Mau Mendirikan Organisasi, Jangan Kepalang Tanggung!

Lebih baik bersakit-sakti dahulu dan bersenang senang kemudian, ketimbang main gampang semuanya dan akhirnya harus mengalami penderitaan seperti yang saya alami

Minggu, 7 Februari 2021 | 07:50 WIB
0
156
Mau Mendirikan Organisasi, Jangan Kepalang Tanggung!
Ilustrasi organisasi (Foto: salamadian.com)

Tutup Semua Celah Yang Dapat Melibatkan Kita Pada Masalah Hukum

Kalau hanya sekedar bikin WAG Group atau Grup yang bersifat internal, tentu tidak perlu repot repot urus surat legalitas. Karena begitu ada masalah, maka pada saat yang sama, grup dapat dibubarkan oleh pendiri grup. Tapi tidak semudah itu, bila sudah melibatkan orang banyak,apalagi kalau sudah berbicara hal hal yang menyangkut masalah keuangan. 

Karena masalah keuangan, sudah sangat sering terbukti, dapat mengubah sahabat baik menjadi lawan, bahkan tidak jarang terjadi antara sesama saudara kandung dapat terjadi perpecahan lantaran masalah uang.

Karena itu kalau mendirikan sebuah organisasi,walaupun namanya "non profit" organisasi atau "organisasi sosial" selama berhubungan dengan uang, maka sangat perlu didasari dengan Akta Pendirian di Notaris yang menjelaskan secara mendetail, siapa saja pendirinya dan bagaimana dengan hak dan kewajibannya.

Walaupun yang duduk dalam badan kepengurusan adalah sesama anggota keluarga sendiri. Hal ini untuk menjaga agar jangan sampai terjadi hal hal yang tidak mengenakan di belakang hari. 

Jangan Berhenti Hingga Di pendirian Akta Notaris

Ada perjalanan panjang, agar sebuah organisasi secara hukum sudah dapat dikatakan tak tergoyahkan dan tidak dapat diobok obok, bila terjadi perpecahan antara sesama badan pendiri atau antara badan pendiri dengan anggota yang mendukung roda organisasi. 

Cara berpikir: "main gampang", sangat berpotensi menghadirkan bencana dibelakang hari. Karena selama tidak menyentuh masalah uang atau hanya menyentuh sejumlah uang recehan, maka boleh jadi tidak akan ada gejolak dalam organisasi.

Tetapi bila masalah uang sudah mencapai jutaan apalagi puluhan dan ratusan juta rupiah, maka banyak mata yang tadinya sama sekali tidak peduli,tiba tiba bagaikan kena magnet mulai melirik kemasalah keuangan.

Contoh Kelengkapan Surat Surat 

Nama Yayasan: (sengaja dikosongkan,agar jangan ada kesan promosi terselubung)
Didirikan oleh: Tjiptadinata Effendi  tahun 1998

Telah Terdaftar di:

1. Akta Notaris Peggy Natanael, SH - No. 19 Tahun 1999
2. Departemen Kesehatan RI - No. KH
3. Kepolisian RI - No. SKET/DIT-B/101/II/2002/BIK
4. Kejaksaan Agung RI – No.B-230/D.2.5/Dsp.5/03/2002
5. Departemen Kehakiman RI No. J
6. Dirjen HAKI ( Hak Atas Kekayaan Intelektual) 
7. Depkeh. RI - No. G – 520
8. Berita Negara RI - No. 20/2002
9. Tambahan Berita Negara - No. 49/AD/2002
10. Departemen Keuangan RI No. PEM-04458/WP.J.05/KP.1203/2002

Catatan: tulisan ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan promosi terselubung, karena tidak menjual produk apapun, hanya sebagai contoh, bahwa untuk mengurus sebuah organisasi, tidak cukup hanya bila sudah mendapatkan Akta Notaris Melainkan harus dilengkapi dari nomor 1 sampai dengan nomor 10.

Rawan Masalah Hukum 

Masalah organiasi rawan dengan masalah hukum. Dimulai dari KTP para pendiri yang disebutkan di Akta Notaris, hingga ke jenjang terdaftar tidaknya di Departemen Kehakiman RI. Secara pribadi, saya sudah merasakan akibat menganggap remeh masalah, akhirnya terlibat masalah hukum dan menyebabkan penderitaan yang berlarut larut selama hampir dua tahun.

Walaupun akhirnya, saya dinyatakan bebas dan tidak bersalah oleh Mahkamah Agung RI, tapi sudah terlanjur babak belur. Lebih dari Rp1 miliar uang habis terkuras untuk berbagai urusan, sejak dari Pengadilan Tata Niaga,Pengadilan Negeri, Pengadilan Tinggi, hingga ke Mahkamah Agung. Belum lagi biaya saya mengunakan jasa 3 orang Pengacara.

Karena itu demi kebaikan bersama,maka jalan terbaik adalah melengkapi semua persyaratan yang perlu untuk menempatkan organisasi terdaftar secara hukum dan menutup semua celah sekecil apapun, dengan mengurus hak cipta dan hak patent untuk merk dagang dan sebagainya.

Lebih baik bersakit-sakti dahulu dan bersenang senang kemudian, ketimbang main gampang semuanya dan akhirnya harus mengalami penderitaan seperti yang saya alami

Tjiptadinata Effendi

***