Untuk membasmi berita hoaks kita perlu bergandengan tangan. Rantai penyebaran berita bohong harus diputus karena hanya akan memperburuk situasi di tengah krisis darurat nasional.
"Permudahlah jangan persulit, berilah kabar gembira, jangan membuat orang lari” Itulah kalimat yang ditulis oleh Dr. KH. Malik Madany, M.A, sewaktu masih menjadi khatib ‘am PBNU beberapa waktu silam.
Perkataan itu bukan hanya prinsip beragama, tetapi adalah prinsip kehidupan dan kemanusiaan. Dalam kondisi apapun seharusnya kita tidak boleh melakukan provokasi yang membuat orang lari, takut, dan cemas. Kita harus bisa membuat manusia bergembira, senang, dan damai.
Dalam konteks format pemberitaan tentang Covid-19, kaidah ini sangat pas. Berilah kabar gembira dan jangan memprovokasi dan buat orang lari karena ketakutan. Kabar gembira membuat manusia menjadi optimis dan termotivasi. Sebaliknya provokasi membuat manusia lari, drop, pasif, dan tidak bersemangat.
Informasi positif, konten edukatif, serta jurnalisme empati harus dijadikan standar bersama. Kondisi psikologis tidak kalah pentingnya diperhatikan dalam konteks menanggulangi virus berbahaya ini. Kadang, fisik yang kuat bisa saja lemah dan jatuh akibat kondisi psikologis yang menurun.
Para pakar sudah menyatakan, bahwa provokasi dan pemberitaan yang berlebihan bisa membuat manusia masuk ke dalam lingkaran ketakutan yang akibatnya imunitas tubuh lemah dan mudah diserang oleh pandemi ini.
Informasi negatif, hoaks, dan segala macam provokasi lainnya, berdampak pada psikologis masyarakat yang menimbulkan rasa gelisah, hingga susah tidur dan sulit mengendalikan emosi, sampai suka marah-marah di rumah.
Kini saatnya kita meninggalkan provokasi dan format pemberitaan yang menimbulkan ketakutan, membuat kepanikan, dan kecemasan publik. Kita perlu beralih ke informasi positif, menyebar kabar gembira bahwa pandemi ini bisa kita lawan, dan manusia akan menang.
Hoaks, provokasi, rumor yang tak jelas, dan segala macam informasi negatif perlu kita buang jauh-jauh. Ini bukan berarti menutup-nutupi fakta Covid-19 di lapangan, tetapi data dan fakta itu jangan sampai didramatisir untuk tujuan like, comment, dan share, yang tujuan akhirnya adalah rating dan keuntungan sesaat.
Jika memberi kabar gembira dengan informasi positif adalah kerja keluar, maka manyaring informasi adalah kerja ke dalam. Keduanya harus dilakukan. Kadang boleh jadi kita sudah membuat kabar gembira dan informasi positif, tetapi orang lain masih memproduksi informasi negatif. Dalam hal ini penyaringan infomasi perlu dilakukan.
Salah satu caranya dengan mendengarkan nasihat dan arahan dari pemerintah sebagai sumber terpercaya sehingga terhindar dari kabar-kabar bohong yang tersebar. Kita dengarkan nasihat dari pemerintah, jauhi hoaks yang jumlahnya miliaran, dan melaksanakan arahan yang bisa kita pegang dari sumber otoritatif.
Kita jangan mudah percaya dengan informasi yang disebarkan di media sosial dan group-group WhattsApp yang tak jelas sumbernya. Kini saatnya kita isi group-group WA dan media sosial dengan konten-konten yang menggembirakan.
Untuk itu, bukan hanya kabar positif Covid-19 saja yang kita baca dan kita bagikan, tetapi harus juga disertai dengan informasi positif berupa konten edukasi tentang pencegahan dan penyebaran virus serta informasi bahwa orang yang sembuh dari covid-19 jauh lebih banyak ketimbang yang meninggal.
Sebagai bagian dari masyarakat, kita sebagai warga Negara yang baik juga harus bisa melindungi minimal masyarakat yang ada di sekitar kita agar tidak mengkonsumsi informasi hoaks dan konten negatif dengan mudah. Isu hoaks ini bukan hanya menjadi masalah bagi pemerintah semata, melainkan diperlukan peran serta dan tanggung jawab moral segenap masyarakat dan elemen yang ada di negeri ini.
Untuk membasmi berita hoaks kita perlu bergandengan tangan. Rantai penyebaran berita bohong harus diputus karena hanya akan memperburuk situasi di tengah krisis darurat nasional akibat pandemi Covid-19.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews