Sebenarnya tidak ada kaitan antara Myanmar dan Srilanka dalam hal permasalahan di dalam negeri. Karena lain negara, lain pula masalah yang dihadapinya.
Tetapi kali ini permasalahan yang muncul di Srilangka berbeda dengan masalah yang selama ini terjadi, yaitu lebih banyak ke politiknya.
Kali ini yang muncul adalah konflik agama antara Islam dan Budha. Hal ini yang menyebabkan kasusnya sama dengan Myanmar baru-baru ini. Konflik penduduk mayoritas Myanmar yang beragama Budha dengan penduduk Muslim yang minoritas.
Perkembangan terakhir di Myanmar, penduduk Muslim yang mengungsi ke perbatasan di Bangladesh, takut pulang. Laporan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan, meski sudah ada upaya damai dilakukan, termasuk oleh Menlu RI, tetapi mereka takut pulang lagi ke daerah semula di Myanmar.
[irp posts="12030" name="Gara-gara Hoax Pil Mandul" di Facebook, Srilanka Pun Membara"]
Peristiwa ini bisa dikatakan sama, karena di Srilanka akhir pekan ini yang menyebabkan negara itu menerapkan keadaan darurat, pun sama dengan di Myanmar, yaitu konflik penduduk beragama Budha mayoritas (Sinhala) dengan penduduk Muslim minoritas. Dua negara ini sama-sama terletak di Asia Selatan. Memang etnis Sinhala beragama Budha mayoritas di Srilanka.
Di Srilanka lebih berpengaruh ke bidang politik. Sebagian besar pengikut Partai Muslim ikut meninggalkan pemerintahan Srilanka.
Masalah ini menjadi serius awal mulanya ketika di Distrik Kandy minggu lalu seorang Sinhala (Budha) mengaku diserang oleh seorang Muslim.
Setelah itu terjadilah kemarahan penduduk mayoritas Budha. Pembakaran, penjarahan toko-toko dan serangan ke masjid, tidak dapat dielakkan. Kemudian pemerintah Srilangka menerapkan keadaan darurat serta menyebarkan polisi untuk menghentikan kerusuhan.
Keadaan darurat diberlakukan selama 10 hari dan Pemerintah Srilangka menghimbau agar penduduk tetap tenang.
Di Srilangka, dari 75 persen penduduknya, 21 jutanya adalah penduduk Sinhala dan 10 persen penduduk Muslim. Sebetulnya benih pertikaian sudah mulai terjadi tahun lalu di mana kelompok garis keras agama Budha menuduh kelompok Islam menyerang tempat peribadatan mereka.
Tulisan pernah dimuat di wartamerdeka.net
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews