Kalau ada yang mengamalkan, “Kerja... kerja… kerja…” dia adalah Bapak Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)
Hujan bukan cuma banjir air, tapi juga banjir polemik. Dulu di era Ahok, tidak pernah terjadi bencana banjir karena kata banjir diganti dengan kata genangan.
Di tengah polemik banjir versus genangan, bapak Sutopo berkicau, "Tidak usah berpolemik istilah banjir atau genangan. Sebenarnya sama saja. Intinya itu merugikan masyarakat. Harus kita atasi bersama," cuit Pak Sutopo di akun Twitter @Sutopo_BNPB, Selasa 21 Februari 2017.
Sekarang di tengah bencana banjir, boro-boro pada prihatin, apalagi ikut membantu warga seperti yang dilakukan oleh ormas Islam yang dituduh radikal, malah pada ngeributin soal istilah normalisasi versus naturalisasi.
Lagi-lagi Bapak Sutopo gerah. Dia bilang, “Jangan terjebak naturalisasi dan normalisasi, yang penting aksi. “
Walaupun tidak teriak, “kerja…kerja..kerja…” di tengah hujan bully normalisasi dan naturalisasi, Pak Anies dan jajarannya tetap bekerja keras sampai mengurangi jatah tidurnya. Bedanya dengan gubernur terdahulu, kerja Anies minim sorotan camera tipi. Nggak ngaruhlah, yang penting kerja.
Sutopo menjelaskan, “Sebenarnya sama saja antara normalisasi dan naturalisasi. Normalisasi adalah mengembalikan sungai seperti awalnya melalui rekayasa sipil. Biasanya dengan talud, tanggul, dan upaya struktural lain. Tebing sungai ditalud agar tidak longsor dan debit penampang basah sungai lebih besar.”
Sedangkan naturalisasi, lanjut Sutopo, adalah pembenahan sungai dengan alamiah. Naturalisasi memperhatikan ekosistem dan lingkungan di mana tebing sungai tidak ditalud, melainkan ditanami pohon-pohon. Sungai yang ada harus dilebarkan dan dikeruk lebih dahulu.
Saya penasaran, saya mau bertanya pendapat Bang Rojak soal ribut-ribut normalisasi-naturalisasi, tapi dia nggak ada di rumah. Ketemu bang Rojali, tetangganya bang Rojak. Bang Rojali punya pendapat yang out of the box.
“Semakin banyak orang gila, makanye mereka perlu dinormalisasi supaya nggak musuhin ulama. Bukan cuma buat orang gila beneran, tapi juga yang bikin kebijakan gila."
“Kalau gue sih gampang aje. Kalau pade nggak seneng sama Pak Anies, pada pindah aje deh daripada ngerecokin mulu kerjaannye."
“ Lha kalau pada pindah, kota kite sepi dong, Bang…” tanya saya
“ Gampang. Datengin orang asing yang pinterin dikit. Kita naturalisasi! “
Tuh, kaaan…jangan-jangan yang ngeributin naturalisasi-normalisasi tapi nggak paham arti naturalisasi-normalisasi.
***
Editor: Pepih Nugraha
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews