Mending mana, kelebihan oli atau kekurangan oli. Kalo saya milih kelebihan oli. Oli bisa dibuang kalo kelebihan, tapi kalo kekurangan belum tentu bisa nemu kekurangannya.
Belum banyak orang tahu dalam teknik menulis ada teknik yang dinamakan "asosiasi". Asosiasi sebenarnya padanan kata atau kata-kata yang senafas, senada, seirama, tetapi tetap ada kaitannya, kata yang saling berhubungan dan kalau dijahit akan membentuk kalimat utuh.
Selain asosiasi, saya juga sering menggunakan teknik pohon dan akar masalah, "mind mapping" yang sudah umum, itu semata-mata untuk memeras kata maupun kalimat sampai ga bersisa. Gunanya apa, gunanya biar ga macet saat menulis, biar kata dan kata-kata ngalir bak air bah. Jangan takut tsunami kata-kata, sebab belakangan biasanya saya siangi. Kan writing itu re-writing?
Bagi saya, lebih baik terhempas tsunami kata-kata daripada paceklik kata-kata. Mending mana, kelebihan oli atau kekurangan oli. Kalo saya milih kelebihan oli. Oli bisa dibuang kalo kelebihan, tapi kalo kekurangan belum tentu bisa nemu kekurangannya.
Lebih dari itu, kata-kata berhubungan dengan kekinian. Misal gini. Kalo kamu nemu satu kata Pilpres, pasti asosiasinya adalah 2019, Jokowi, Prabowo, Kampanye, Jan Ethes, sampai Neno Warisman, begitu 'kan? Dari satu kata kunci Pilpres saja asosiasinya bisa segudang kata yang siap kamu susun jadi kalimat.
Dari kata-kata mutakhir itu kamu bahkan bisa bikin "peribahasa" atau "pepatah" baru. Misal untuk Jan Ethes, kamu bisa bikin kalimat, "Elo tuh ga akan bisa dapetin si Mona sampai Jan Ethes jadi Presiden sekalipun!"
Keliatannya ini kalimat main-main, tetapi sesungguhnya bisa diterima untuk satu cita-cita yang sangat sulit tercapai. Kan Jan Ethes pun blom tentu jadi Presiden, ya ga? Kalaupun bisa jadi, mau nunggu berapa tahun lagi?
Neno Warisman, kamu bisa bilang , "Kamu harus tetap sabar menunggu sampai do'a-do'a Neno Warisman dikabulkan."
Ada lagi soal kulit salak yang sempet viral kemarin. Silakan pikir apa kira-kira kalimat yang mau kamu buat!
Kalo saya sih sudah langsung mengalir begitu saja dalam pikiran, misalnya, "Sampai menantu Aburizal Bakrie ngupas kulit salak pun kesempatan itu ga akan bisa kamu dapetin lagi." Di sini sekaligus saya ngasih contoh asosiasi itu. Alih-alih yang viral nama Nia Ramadhani, yang saya sebut kan menantu Aburizal Bakrie.
Ah, ini contoh kecil saja bagaimana teknik menulis. Selebihnya kamu harus sering-sering gaul sama saya kalau mau lebih mahir menulis.
#PepihNugraha
Tulisan sebelumnya: Sketsa Harian [14] Penaklukkan Kaffah
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews