.
Jadi buat saudara-saudaraku di Tanah Papua. Tolong jangan mau ikut terprovokasi ulah ular-ular beludak di Australia. Mereka keturunan kriminal dan selamanya akan jadi kriminal.
Australia cuma Ular Beludak. Mereka tidak akan pernah perduli dengan OAP atau Orang Asli Papua. Mereka hanya mengincar kekayaan Tanah Papua. Selama Papua masih bagian dari Indonesia, mereka tidak akan mampu berbuat apa-apa.
Karena itu Negara Beludak ini bertahun-tahun mencoba memprovokasi sebagian masyarakat Papua untuk meminta merdeka. Harusnya kita kencingi ramai-ramai benua mereka (maaf, saya benar-benar marah dengan provokasi mereka selama ini terhadap negara kita).
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews