Tekanan kampanye pemilihan gubernur di Jawa Tengah kian meningkat, pada dua pekan jelang hari pencoblosan. Bukannya khusuk menuntaskan sisa Ramadan, dua kandidat gubernur malah asyik bermain kartu.
Perang kartu Ganjar Pranowo dan Sudirman Said sangat sengit. Keduanya, sebetulnya, tidak ingin menghadirkan sebuah kartu baru, tapi malah ingin mengenyahkannya.
Pak Dirman, misalnya. Akhir pekan lalu gencar mengkampanyekan gerakan hapus kartu tani. Kartu yang diluncurkan oleh Ganjar pada pertengahan 2017 itu berfungsi mengoptimalkan distribusi pupuk bersubsidi agar tepat sasaran.
Selain itu, kartu itu juga membantu petani mendapatkan bantuan sarana produksi padi dan sarana produksi pertanian lainnya. Ini hanya berlaku bagi petani kategori miskin.
Oleh Pak Dirman, keberadaan kartu tani malah menyulitkan petani. Pada Kongres Tani pekan lalu, perwakilan petani dari enam karasidenan mengeluhkan langkanya pupuk. Kartu tani dinilai tidak banyak membantu karena harus melalui prosedur yang malah merepotkan.
Isu ini langsung menggelinding sebagai senjata baru Pak Dirman, menyerang petahana. Maka, tidak heran, keesokan harinya spanduk penghapusan kartu tani langsung dicetak banyak. Dipasang di pinggir-pinggir jalan, di tepi-tepi ladang dan sisi-sisi persawahan.
Penghapusan kartu tani menjadi pintu masuk Pak Dirman merebut nurani petani. Ini dijadikan momen penting mengerek elektabilitas di masa "injury time". Selama ini, selain di tanah kelahirannya di Brebes, nama Pak Dirman nyaris asing di kalangan orang tani. Belum dikenal di kampung-kampung. Tidak populer di kaki-kaki gunung.
Ditambah lagi, foto mantan menteri yang dipasang di baliho dan spanduk juga terkesan tidak ramah. Beku tanpa senyum. Sepertinya, berat sekali beban hendak dipikulnya di Jawa Tengah.
[irp posts="11968" name=" As Long As You Happy", Cerita Ganjar dan Bawang Merah"]
Beda dengan Ganjar yang selalu tampil luwes di alat peraga kampanye. Senyumnya khas. Mengembang dan menawan. Seolah-olah, Jawa Tengah sudah terbebas dari semua malah yang mendera selama empat tahun dia menjabat.
Tapi, saya tidak akan terjebak dari senyuman. Bisa saja itu cuma sekadar tipuan deni menyembunyikan ketegangan.
So, Ganjar juga tak lepas dari permainan kartu. Korupsi pengadaan kartu tanda penduduk elektronik, sewaktu-waktu bisa menjeratnya.
Namanya tertera dalam lembaran berkas perkara. Sosoknya nyaring terdengar digaungkan dari dalam ruang sidang. Dia dituding keciprat dana proyek kala masih duduk di parlemen. Diterima dalam bentuk dolar.
Di sinilah letak perang kartu bagi Ganjar. Ke mana-mana, dia terus menepis serangan yang mengarah ke dirinya. "Tidak Korupsi" ditulis pada alat peraga yang dicetak KPUD. Politikus PDI Perjuangan itu ingin meyakinkan rakyat Jawa Tengah bahwa dia bersih dari segala tuduhan.
Tapi, sepertinya Ganjar masih terlalu kuat. PDIP di Jateng masih sangat tangguh, meski sejumlah kadernya yang bupati didapat basah oleh KPK. Namun, bukan berarti Pak Dirman tak punya peluang. Segala kemungkinan sangat bisa terjadi.
Kalau saya sudah pasti tidak akan memberikan kartu ke Pak Ganjar. Begitu pula Pak Dirman. Buat apa? Saya menetap di sini ini, tapi tak punya hak pilih.....
Demikianlah adanya salah satu sisi pilkada. Tidak ada kandidat yang sepenuhnya mengantongi kartu. Sebab, pemilik kartu sejati sesungguhnya adalah para pemilih.
Selamat berpilkada. Yang menang, maafkan yang kalah...
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews