Setelah terpilih, Modi justru tidak mengayomi seluruh bangsa India dan justru tunduk kepada order para pengusaha Hindu anti Islam.
Kebrutalan umat Hindu India terhadap Muslim tidak terlepas dari mental pemimpinnya. Tidak terlepas juga dari gaya berpolitik kaum elitnya, mulai dari partai BJP sampai partai partai kongres.
Tidak terlepas dari sikap Islamophobics kaum pendukung mereka dari kalangan Hindu radikal semacam gerakan RSS dibawah Baba Ramdev dan penerusnya. Pengesahan undang undang warga negara adalah salah satu produk rasisme yang terlembaga di india.
Pengesahan undang undang ini menjadi trigger yang memicu sikap anti muslim yang meluas di sana. Narendra Modi awalnya diharapkan mampu membawa narasi baru di india, makanya dia dipilih oleh mayoritas rakyat dengan kemenangan mutlak di dua kali pilpres.
Tapi pada kenyataannya, Modi malah melanjutkan tradisi rasisnya yang sejak dia menjabat sebagai Gubernur Gujarat sudah dia praktekkan.
Tahun 2001, di bawah kepemimpinan Modi sebagai gubernur Gujarat, sekitar 1.000 muslim tewas karena sikap barbar kaum Hindu India. Kerusuhan Gujarat yang terkenal itu dan hampir saja membuat Modi gagal melenggang sebagai calon PM india.
Namun sekelompok elit politik india memaksakan Modi berkuasa di sana dengan support dana tak terbatas termasuk dari pengusaha besar india yang memiliki usaha Mobil Tata Motor. Modi dibebaskan dari segala tuduhan atas skandal HAM tersebut dengan keluarnya laporan "Clean Shit" atas bantuan banyak penegak hukum.
Padahal ada 200 an juta Muslim di India, dan Modi sendiri memenangkan pemilu juga atas dukungan kaum Muslim. Narendra Modi dalam kampanye menuju kursi PM bahkan pernah mencium kaki salah satu veteran perang Muslim india Kolonel Nizamuddin untuk meraih simpati publik Muslim kepadanya.
Setelah terpilih, Modi justru tidak mengayomi seluruh bangsa India dan justru tunduk kepada order para pengusaha Hindu anti Islam. Keberanian Modi melakukan banyak hal yang mendiskreditkan Muslim tidak terlepas dari dukungan AS terutama dibawah Donald Trump.
Modi termasuk yang sangat intens mendekati pemilih Muslim di kantong kantong suara mereka semisal di provinsi Uttar Pradesh. Modi dan kawan kawan dari partai BJP (Bharatiya Jannata Party) sengaja membiarkan isu-isu rasis berkembang di sana.
Modi dan BJP sangat percaya diri karena merasa menang besar di kotak sura dengan perolehan suara di atas 600 juta saat pemilu pertama Modi menjadi PM. Radikalisme Hindu india dipicu oleh faktor faktor diatas ditambah dengan provokasi kalangan hindu ekstrem.
Sayangnya, beberapa negara kaya Arab juga terlibat dalam mensupport Narendra Modi menuju kursi kekuasaan PM. Terutama Uni Emirat dan Arab Saudi. Oleh karena itu, isu rasis ini didiamkan oleh mayoritas negara Islam kecuali Turki, Qatar dan beberapa negara kecil lainnya.
Sejauh ini hanya Erdogan yang berani mengkritik Modi secara terbuka di media dan forum forum internasional. Arab khususnya diam seribu bahasa dan takut kepada Modi. Isu rasisme india ini juga di diamkan oleh PBB dan lambaga sejenis. Padahal semua tau, hindu di india mayoritas adalah Hindu rasis dan ekstrem karena mayoritas mereka pengikut gerakan rasis model RSS tadi.
Tengku Zulkifli Usman.
Analis Politik Dunia Islam Internasional.
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews