Bagi petani dan buruh tani yang terpenting berapapun hasil panennya ada yang beli sesuai grade dan diatas biaya produksinya alangkah lebih baik di subsidi harga belinya.
Bersama ini perkenalkan saya buruh tani di kebun aneka buah-buahan di desa Cimayasari Subang Jabar, entah harus ikut bangga, senang dan tersanjung setelah membaca berita di media online Kementan meluncurkan berbagai proyek program seperti food estate, seribu kampung hortikultura dan Gedor Horti dan aduhainya jargon-jargon dan retorikonya akan-akan dan akan mensejahterakan petani dan buruh tani, namun kenapa programnya hanya ditebar di daerah-daerah tertentu di Kalimantan, Sulawesi, Sumatera dan Jawa ?
Sedang di pelosok-pelosok negeri kita yang subur jibar jibur betebaran jutaan petani dan buruh tani kehidupannya semakin terpuruk dan di setiap jengkal pekarangannya bisa dikatakan memiliki tanaman hortikultura dan sebagian besar bibit / benihnya didapat pembagian gratis sedari jaman Orba hingga tahun 2020 terutama dari Dinas Pertanian tingkat Kabupaten hingga Pusat, Instansi pemerintah lainnya, BUMN, Parpol dan lainnya. Pula betebaran perkebunan horti milik pribadi. Tentu petani dan buruh tani, apalagi pemilik perkebunannya bermimpi memetik hasil dibudidayanya berupa keuntungan.
Bapak Mentan dan jajaranya, saya ingin bertanya?
1. Sudah kah memiliki data-data ragam bibit dan benih bermutu dan unggul yang telah dibagikan ke bergai kelompok tani dan kelompok-kelompok lainnya dari dinas Pertanian pusat hingga Kabupaten per tahun / anggaran ?
2. Sudah kah memiliki data-data berupa populasi ragam tanaman buah-buahan yang produktif di setiap jengkal pekarangan milik warga dan perkebunan pribadi, berupa ragam varietasnya, asal bibit / benih dan umurnya. Demikian pula data-data budidaya palawijanya, seperti jenis palawija apa saja yang sedang dan akan dibudidayakannya dalam cakupan satu Desa / Kecamata ?
Baik bila sudah memiliki, saya tanya lagi berapa populasi pohon dan ragam jenis rambutan di sekitar di kampung Ciistal-Cigancang desa Cimasayari Kec. Cipeundeuy Subang yang terkenal sentra produksi rambutan ?
Kini (2021) sedang panen raya namun nasibnya seperti produk horti lainnya, harga jual ditingkat petani sangat murah bahkan tidak laku yang berujung ratusan pohon rambutan produktif ditebang dijadikan kayu bakar.
Permasalahanya bukan karena asal bibit tidak unggul, tidak bisa meningkatkan kualitas dan kuantitasnya, tidak ada pendampingan namun sudah masa bodoh tersebab produknya tidak ada nilainya sama sekali.
Puluhan tahun saya berkecipung di dunia hortikultura hingga kini (2021) sedang dipercaya mengelola lahan buah-buahan seluas 6 HA dan memiliki 256 pohon rambutan jenis Lebak, Binjai dan Rafiah berumur 18 tahun kini sedang petik pula terkena imbas harga begitu murahnya untuk ongkos petik tekor, Bapak mau beli dengan harga Rp.15.000/Kg bila > 1 Ton saya siap antar gratis ke Kementan.
Puluhan tahun pula saya bermimpi bahkan mungkin mimpi para petani dan buruh tani horti seantara negeri, bila ingin benar-benar mensejahterkannya tiada jalan lain negara harus hadir menyiapkan tempat penyimpanan berpendingin (Cold Strorage) tenaga surya / PLN dan 1 unit genset cadangan pula SDMnya beserta aplikasinya.
Sedang besaran kapasitasnya sesuai data-data tanaman hortinya dan ditempatkan disetiap Kelurahan / Kecamatan, perannya: menerima, membeli dan menyimpan sementara berapapun hasil produk horti baik dari kelompok maupun perorangan, menentukan harga beli sesuai jenis dan gradenya serta memasarkan produk grade 2 dan 3 di pasar lokal, melayani bakul-bakul keliling. Sedang grade 1 dan 2 di pasok ke pasar-pasar induk antar kota, provinsi bahkan antar pulau, semua aktivitas dan transaksi berbasis aplikasi.
Baca Juga: Indonesia Minim Petani Muda
Demikian, sekali lagi ketersediaan tempat penyimpanan berpendingin solusi paling tepat menjawab kelemahan produk hortikultura yakni pada daya simpan rendah, volume petik buah dalam satu pohon / panen sayur di satu hamparan tidak serempak, populasi tanaman beragam, cepat rusak / busuk dan sekaligus pengendali harga dan pengatur pasokan ke berbagai tempat dan wilayah.
Bagi petani dan buruh tani yang terpenting berapapun hasil panennya ada yang beli sesuai grade dan diatas biaya produksinya alangkah lebih baik di subsidi harga belinya, dampaknya dahsyat meningkatkan semangat meningkatkan produksifitas, kualitas dan kuantitasnya tanpa perlu Kementan bersuyah payah membuat perbagai program proyek selagi disusui anggaran melimpah ruah kelihatan berhasil, setelah itu? Sontoloyo!
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews