Putuskan dulu, kalau nanti ditertawakan orang, baru diubah lagi. Toh, anggaran banyak. Duitnya ada. Kira-kira begitulah filosofi kerja Pemda DKI sekarang.
Mulanya mereka membangun trotoar disertai dengan gelaran rumput. Kesannya memang Jakarta lebih asri. Tapi rupanya, mereka gak sadar bahwa di pinggir jalan banyak halte tempat orang menunggu bus. Jika di depan halte terbentang rumput, lalu bagaimana penumpang mau naik bus? Pemda lupa, warga DKI tidak ada yang bisa terbang.
Dasar netizen, mereka menertawakan ketololan ini cekakak-cekikik. Media sosial jadi rame dan lucu. Humor berhamburan membuat hari-hari kita menjadi begitu riang.
Karyawan yang habis dimarahi bosnya, bisa ikut tersenyum. Mahasiswa yang terancam DO, berubah gembira. Cewek yang baru diputusin pacarnya karena ketahuan punya hobi ngupil dimanapun berada, juga ikut tertawa. Semua senang, Semua gembira. Alhamdulillah.
Tapi rupanya Gubernur bukan mau melawak. Dia tidak suka ditertawakan orang. Emangnya gue, Jojon?
Maka gelaran rumput itu dibongkar lagi, diberi jalan untuk penumpang di halte menaiki bus. Dananya ada. Tinggal keluarkan. Horeee... masalah selesai.
Eiitt, tunggu dulu. Coba lihat pembatas jalan. Di cat mirip warna rainbow cake. Yummi. Netizen tertawa lagi sambil meleleh air liurnya. Mereka ngakak berjamaah menikmati lawakan Pemda DKI.
Tapi, ini Gubernur, mblo. Apa kamu gak lihat muralnya yang digambarkan sedikit gembrot? Kurang kharismatik apalagi? Janganlah sesekali kamu jadikan bahan tertawaan. Selain tandanya kamu tidak bertetika, juga tandanya kamu bukan murid budiman.
Masalah ini ditangani cepat sebelum tertawa orang bersambung dari Sabang sampai Kemayoran. Dari Cakung sampai Gunung Sahari. Pembatas jalan rainbow cake itu dicat ulang. Warnanya balik jadi hitam putih lagi sesuai aturan lalu-lintas.
Lihatlah, Gubernur kita selalu cepat tanggap jika ditertawakan orang hasil kerjanya.
Cukup? Belum. Ada kali item di Kemayoran, baunya minta ampun. Lalu dengan cerdas Pemda memakaikan jaring di atas sungai, katanya agar baunya tidak meruap. Orang-orang tambah ngakak. Emangnya kalau pakai celana dalam warna hitam, terus kalau kentut gak kecium baunya?
Lalu pemerintah pusat turun tangan ikut membersihkan kali tersebut. Beberapa anggota masyarakat juga ikut menebarkan zat kimia yang berfungsi sebagai deodorant. Bau air kali menghilang. Rakyat pinter...
Sudah? Ternyata belum. Kemarin ada 10 orang pegawai Pemda dicopot dari jabatannya. Ada yang ditutunkan jadi staf, ada juga yang dipensiunkan dini. Pemberitahuan pencopotan jabatan itu, ada yang dilakukan hanya via WA.
Padahal soal copot mencopot jabatan ada aturannya. Kita punya Komite Aparatur Sipil Negara (KASN) yang mengawasi hal-hal seperti ini. KASN berkirim surat kepada Pemda, kabarnya sampai 3 kali. Tidak ditanggapi.
Lalu KASN membeberkan persoalan kepada pers. Meminta laporan dari Pemda mengenai proses pencopotan yang aneh itu. Bahkan, jika pegawai dipensiunkan sebelum jatuh usianya, hanya bisa dilakukan kalau ada pelanggaran berat. Itupun harus dilakukan dengan prosedur pemeriksaan, sanggahan dari yang bersangkutan, dan sebagainya.
Nah, KASN meminta berita acara pemeriksanaan karyawan bersangkutan yang ditandatangani karyawan dan pejabat berwenang. Eh, yang dikirim ke KASN malah kliping-kliping koran. Emangnya, ini tugas sekolah anak kelas empat SD?
Tadinya Gubernur menuduh KASN berpolitik dengan menggelar konferensi pers menjelaskan tegurannya. Tapi toh, sebelum diberitahukan kepada pers, KASN sudah tiga kali dikirim surat, tidak pernah direspon. Ini negara, mas Boy. Bukan warung kopi. Meskipun Gubernur dipilih dengan embel-embel fatwa GNPF-MUI, tetap wajib mengikuti aturan. Gak bisa semaunya sendiri.
Apa kita harus tertawa lagi?
Jakarta kini memang menyedihkan, maka kita terpaksa tertawa-tawa terus sepuasnya.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews