Pilkada serentak khususnya untuk pilkada di Jawa sangat menarik bagi lembaga-lembaga sigi untuk melakukan survey tingkat elektabilatas untuk pasangan calon kepala daerah, yaitu untuk pemilihan gubernur.
Di antara pilkada di Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat, yang sangat menarik adalah pilkada Jawa Timur karena calonnya sama-sama warga Nahdliyin, yaitu Saifullah Yusuf (Gus Ipul) dan Khofifah Indar Parawansa.
Mereka berdaua bahkan berebut pengaruh di pesantren-pesantren dan sesepuh Kyai untuk mendapatkan dukungan.
Selama bulan Maret ini sudah ada empat lembaga survey yang merilis hasil survey tingkat elektabilitas pasangan calon kepala daerah. Dari empat lembaga survey itu merilis hasil surveynya dengan hasil yang berbeda-beda.
1. Litbang Kompas: Khofifah-Emil 44,5% dan Saifullah-Puti 44%.
Dari survey Litbang Kompas, pasangan Khofifah unggul tipis 0,5%, tentu dengan selisih yang sangat sedikit ini menggambarkan persaingan yang sangat ketat dan bisa saling menyusul di antara dua pasangan calon gubernur ini. Segala sesuatunya masih bisa serba mungkin, bisa jadi pasangan Khofifah yang unggul, bisa jadi Gus Ipul juga bisa lebih unggul. Litbang Kompas kredibilitasnya sudah tidak usah diragukan,
2. Polmark: Khofifah-Emil 27,2% dan Saifullah-Puti 42,7%.
Kalau dari hasil survey Polmark pasangan Saifullah lebih unggul cukup signifikan atau jauh, 42,7% berbanding dengan 27,2%. Hasil survey Polmark ini juga termasuk konservatif dalam arti tidak gegabah dalam melakukan survey sekalipun Polmark ini menjadi bagian atau konsultan politik dari pasangan calon tersebut.
3. Poltracking: Khofifah-Emil 42,4% dan Saifullah-Puti 35,8%.
Dari hasil survey Poltracking, pasangan Khofifah-Emil unggul cukup lumayan jauh, yaitu 42,4% berbanding 35,8%. Poltracking juga termasuk lembaga survey yang cukup kredibel dan konservatif dalam melakukan survey untuk mengetahui tingkat elektabilitas calon pasangan pilkada.B ahkan Poltracking ini terkena "backlist" oleh stasisun TV gara-gara hasil survey pada pilpres 2014 sampai sekarang tidak diundang ke stasiun tersebut untuk sekedar jadi narasumber.
4. Charta Politika: Khofifah-Emil 38,1% dan Saifullah-Puti 44,8%.
Kalau dari survey Charta Politka, pasangan Saifullah-Puti unggul dengan selisih kurang lebih 6%. Charta Politika dikomandoi oleh Yunanto Wijaya. Dulu, Titiek Soeharto waktu nyalon menjadi anggota legislatif di dapil Jogja memakai jasa konsultan Charta Polika dan bisa terpilih menjadi anggota DPR bahkan sekarang menjadi wakil ketua MPR.
Dari rilis keempat lembaga survey; Litbang Kompas dan Poltracking memenangkan pasangan Khofifah-Emil dan survey Polmark dan Charta Politika memenangkan pasangan Saifullah-Puti.
Ini tentu menarik dengan skor 2:2 dari empat lembaga survey dengan hasil yang berbeda-beda.
Sekedar informasi, Khofifah mencalonkan diri sebagai gubernur Jawa Timur untuk ketiga kalinya. Yang pertama kalah dengan selisih yang jauh dan yang kedua dengan selisih yang sangat tipis. Akankah yang ketiga ini bisa unggul atau memenangkan pilkada Jawa Timur?
Mudah-mudahan dengan rilis empat lembaga survey menjadi masukan bagi dua pasangan calon pilkada Jawa Timur untuk membenahi kekurangan dan kelemahannya masing-masing.
Segala sesuatunya masih mungkin karena waktu kampanye cukup panjang sekalipun menguras dana dan capek. Waktu kampanye yang begitu panjang tentu menjadikan pilkada ini semakin mahal.
***
Editor: Pepih Nugraha
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews