Penulis merasa semakin lama mengamati perkembangan politik di Indonesia, semakin pengin muntah rasanya. Maaf, sorry, nyuwun ngapunten.
Terus terang belum ada simpati sedikit pun melihat kiprah politikus apalagi yang sesukanya menebarkan berita hoaks hanya karena ingin menang. Penulis yakin mereka para politikus itu bukan orang bodoh, mereka cerdas, pandai dan mempunyai pendukung, makanya bisa menjaring massa dan terpilih sebagai wakil rakyat.
Dan maaf, sekali lagi saya menuliskan tentang politikus itu adalah representasi dari kemuakan saya pada wakil rakyat yang lagi – lagi mengecewakan.
Ada beberapa alasan penulis kecewa :
Dunia begitu meradang menyaksikan saling sikut politisi saat ini. Tidak agamawan, tidak mereka yang selalu berbalut oleh dresscode “orang suci”, selalu menampilkan dua muka berbeda. Di wajahnya tampak seperti ada aura “suci” tetapi mulut dan kelakuan politisnya kontra, malah berani membayar mahal informasi, orang-orang yang berusaha memutarbalikkan fakta dan membuat fitnah hanya untuk membuat dirinya menang.
Berbagai cara dilakukan untuk mengaduk-aduk informasi, memotong dan menambah isu yang tidak benar menjadi seakan-akan benar.
Indonesia susah payah dibangun oleh para pendiri bangsa ini, tapi sekarang banyak politikus cenderung nekat untuk melemahkan negara melalui informasi-informasi jahat yang sengaja didengungkan agar masyarakat kecewa dengan pemerintah, dengan penguasa dengan mereka yang dianggap tokoh jujur dalam mengelola negara.
Para petualang politik itu sangat senang bisa mengaduk-aduk emosi masyarakat. Makanya tokoh –tokoh yang disebut Sengkuni, Durna (dalam lingkup pewayangan Jawa), Cakil (lawan abadi ksatria seperti Arjuna) selalu menjadi simbol kekisruhan dan jago “nyinyir tingkat dewa”.
[irp posts="16454" name="Ideologi Itu Bernama Kemunafikan, Manusia Tak Bisa Lepas Darinya"]
Apapun, jika ternyata para politisi itu tidak pernah menyatukan suara nuraninya dengan informasi yang sengaja dilontarkan ke rakyat dan akhirnya saling serang dan memecah belah maka mereka tetaplah cerminan orang munafik. Maka jangan salahkan rakyat jika menganggap wakil rakyat itu adalah sekumpulan orang-orang munafik.
Silakan buktikan bahwa Anda bukan politikus munafik. Apakah Anda seberani AR Fahchrudin, Jendral Hoegeng. Mengirimkan keteladanan yang susah ditiru oleh agamawan dan politikus.
Penulis amat rindu jika politikus itu, elite politik itu saling menghargai saling respek dan saling memuji, jikapun nanti ada kontes memilih pemimpin bangsa dilakukan dengan cara elegan, tidak saling serang pibadi, tidak membangkitkan sejarah yang sebetulnya tidak terkait tetapi diutak-atik gathuk sehingga rakyat merasa termakan isu tersebut.
Penulis percaya Pancasila tetaplah menjadi dasar negara yang mepersatukan bangsa, bukan budaya luar yang belum tentu cocok dengan Indonesia.
Salam Damai Selalu.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews