Ketersediaan bahan bacaan baru di perpustakaan harus selalu terjaga, agar semangat membaca tidak terputus.
Selama ini di Indonesia narasi-narasi mengenai literasi lebih populer yang bernada minor, misalnya, ‘minat baca’ masyarakat Indonesia menempati posisi ke-60 dari 61 negara yang disurvei. Hasil riset Central Connecticut State University, Amerika Serikat tahun 2015 itu selalu diungkap ketika membahas literasi.
Kemudian banyak yang menyebutkan bahwa hasil riset tersebut diadopsi oleh UNESCO, maka di Indonesia, data itu menjadi bench mark yang sering digunakan. Padahal, beberapa negara, termasuk Indonesia dan Hong Kong, menolak data itu karena tidak jelas variabel dan parameter yang digunakan dalam survei.
Mengenai publikasi tersebut, Kepala Perpustakaan Nasional RI, Muhammad Syarif Bando mengatakan, data tersebut pantas dipertanyakan. Sama seperti sebuah puisi berjudul ‘Tradegi Nol Buku’ yang dibacakan seorang sastrawan senior dalam Rapat Kerja Perpustakaan tahun 2003.
Untuk sampai pada kesimpulan itu, baik variabel, parameter, maupun persepsi yang digunakan dalam survei sangat tidak jelas. Perpustakaan Nasional RI tidak mengakui data tersebut. Data itu tidak menggambarkan budaya membaca masyarakat Indonesia yang sebenarnya.
Siapapun tidak bisa menyimpulkan, budaya membaca di satu tempat rendah atau tinggi, kalau ia belum datang ke tempat itu dan menanyakan kepada masyarakat di sana, bahan bacaan apa yang mereka butuhkan?
Faktanya, hari ini perpustakaan keliling yang menggunakan berbagai jenis kendaraan di berbagai pelosok Indonesia, sangat diminati masyarakat, khususnya anak-anak. Kegemaran mereka membaca buku atau bahan bacaan lainnya sangat tinggi.
Saat ini, hanya perlu waktu antara 6 sampai 12 bulan di mana buku-buku yang menjadi koleksi baru perpustakaan-perpustakaan di Indonesia, habis dibaca anak-anak dan remaja. Sehingga, ketersediaan bahan bacaan baru di perpustakaan harus selalu terjaga, agar semangat membaca tidak terputus.
***
Tulisan sebelumnya: Perpustakaan Nasional RI [1]: Perpustakaan "Open Access" Terbaik di Dunia
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews