Keberhasilan Partai Gerindra, Partai Amanat Nasional, dan Partai Keadilan Sejahtera dalam pertarungan di Pilkada DKI Jakarta 2017 lalu tidak sertamerta bisa diterapkan di Jawa Timur. Bahkan, untuk menjaring bakal calonnya saja yang akan diusungnya, juga tidak berhasil.
Padahal, jauh-jauh hari, ketiga parpol ini sudah memiliki jagoan-jagoanya yang siap dijadikan kandidat, namun akhirnya tak satu pun berhasil. Misalnya, PAN sudah memiliki kaderya Kang Yoto atau Anang Hermasyah. Begitu juga Gerindra dengan kader mudanya, Moreno Suprapto, atau PKS dengan kader internalnya.
[irp posts="7933" name="Pilkada Tiga Provinsi di Pulau Jawa: Pragmatis, Intrik, dan Drama"]
Merasa tidak percaya diri dengan kader yang dimiliki, Ketua Umum Gerindra, Prabowo Subianto mencoba meminang Yenny Wahid untuk bertarung di Jawa Timur. Namun, pinangan itu pun ditolak, karena Yenny Tidak menghendaki kaum Nahdlyin di Jawa Timur terpecah. Mungkin saja, Yenny sudah memahami, bahwa ketiga parpol ini bukan partainya NU, sehingga pengusungan dirinya yang warga NU justru akan memecah dua pasang calon yang sudah ada, yang kebetulan juga dari NU.
Akhirnya, "Koalisi Reuni" alias "Trio Kwek Kwek" (karena selalu bersuara kompak) ini tak memiliki calon sendiri di Jawa Timur. PAN ikut mendukung Khofifah-Emil Dardak, sedangkan Gerindra dan PKS merapat ke pasangan Gus Ipul-Puti Guntur Soekarno.
Dari pengalaman di Pilkada DKI 2017, Gerindra, PAN, dan PKS bisa saja jumawa mengusung calonnya sendiri melawan petahana Ahok-Djarot. Apalagi kenyataannya mereka bisa memenangi partarungan tersebut.
Namun, ada yang tersisa dari Pilkada DKI Jakarta, yaitu kentalnya aroma SARA. Secara hitung-hitungan politik, Ahok bisa dikatakan unggul di atas kertas terhadap pasangan lain, namun dinamika yang terjadi akhirnya memutarbalikan kenyataan. Ahok kalah, bahkan tersungkur di penjara.
Dan, masyarkat pun bisa menilai dan membadingkannya pertarungan politik yang ada di Jakarta dengan di daerah lain. Apakah kemenangan di Jakarta, murni karena politik atau hal lain.
Setidaknya, keberhasilan di Jakarta bisa juga diterapkan di tempat lain, apabila keberhasilan di Jakarta itu benar-benar dicapai dengan adab dan etika berpolitik yang baik.
Namun, kenyatayaanya di Jawa Timur, ketiga parpol ini menentukan calon saja tidak mampu.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews