AM Fatwa, Kenangan Para Fans, Kerabat dan Sahabat

Jumat, 15 Desember 2017 | 05:52 WIB
0
478

Aktivis seumur hidup, AM Fatwa telah mengebuskan nafas terakhir hari Kamis, 14 Desember 2017. Begitu mendengar sang senior yang kenyang siksaan dan penjara telah menemui Tuhan, para fans pun bertabur duka melalui akun Twitter.

Peneliti senior LIPI, Syamsuddin Haris turut kehilangan kepergian AM Fatwa. Kata Haris, “Turut berduka, semoga almarhum A.M. Fatwa memperoleh tempat terbaik di sisiNYa. Amiien.”

Kata akun @HaedarNs milik Haedar Nasir mengatakan, “Bangsa ini kehilangan tokoh pejuang yang gigih dan melintas generasi. Kita belajar spirit kenegarawanan dan kedewasaan berpolitik darinya. Innalillahi wa innailahi rojiun. Selamat jalan bapak AM FATWA”.

Sedangkan akun Anas Urbaningrum membuka kenangan lama. Sang admin menggunakan foto lama sebagai stimulus kalimat. Lalu, bingkai kalimat itu tertulis, “Foto kenangan. Pasca Mas Anas dipaksa jadi Tersangka, Pak AM Fatwa berkunjung. Beri simpati dan buku pengalaman di penjara”.

[irp posts="5908" name="AM Fatwa, Penandatangan Petisi 50" Itu Telah Tiada"]

Bedanya sih, kalau AM Fatwa menceritakan kisah penyiksaan dalam penjara, bagaimana dengan Anas Urbaningrum? Masih bisa santai. Tamu yang datang setiap hari memenuhi antrian buku tamu. Selain itu, ada kabar Anas masih ikut campur tangan dengan politik di luar jeruji besi.

Ada informasi Anas Urbaningrum sempat cerita-cerita tentang negara dan kondisi politik kekinian. Kalau perlu, dia akan menuliskan pesan politik dengan tangannya sendiri. Kemudian, para murid Anas mengupload foto tulisan ke akun media sosial dengan tanda *abah.

Jika pesannya turut berduka, wajar saja. Kalau soal perjuangan dalam penjara. Nanti dulu, Anas kan engga pernah mendapatkan penangkapan dan penyiksaan seperti AM Fatwa. Jadi bed lah nasibnya. Anas sih cuma dipenjara doang akibat terbukti melakukan korupsi hambalang.

Ketua MPR RI, Zulkifli Hasan menilai, AM Fatwa selaku tokoh pendiri Partai Amanat Nasional adalah ayah, sahabat dan teladan.

“Berduka untuk wafatnya ayah, sahabat, sekaligus teladan kami Bapak AM Fatwa. Kita kehilangan sosok pejuang yang teguh pada prinsip, berani membela kebenaran dan lurus di jalan pengabdian,” kata dia di akunnya.

Sama dengan akun Anas Urbaningrum, sepertinya duka Zulkifli Hasan masih perlu pembuktian. Sang Ketua MPR harus memiliki prinsip yang lebih teguh. Wajib berani membela kebenaran dan lurus. Berani mengambil sikap. Beranikah Zulkifli Hasan melawan penguasa dan membentuk poros sendiri secara politik?

Dari kalangan sesama senator, I Gede Pasek Suardika dan Fahira Idris, ikut berceramah kepada publik.

Kata Pasek

“AM Fatwa adalah putra bangsa dan tokoh politik. Beliau dikenal sebagai tokoh politik muslim garis keras di jalan Orba karena kasus Tanjung Priok. Tapi di mata saya yang beragama Hindu menilainya berbeda”.

“Beliau figur pluralis berbasis wawasan Islam yang kuat. Hal itu saya rasakan saat berintegraksi di parlemen. Bahkan sering diskusi kebangsaan. Bila menelpon saya, beliau tidak segan ucapkan salam OM Swastyastu, dan saya pun menjawabnya Waalaikum salam. Sebagai bentuk interaksi saling menghargai”.

Fahira Idris turut menasehati dirinya sendiri:

“Di Indonesia, tokoh seperti Bapak AM Fatwa bisa dihitung dengan jari. Kecintaan terhadap Indonesia membuat dirinya ikhlas menempuh resiko mengorbankan kebebasannya bahkan nyawanya sekalipun. Setiap rezim berubah menjadi otoriter, Pak Fatwa-lah tokoh yang berada paling depan melawan.”

“Pak AM Fatwa menjadi ikon perlawan dan sikap kritis terhadap rezim orde lama dan orde baru.”

“Pak AM Fatwa rela tubuhnya didera, jiwanya dibelenggu, dan kebebasannya direngut demi konsistensinya memihak kebenaran dan menyuarakan suara rakyat yang dizalami. Dia rela kehilangan sebahagian besar umurnya di penjara demi melihat Indonesia menjadi negara besar yang demokratis”.

“Jika bicara konsistensi, keberanian dan bertanggungjawab, Pak AM Fatwa lah orangnya”.

Semua yang hidup pasti akan mati. AM Fatwa adalah aktivis semua rezim. Orde lama dilaluinya dengan pahit. Orde baru diahadapi dengan kuat. Reformasi membuka diri untuk menjadi pejabat tapi tidak balas dendam.

Sekarang, kita menagih ucapan orang-orang yang mengaku murid, anak dan sahabat AM Fatwa. Siapkah mereka mengurus para anak muda dan aktivis tanpa melihat kelas dan SARA. Sanggupkah para fans AM Fatwa mencontohkan prilaku dan prinsipnya.

Jika berucap, maka kerjakanlah. Jangan asal berduka. Kalau tidak, lebih baik berdoa demi kelapangan kubur AM Fatwa. Itu lebi baik daripada roh AM Fatwa menangis melihat pemuda tidak dibimbing oleh para pejabat yang cuma asal ngomong di medsos saja.

***