Kata-kata tak bisa lagi jadi mula hayat. Hidup sehat mengajak kita berangkat dari peristiwa. Peristiwa yang menyatukan asam di gunung dan garam di laut dalam belanga olah rasa.
Saudaraku, kata-kata lebih sering tak memberi kata putus. Sebilah pisau kata menyayat kulit perasaan, mengeluarkan rembesan darah tak kenal reda. Nyeri lukanya menembus jantung hati, menuntut balas tikaman setimpal; iris-mengiris tiada henti.
Milyaran belati kata kita tusukkan setiap hari, sejak bangun hingga peraduan; merayakan pesta darah perasaan secara kolosal, mentasbihkan pengguna media sosial terbesar ketiga sejagat.
Dalam pesta mabuk darah ini, orang-orang saling terhubung bukan untuk mendekat tapi menjauh; bukan konvergensi tapi divergensi; bukan konsientisasi tapi alienasi, bukan berbagi tapi negasi; bukan mengasihi tapi membenci.
Yang menuntut keadilan mendorong kezaliman; yang mencegah kemunkaran menebar kebencian; yang menyeru persatuan menciptakan persatean; yang mengatasnamakan agama mengabaikan akhlak mulia; yang menuntun jalan menuju mata air justru orang tak tahu, dan tak tahu bahwa dirinya tak tahu.
Tiada hari tanpa perang. Peperangan yang tak dapat dimenangkan. Setiap pihak berjuang jadi juara, tanpa menyadari semuanya jadi pecundang. Menang jadi arang, kalah jadi abu.
Setiap hari, dalam rawa kata-kata, semua kita berkoak hoax untuk sama-sama terperosok ke dalam lumpur. Setiap hari, dalam samudera kata-kata, kita bergibah fitnah untuk sama-sama tenggelam ke dasar laut.
Kata-kata tak bisa lagi jadi mula hayat. Hidup sehat mengajak kita berangkat dari peristiwa. Peristiwa yang menyatukan asam di gunung dan garam di laut dalam belanga olah rasa. Seperti nenek-moyang kita yang mengutamakan laku di atas kata.
(Makrifat Pagi, Yudi Latif)
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews