Selembar foto ini menyusup dengan cepat ke grup-grup perbincangan WhatsApp dan Facebook, pagi ini. Jalan menuju kampung saya di Kecamatan Batulappa, sebelah utara Kabupaten Pinrang, terputus.
Ini satu-satunya akses untuk semua jenis kendaraan ke daerah itu. Itupun harus memutar lebih dari 7 kilometer. Ada jalur yang lebih dekat. Melewati tongkah Bendungan Benteng.
Cuma, titian bendungan hanya bisa dilindasi roda dua dan kaki kuda. Dam buatan Belanda tersebut dijaga supaya langgeng. Alahan ini menjadi pengganjal perut 80 persen warga Lasinrang. Sebagian lagi berlinang membasahi pekarangan Nenek Mallomo dan La Maddukelleng.
Jalanan utama ke Batulappa itu memang rawan rusak. Selama ini, sisi kanan kirinya kerap amblas. Baru kali ini terbelah dan tandas. Mungkin kontur tanahnya tak bisa lagi bertoleransi dengan limpahan air hujan. Tapi hujan jangan jadi alasan dan domba hitam.
Faktanya, infrastruktur jalan ke Batulappa selama ini memang tidak begitu bagus. Lumayan, iya. Lumayan bisa bikin pemilik kendaraan bolak balik masuk bengkel.
Permukaan jalan sebagian besar memang sudah ditambal aspal dan dibenamkan beton. Cuma gradasi ter dan semennya, sepertinya, tidak optimum. Maklum, kantong pelaksana proyek masih terlalu banyak yang belum disulam.
Pengerjaan proyek di daerah ini juga pernah jadi lahan bancakan koruptor. Pada 2011 lalu, jembatan satu-satunya dilalui warga yang menetap di wilayah pegunungan ambruk.
Sialnya, umur jembatan baru berusia dua bulan. Belum sama sekali dimanfaatkan. Kas daerah merugi, dana miliaran ludes dipakai dan mungkin juga dibagi-bagi.
Ada dua tersangka dari Dinas Pekerjaan Umum Pinrang pascajembatan itu rampak. Kepala dinas-nya, kala itu, kini jadi bupati di Barru.
Yah, begitulah kira-kira kondisi hidup di Batulappa. Mereka sudah bersyukur bila jalan, jembatan, dan infrastruktur pelayanan publik lainnya bisa dikenyam dengan layak. Tidak lebih.
Belum cerita soal kehidupan warga yang belum mencicipi penerangan listrik. PLTA di Bakaru salah satu pemasok utama kebutuhan listrik di Sulawesi Selatan. Tapi ironi. Pemukiman warga yang ada di sana masih gelap buta. Padahal jaraknya hanya sepelemparan batu dari sumber tenaga.
Kapan-kapan saya mau ke sana, baru kita cerita-cerita.
Oh iya, Anda yang punya nomor WhatsApp Bupati Pinrang Aslam Patonangi, tolong foto ini dikirim ke yang bersangkutan. Sertakan kepsyen ini, "Segera perbaiki jalanan ini lalu sudahi masa bakti..!!!"
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews