BPIP meminta mahasiswa IPDN menjaga dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila sejak pendidikan hingga nanti bertugas sebagai Pamong Praja.
Jika penyebaran berita bohong (hoax) tidak segera dicegah dan dihentikan, dampak buruk informasi sesat yang tersebar di media sosial itu dapat memunculkan konflik horizontal di masyarakat yang bisa memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Selain itu, hoax yang ditujukan kepada pejabat negara bisa mendelegitimasi sekaligus mengikis kepercayaan rakyat kepada pemerintah.
Selaku Direktur Sosialisasi Komunikasi dan Jaringan BPIP, saya mengingatkan hal ini pada kuliah umum di depan sekitar 3.700 mahasiswa (praja) Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) di Kampus IPDN Jatinangor, Jawa Barat, 26 Maret 2019. Sebagai pembicara, hadir pula Staf Khusus Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Romo Antonius Benny Susetyo dan pegiat komunitas yang diwakili CEO Digital Agency Grace Tobing.
"Kegelapan tidak dapat dihapuskan dengan kegelapan. Kegelapan hanya dapat digantikan oleh cahaya. Untuk itu, untuk menghapuskan hoax tidak dapat dilawan dengan hoax baru ataupun memutuskan hubungan pertemanan di media sosial (memblok). Hoax hanya dapat dihapuskan dengan membanjiri media sosial dengan konten-konten positif sebanyak mungkin,” demikian saya sampaikan dalam kesempatan itu.
Saya menambahkan, pengguna Internet untuk membanjiri media sosial dengan konten-konten positif dengan cara rajin membuat konten inspiratif, edukatif, informatif dan menghibur. Meski para Praja IPDN saat ini disibukkan dengan berbagai kegiatan belajar, diharapkan sejak saat ini sudah mulai belajar mengembangkan diri untuk membuat konten-konten positif. Sejalan dengan kemajuan dunia digital, saat ini sangat mudah untuk mengunduh berbagai perangkat lunak yang dapat membantu membuat berbagai konten positif.
Sementara itu Benny Susetyo dalam ceramah umum yang diselenggarakan oleh Kedeputian Hubungan Antar Lembaga, Sosialisasi, Komunikasi dan Jaringan BPIP meminta para mahasiswa IPDN untuk senantiasa menjaga dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila sejak pendidikan hingga nanti bertugas sebagai Pamong Praja.
“Kita patut bersyukur karena memiliki Pancasila sebagai ideologi berbangsa dan bernegara yang mampu mempersatukan Indonesia dari Sabang sampai Merauke, dari Pulau Miangas hingga Pula Rote. Pancasila adalah rumah kita, rumah untuk kita semua selamanya dan nilai dasar Indonesia,” kata Romo Benny.
“Bukan hanya bersyukur, kita juga patut berbangga bahwa keberadaan dan pentingnya Pancasila dalam mempersatukan NKRI ternyata diakui oleh dunia internasional. Banyak negara yang mengakui dan mengagumi keberhasilan Pancasila setelah melihat terjadinya disintegrasi di berbagai negara seperti di Yugoslavia, Uni Soviet ataupun India,” imbuhnya.
"Dalam melayani kepentingan masyarakat dan memajukan kesejahteraannya, para Praja IPDN hendaknya mulai belajar untuk bersikap melayani, bukan sebaliknya minta dilayani," tekannya.
Romo Benny mencontohkan para lulusan IPDN yang hadir di acara ceramah umum ini menceritakan pengalamannya bertugas dan bermasyarakat setelah lulus dari IPDN. Ia menunjuk tiga orang lulusan IPDN yang telah berkarir di Pemerintahan dengan baik yaitu Direktur Pembudayaan di BPIP Irene Camelyn Sinaga, Kepala Seksi Promosi Pariwisata Pemerintah Daerah Sumatera Selatan Paramiswari, dan Sekretaris Kecamatan di Provinsi Kalimantan Timur Ipta Septianti.
Grace Tobing mengatakan, di era digital dewasa in, peran media sosial sangat penting dalam mendorong perubahan sikap di birokrasi pemerintahan sehingga lebih peduli pada kepentingan masyarakat.
Ia mengungkapkan sejumlah kisah sukses mengenai keberhasilan meningkatkan pariwisata di Sumatera Selatan melalui promosi bersama di internet berkat adanya sinergi pejabat birokrasi Pemerintahan Daerah dan pegiat media sosial.
Selain itu, upaya membenahi kebersihan lingkungan di Kalimantan Timur dengan melibatkan partisipasi masyarakat dan upaya menghilangkan stigma buruk mengenai Ambon antara lain melalui kampanye di internet dengan tagar #Ambonbergerak dan #SaveAru.
Ceramah umum ini berlangsung selama sekitar empat jam diawali sambutan tari kecak yang dibawakan oleh perwakilan Praja IPDN tingkat pertama, dilanjutkan dengan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya dan mars Revolusi Pancasila dan diakhiri dengan menyanyikan secara bersama-sama hymne IPDN “Abdi Praja Dharma Satya Negara Bhakti.”
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews