Sudah tau suami yang menikahinya bejad dan tidak bertanggung jawab tetapi tetap bertahan karena kakinya terpasung di bawah doktrin.
Pada zaman Jahiliyah, nasib wanita selalu berada di posisi yang tidak menguntungkan. Bahkan saat itu apabila anak yang lahir perempuan dianggap sial dan langsung dibunuh.
Kemudian zaman berkembang. Kedudukan wanita mendapat tempat yang cukup diperhitungkan. Saya pernah membaca sejarah mengenai kerajaan di Cina pada zaman dahulu. Dimana posisi wanita sangat penting. Karena mereka bahkan bisa jadi penentu arah politik dan pemerintahan.
Kita juga mengetahui peran Siti Khadijah sebagai pendamping nabi Muhammad SAW, dikisahkan sebagai wanita cerdas, tangkas dan pintar berniaga. Ada juga Ratu Cleopatra yang kecantikannya sangat memukau. Wanita pintar dan berdedikasi bagi kerajaannya.
Kemudian ada lagi era Kartini, Tjut Nyak Dien, Nyi Ageng Serang, Martha Christina Tiahahu, dan beberapa pahlawan wanita lainnya. Dimana kontribusi mereka dalam merubah negeri ini cukup signifikan.
Seiring waktu lahir pula para Kartini muda yang pernah membawa harum nama bangsa, Ada Susi Susanti, Yayuk Basuki, Elsa Manora Nasution, Megawati Soekarno Putri yang pernah jadi presiden kita. Ada Sri Mulyani, Retno Marsudi, dan sederet nama wanita-wanita inspiratif lainnya.
Mereka semua adalah wanita-wanita hebat yang namanya tercatat dalam sejarah dan akan dikenang sebagai wanita-wanita perkasa yang menyadari potensi dirinya. Mereka layak jadi panutan.
Cita-cita R A Kartini yang ingin memajukan wanita dengan mencetuskan Emansipasi Wanita bisa terwujud. Sungguh membanggakan!
Namun...!
Entah apa yang merasukinya!
Sesudah beberapa pencapaian wanita-wanita hebat di atas, di belahan bumi lain lahirlah peradaban yang membuat wanita kembali ke abad jauuuuhhhh di belakang.
Mereka masuk ke dalam paham yang sudah menutup akal sehat mereka. Ada yang membungkus tubuh dengan hanya terlihat mata dan telapak tangan saja. Mengikuti budaya padang pasir karena kiblat mereka di sana.
Baca Juga: Krisis Kepercayaan Diri pada Wanita
Padahal saat ini wanita-wanita Arab sudah mulai mengepakkan sayapnya, lha di sini malah mengadaptasi budaya tersebut dengan tulus ikhlas.
Ada yang dijadikan pabrik anak, ada yang menerima dijodohkan padahal belum cukup umur. Ada yang menerima harga dirinya diinjak-injak dengan menerima dijadikan istri kedua, ketiga, dan keempat! Ada yang bucin juga!
Sudah tau suami yang menikahinya bejad dan tidak bertanggung jawab tetapi tetap bertahan karena kakinya terpasung di bawah DOKTRIN!
Shame On You! Kapokmu kapan?
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews