Dilema rekomendasi nama Aziz Syamsuddin menjadi Ketua DPR makin melebar. Penolakan bukan hanya berupa komentar. Bahkan, 50 dari 91 anggota Fraksi Golkar di DPR menyatakan perlawanan pesan politik Setya Novanto tersebut, sebagaimana yang sudah diurai panjang-lebar oleh PepNews.com sebelumnya.
Lalu bagaimana nasib Aziz Syamsuddin?
Aziz Saymsuddin adalah salah kader Golkar yang sempat maju sebagai bakal calon Ketua Umum pada Musyawarah Nasional Luar Biasa di Bali tahun 2016. Dia tergolong sukses dalam urusan pemilu. Buktinya, Aziz menduduki kursi anggota DPR RI selama tiga periode. Mulai dari 2004-2009, 2009-2014 dan 2014-2019.
[irp posts="5640" name="Ditolak 50 dari 91 Anggota Fraksi Golkar, Siapa Sebenarnya Orang Ini?"]
Apabila ada jalan lain. Aziz Syamsuddin sudah bisa mempertimbangkan ranah perjuangan politik lainnya. Misalnya, Aziz bisa maju sebagai calon kepala daerah, calon anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) atau posisi Pembantu Presiden (Menteri).
Penolakan lebih dari 50 persen anggota DPR dari Golkar sudah menandakan sinyal bahaya. Jika, Aziz tetap melanjutkan upaya perebutan kursi ketua DPR. Bisa-bisa Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) Partai Golkar menganulir surat Setya Novanto tersebut.
Dengan kondisi politik yang tidak stabil. Terlebih tahun 2018 dan 2019 merupakan tahun politik. Mencari lawan di tubuh Golkar akan menyusahkan bagi Aziz. Lebih baik mencari kawan. Dari pada menambah lawan.
Untuk itu, Aziz lebih baik mendukung Munaslub Golkar. Tidak perlu membantah. Apalagi membangun opini sebagai loyalis Setya Novanto. Aziz cukup menyusun langkah mendekati penguasa.
Jadi, siapapun yang menjadi Ketum Golkar, nama Aziz akan tetap harum di dua blok, pro dan kontra Setya Novanto. Kalau niat beralih kursi. Politisi muda ini cukup memdukung Airlangga Hartarto.
Lobby politik pun bermain. Pertimbangan tiga periode menjadi dalil pembicaraan. Dengan demikian, jatah kursi menteri bisa dialihkan kepada Aziz. Bukan tidak mungkin. Bila Airlangga bisa aklamasi, jatah menteri akan bisa langgeng ketangan Aziz Syamsuddin.
Seandainya pepatah “menang jadi arang, kalah jadi abu” menyusahkan Aziz, pilihan paling realistis adalah maju sebagai calon anggota DPD. Bukankah Aziz selalu menang di tiga pemilu. Artinya, Aziz memiliki pemilih loyalis di Daerah Pemilihan Lampung II. Jadi, perpindahan dari caleg menjadi calon DPD akan tetap membawanya ke senayan. hanya berpindah gedung saja.
[irp posts="5659" name="Jangankan Jadi Ketua DPR, Aziz Syamsuddin Malah Terancam di Golkar"]
Bila Aziz tidak berkenan dengan dua opsi diatas. Pilihan ketiga adalah menjadi calon kepala daerah. Apakah menjadi Bupati, Walikota atau bisa saja calon Gubernur. Semua tergantung Aziz. Tinggal mengkali jumlah pemilih dan menghitung suara.
Dengan mempertahankan pemilih loyalis, Aziz Syamsuddin bisa menjadi raja daerah. Mungkin jadi Bupati dua periode. Lalu menjadi Gubernur dua periode. Setelah 20 tahun di Lampung. Lalu kembali ke Jakara untuk merebut kursi Ketua Golkar. Kemudian maju sebagai calon Wakil Presiden.
Hanya tiga pilihan realistis. Bila Aziz bisa menghitung mana pilihan terbaik. Namun, semua bisa berubah. Jika posisi menteri bisa diraih, lalu sekuat tenaga mendukung Presiden Joko Widodo terpilih untuk periode kedua.
Aziz bisa menari-nari untuk menjadi menteri. Dengan begitu, tidak perlu menunggu 20 tahun. Cukup bersabar selama tujuh tahun. Aziz bisa merebut kursi Ketua Golkar dan menjadi Cawapres di tahun 2024. Bagaimana Aziz?
Mau pilih yang mana!
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews