Berita Undangan Nominasi Nobel Sastra: Hoax atau Bukan?

Yang penting dari heboh ini terjadinya dinamika dalam sastra dan budaya Indonesia. Diplomasi budaya Indonesia perlu digerakkan dengan cara dan orientasi baru.

Jumat, 21 Januari 2022 | 06:25 WIB
0
171
Berita Undangan Nominasi Nobel Sastra: Hoax atau Bukan?
Nobel Sastra (Foto: Kalderanews.com)

+ “Bro, clear ya sikap Kompas: tak anggap berita nominasi nobel hoax?”

- “Ya, Bro. Kompas.Com melakukan klarifikasi. Tak ada label hoax.”

ItIulah akhir percakapan tertulis saya di WA dengan editor Kompas, Bayu Galih. 19 Januari 2022, hari ini.

Kompas bahkan melakukan klarifikasi kepada The Swedish Academy, Panitia Nobel di Swedia, soal undangan kepada komunitas puisi esai mencalonkan sastrawan Indonesia untuk Nobel Sastra 2022.

Banyak diberitakan bahwa komunitas puisi esai merespon undangan itu dengan mencalonkan saya: Denny JA.

Sejak semalam saya kontak dengan Bayu Galih, wartawan Kompas. Penyebabnya banyaknya japri di WA saya dari handai taulan.

Umumnya bertanya. Bro DJA, “Apakah undangan The Swedish Academy untuk komunitas puisi esai itu Hoax? Ini bro, bisa dibaca berita Kompas”

Saya pun dikirim link berita Kompas itu. Sayapun terdiam. Apakah Kompas menganggap ini berita hoax? Begitukah?

-000-

Setelah jelas jawaban Kompas, bahwa berita Kompas tak menganggap itu berita Hoax soal undangan The Swedish Academy, panitia Nobel, kepada komunitas puisi esai, saya merenung. 

Apa yang sebenarnya yang penting dari heboh nominasi Nobel Sastra ini?

Di bulan September 2022 nanti mungkin terpilih, mungkin juga tidak. Lalu bisa saja saya selalu dicalonkan lagi dan lagi. Robert Frost sastrawan Amerika Serikat pernah dicalonkan nobel sastra hingga 31 kali. Namun tak sekalipun terpilih.

Yang penting dari heboh ini terjadinya dinamika dalam sastra dan budaya Indonesia. Diplomasi budaya Indonesia perlu digerakkan dengan cara dan orientasi baru. 

Ini bukan soal hadiah nobelnya. Ini soal berorientasi global. Ini soal menyiapkan diri berkompetisi secara internasional. Ini soal mengangkat kekayaan budaya kita, termasuk sastra, untuk juga diketahui dan memberi inspirasi dunia.

Ini perlu upaya panjang terus menerus. Tapi bukankah burung yang terbang di angkasa dimulai oleh kepak sayap pertama. Heboh nobel sastra ini semoga menjadi salah satu kepak sayap yang pertama.

Saya lihat di web, buku Atas Nama Cinta, kumpulan puisi esai soal diskriminasi dan cinta. Terbit di tahun 2012. Buku ini mengawali lahirnya genre baru puisi esai.

Ketika buku ini pertama kali saya tulis, tak pernah terlintas saat itu. Buku ini menyeret saya, naik dan turun, hingga akhirnya sampai pada heboh nobel sastra.

Denny JA

19 Januari 2022

***