Manis Pahit PSBB Jabar

Sebagaimana langkah dia terdahulu, Anies tidak mau mengeluarkan dana dari APBD Jakarta untuk membiayai mereka. Begitu data kaum pendatang Jateng jadi, Anies akan tagih janji kepada Ganjar.

Minggu, 3 Mei 2020 | 13:09 WIB
0
391
Manis Pahit PSBB Jabar
Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, Ridwan Kamil (Foto: liputan6.com)

Mulai 6 Mei, seluruh wilayah Jawa Barat akan diberilakukkan PSBB. Pembatasan ruang gerak manusia mencakup 49 juta jiwa di 27 kabupaten dan kota.

Jika dihitung 14 hari dari tanggal itu, maka PSBB akan berakhir 20 Mei hanya 3-4 hari menjelang Lebaran.

Dengan PSBB di seluruh Jabar, maka warga Bekasi, Bogor dan Depok bisa bergerak ke Karawang Purwakarta, Sukabumi, Taksimalaya atau Garut sampai di Ciamis, Indramayu dan Cirebon dekat dengan Tegal. Atau Banjar dekat Purwokerto.

Artinya apa?

Mereka yang kena PHK dan kehilangan penghasilan sebagai pedagang kecil asal Jabar bisa pulang kampung halaman. Terselamatkan dari bahaya kelaparan dan tinggal dipinggir jalan karena tidak bisa bayar kos dan kontarakan.

Jadi kita patut berterima pada Pak Ridwan Kamis menyelamatkan nasib ribuan bahwa ratusan ribu kaum urban yang terkena dampak ekonomi pagebluk ini.

Tapi dalam skala yang lebih luas, pemberlakuan PSBB di seluruh Jawa Barat, bisa memandulkan larangan mudik di tanah Jawa.

Sebab inti persoalannya mencegah angka kejangkitan adalah melarang exodus kaum urban di Jakarta untuk pulang mudik.

Tapi dengan PSBB di Jawa Barat Orang Jakarta bisa.loncat ke Bekasi, Depok atau Bogor, kemudian menyelinap masuk ke wilayah Jawa Tengah yang punya ratusan jalan tikus.

Seberapapun besarnya aparat menjaga perbatasan tidak akan efektif membendung arus mudik liar ini. Yang memperbesar peluang berbondong-bodongnya super speader yang kemudian menjangkiti ribuan warga Jawa Tengah.

Jadi sangat sulit bagi aparat uhtuk menutup pintu tol Cikampek Utama karena dengan PSBB Jabar, mereka harus memberi jalan akses ke Purwakarta dan Bandung. Terbayang bagaimana kerepotannya para petugss memeriksa penumpang mobil mana yang ber KTP DKI mana yang ber KTP Jabar.

Jadi kunci pentingnya adalah kebijakan larangan mudik dari Jakarta.

Dalam konteks ini, Anies Baswedan nampaknya membaca gelagat.

Sebagaimana biasa, licinnya strategi kebijakan yang dia mainkan selalu berujung pada pisau bermata dua bahkan tiga atau empat.

Dia katanya bakal mengeluarkan aturan yang mempersulit kaum urban yang pulang kampung kembali ke Jakarta. Jadi dia menghimbau agar jangan mudik.

Kemana arahnya?

Baca Juga: Larangan Mudik Akan Ditinjau

Dia ingin kaum urban khususnya dari Jawa Tengah untuk bertahan di Jakarta seadanya. Ditampung di GOR bersama gelandangan yang terjaring.

Sebab yang dari Jabar tinggal Anis dorong ke Depok, Bekasi dan Bogor. Mau kemana mereka, Itu sudah jadi urusannya Ridwan Kamil.

Pendataan khususnya pendatang dari Jateng itu penting bagi Anies untuk menagih janji Ganjar.

Sebagaimana diketahui gubernur propinsi terbaik se Indonesia itu berjanji kepada Anies akan memberi santunan kepada pendatang asal Jateng di Jakarta.

Oleh itu, Anies mungkin akan memberikan amaran kepada kaum urban dari Jateng untuk lapor kalau belum dapat Bansos. Atau lapor ke hotline Pemda Jawa Tengah di 081295880747. Meskipun Ganjar sudah memberi tenggat waktu melapor sampai 25 April kemarin.

Tapi mana Anies perduli soal deadlinenya Ganjar?

Dan sebagaimana langkah dia terdahulu, Anies tidak mau mengeluarkan dana dari APBD Jakarta untuk membiayai mereka.

Begitu data kaum pendatang Jateng jadi, maka Anies akan tagih janji kepada Ganjar.

Jika Ganjar melaksanakan janjinya, maka Anies bisa minta Sri Sultan dan Khofifah untuk berbuat yang sama.

Jika tidak, dia tidak mau bertanggung jawab jika kaum urban dari tiga propinsi itu menyelinap masuk lewat Jawa Barat.

Dan adalah tanggung jawab Ridwan Kamil untuk membendung para penyelinap itu.

Skenario ini kemudiian dibaca oleh pemerintah pusat yang mungkin nantinya akan memperlonggar aturan mudik dengan alasan mengerakkan perekonomian.

Dan pada akhirnya, mudik bukan urusan Anies lagi.

Dia sudah lepas tangan.

Dia sudah merasa cukup menggulirkan masalah dan menyerahkan solusinya ke pihak lain.

Sambil memamerkan senyum khasnya.

Sebagaimana biasanya.

***