Welcome wajah Islam yang ramah. Terima kasih pada orang tua Kristen yang mendobrak praktek beragama Islam yang sok-sokan. Yang sungguh sebuah kebetulan.
Ini prinsip saya ketika beradu argumen dengan anak perempuan satu-satunya. Di mana pun ayatnya tidak ada satupun dalam Quran yang menyebut detail bagaimana berjilbab itu.
Intinya dalam pendapat saya bahwa yang dimaksud jilbab dalam Al Qur'an itu adalah decent clothes. Yang membuat perempuan terhormat. Karena itu keterlanjangan seperti memamerkan toket atau paha, bukan decent clothes. Tapi bukan berarti saya anti jilbab atau rok mini, you can see atau all you can see.
Adalah kebebasan perempuan memilih penutup tubuhnya. Dengan konsekuensi yang harus juga ditanggung oleh pemakainya.
Sama seperti istri saya yang berjilbab. Saya sudah bilang kepadanya bahwa setiap saat jilbab yang dipakai boleh dilepas. Karena sejak awal saya tidak memaksakan istri untuk berjilbab.
Seiring dengan perkara kejamnya sekolah memaksa non muslim berjilbab, anak perempuan saya akhirnya maklum.
Bahwa freewill adalah bagian dari perempuan Islam. Sama seperti dia yang memutuskan tidak berjilbab. Tapi boleh diadu baca Qurannya.
Ingat. Derajat ke Islaman seseorang akan terlihat bagaimana dia memperlakukan perempuan. Jika seenaknya. Memaksakan perempuan dikurung oleh dalil ngawurnya. Maka dia golongan Islam Dajjal. Yang sama sekali tidak pantas menjadi pengajar atau pencetak kebijakan. Atau kepala keluarga.
Jdengan saya.
Diskusi dan adu argumen di depan anak perempuan saya. Itu deal saya dengan anak perempuan saya dahulu.
Namun Alhamdulillah agaknya diskusi dan adu argumen itu kemungkinan besar tidak akan terjadi di masa depan.
Anak saya mendapatkan pemahaman dari peristiwa Padang. Yang menjadi contoh nyata betapa pemaksaan kaum lelaki Islam dobol kepada perempuan sudah sangat menjijikkan.
Peristiwa di Padang harus jadi titik tolak kembalinya kebhinekaan di ruang pengajaran. Ruang mendidik generasi Indonesia yang toleran. Serta bertanggung jawab atas diri mereka sendiri. Jalan sudah terbentang. Karena ulama dobol sekarang sudah terjengkang.
Welcome wajah Islam yang ramah. Terima kasih pada orang tua Kristen yang mendobrak praktek beragama Islam yang sok-sokan. Yang sungguh sebuah kebetulan.
Pendobrakan ini terjadi di tanah legenda Makin Kundang. Seorang yang durhaka kepada wanita. Subhanallah. Halleluya..
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews