Pemerintah Tingkatkan Penanganan Perubahan Iklim

Dampak perubahan iklim amat dahsyat, tidak sekadar cuaca panas dan pemanasan global, tetapi juga bisa menggeser musim dan mengundang bencana alam.

Kamis, 18 November 2021 | 19:14 WIB
0
122
Pemerintah Tingkatkan Penanganan Perubahan Iklim
Ilustrasi gersang (Foto: liputan6.com)

Pemerintah terus meningkatan penanganan dampak perubahan iklim . Salah satu cara tersebut adalah dengan mengoptimalkan penggunaan bahan bakar energi terbarukan dan membangun industri hijau di Indonesia.

Indonesia sudah berdiri selama lebih dari 70 tahun dan terus mengembangkan diri, agar menjadi negara yang super modern.

Pembangunan terus digenjot untuk meningkatkan perekonomian, sehingga kita bisa bangkit pasca pandemi. Sejak era orde baru hingga sekarang pembangunan selalu dilakukan agar negeri ini terus maju.

Pembangunan tentu tidak boleh bertentangan dengan lingkungan, karena Indonesia termasuk salah satu paru-paru dunia. Apalagi saat ini sudah ada efek perubahan iklim, di mana cuaca makin panas dan musim bergeser selama beberapa minggu. Jika ini terus berlanjut maka bisa berpengaruh besar terhadap perekonomian, sehingga wajib dicegah.

Presiden Jokowi berpidato dalam pertemuan APEC yang diadakan secara virtual di Istana Negara. Menurut beliau, harus ada upaya penanganan dampak perubahan iklim dalam kerangka pembangunan berkelanjutan. Penanganannya harus dilakukan secara berimbang dengan pembangunan sosial dan ekonomi masyarakat, untuk memenuhi target pembangunan berkelanjutan.

Penanganan dampak perubahan iklim memang wajib dilakukan karena jika dibiarkan saja akan kacau-balau. Presiden menekankan bahwa industri di Indonesia adalah industri hijau yang jelas ramah lingkungan. Nantinya pelan-pelan bahan bakar industri akan diganti, dari bahan fosil (batu bara dan minyak bumi) menjadi energi baru terbarukan (EBT).

Bahan bakar energi baru terbarukan misalnya dari tenaga air, angin, dan matahari. Jika menggunakan EBT maka jelas ramah lingkungan. Bandingkan dengan bahan bakar fosil yang membuat tingginya karbondioksida di Indonesia. Selain tidak ramah lingkungan, bisa berbahaya bagi kesehatan. Oleh karena itu penggunaan EBT terus digenjot oleh pemerintah.

Efek samping dari penggunaan bahan bakar fosil selama ini adalah cuaca panas. Cuaca yang terlalu panas akan berpengaruh banyak, salah satunya bisa menyebabkan kekeringan dan akhirnya penduduk kesulitan mendapatkan air bersih. Jika ada kekeringan maka peternak juga kesulitan karena susah mencari rumput. Pergeseran musim juga memusingkan karena menyebabkan petani gagal panen.

Oleh karena itu pemerintah melanjutkan pembangunan bendungan-bendungan, terutama di luar jawa. Sehingga jika musim hujan bergeser, penduduk tidak akan mengalami bencana kekeringan. Sebaliknya jika sudah masuk musim hujan, tidak akan takut kebanjiran karena airnya ditampung oleh bendungan.

Selain itu, industri hijau juga digalakkan, karena industri ini tidak sekadar mencari keuntungan, tetapi juga harus ramah lingkungan. Jika ada industri hijau maka menurunkan emisi, sehingga minim karbondioksida. Ketika kadar CO2 menurun maka akan lebih menyehatkan masyarakat dan tidak membuat cuaca terlalu panas.

Pembangunan industri dan ekonomi Indonesia tidak harus bertentangan dengan lingkungan, karena mereka bisa bersisian dengan lancar. Jika ada pembangunan, terutama di luar Jawa, diusahakan tidak terlalu berdampak bagi lingkungan. Jadi salah besar jika ada yang bilang bahwa pembangunan akan menghancurkan hutan dan lingkungan sekitarnya.

Kita semua ingin maju dan bangkit di masa pandemi, dan perekonomian tetap berjalan dengan baik. akan tetapi, cara untuk mencari cuan tidak harus dengan yang negatif, seperti penggundulan hutan. Pembangunan harus dipastikan ramah lingkungan dan adanya industri hijau bisa melegakan masyarakat, karena pemerintah sudah sadar akan pentingnya menjaga lingkungan.

Dampak perubahan iklim amat dahsyat, tidak sekadar cuaca panas dan pemanasan global, tetapi juga bisa menggeser musim dan mengundang bencana alam. Oleh karena itu pemerintah mendukung penanganan dampak perubahan iklim dalam rangka pembangunan berkelanjutan.


Made Raditya, penulis adalah kontributor Lingkar Pers dan Mahasiswa Cikini

***