Maaf-maaf kate, orang Betawi bilang, meski secara proporsionalitas perolehan kursi Partai Golkar di DPRD Jawa Barat lebih besar dibanding Partai Demokrat. Tetapi, untuk menetapkan siapa pasangan bakal calon gubernur, siapa bakal calon wakilnya, tidak harus berpatokan pada perolehan kursi DPRD.
Jika berpatokan pada perolehan kursi, jelas Golkar yang memiliki 17 kursi DPRD berhak menyorong kadernya sebagai bakal calon gubernur dibanding Partai Demokrat yang memiliki kursi 12. Namun untuk strategi pemenangan, maka tidak mutlak kader harus menjadi bakal calon gubernur dan Demokrat kebagian wakilnya.
Sebagaimana diwartakan, Koalisi Sejajar yang dihasilkan Golkar-Demokrat telah melahirkan "2D" baru, yaitu pasangan Dedi Mulyadi dan Deddy Mizwar. Sedangkan "2D" lama sudah 30 tahun berlalu, yaitu pasangan penyanyi Deddy Dhukun dan Dian Pramana Putra yang pada tahun 1980an sangat ngetop.
[irp posts="6083" name="Dedi Mulyadi Kini Mulai Berani Melawan Ridwan Kamil"]
Pasangan "2D" baru mengagendakan untuk mendaftar ke KPU Jawa Barat pada 9 Januari 2018. Sampai saat ini belum jelas siapa calon gubernur, siapa wakilnya. Menurut Dedi Mulyadi yang Ketua DPD Golkar Jawa Barat, fokus koalisi yang dibangun bukan bagi-bagi kekuasaan, melainkan tentang kesepahaman dalam membangun Jawa Barat.
Mengapa Deddy "Nagabonar" Mizwar, bintang iklan sekaligus bintanh film, lebih pantas dipasang sebagai bakal calon gubernur Jawa Barat dibanding Dedi Mulyadi? Jawaban sederhananya, pertama, adalah elektabilitas!
Survei Poltracking Indonesia awal Desember lalu mencatat, elektabilitas Deddy Mizwar 7,1 persen, lebih tinggi dibadning Dedi Mulyadi sebesar 4,2 persen, sementara nama-nama lain berada di bawah 2 persen. Posisi tertinggi saat itu masih dipegang Ridwan Kamil, yakni 24,2 persen.
Kedua, selain elektabilitas Deddy Mizwar lebih tinggi dibanding Dedi Mulyadi, Deddy juga bisa meraih pemilih muslim tradisional maupun muslim moderat di Jawa Barat jika dia dipasang sebagai bakal calon gubernur. Kelompok pemilih ini jelas lebih masif dibanding kelompok muslim yang bersimpati terhadap Dedi Mulyadi yang lekat dengan kebudayaan sundanya itu.
Sayangnya upaya mulia Dedi Mulyadi menjadikan Purwakarta sebagai "pusat budaya" Sunda luhung sering disalahartikan sebagian kelompok muslim di luar Purwakarta sebagai menghidupkan kebudayaan lama yang telah punah, khususnya kesan memberi tempat bagi pemeluk agama sunda wiwitan. Lawan politiknya kelak akan dengan mudah membelokkan isu kampanye ke arah SARA yang sangat sensitif.
[irp posts="6840" name="Telah Lahir 2D" Baru, Tapi Bukan Deddy Dhukun dan Dian Pramana Putra"]
Ketiga, suka atau tidak, posisi Deddy Mizwar saat ini adalah wakil gubernur Jawa Barat, sebuah jabatan yang lebih prestisius dan mencorong dibanding "sekadar" bupati yang kini disandang Dedi Mulyadi selaku Bupati Purwakarta. Ada fatsoen politik yang harus dijaga, di mana posisi wakil gubernur lebih dihormati warga Jawa Barat dibanding bupati dari "antah berantah" bagi warga Jawa Barat di luar Purwakarta.
Dengan pertimbangan inilah, Golkar harus "mengalah" meski memiliki memiliki kursi dengan selisih lebih besar dari Demokrat yang menyorong Deddy Mizwar. Pun demikian, Dedi Mulyadi pun harus berbesar hati, wong tadinya sudah akan nyebur ke laut gara-gara Golkar sempat menyorong Ridwan Kamil di bawah kepemimpinan Setya Novanto.
Baru setelah Setya tumbang dan digantikan Airlangga Hartarto, jantung Dedi Mulyadi berdegup kembali. Darahnya mengalir dan mendesir lagi untuk meraih kekuasaan lebih tinggi dari sekadar bupati yang kini sudah digenggamannya. Jadi, menjadi bakal calon wakil gubernur Jawa Barat pun sudah beruntunglah!
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews