Ini Sekadar Saran dan Pilihan Realistis buat Aziz Syamsuddin

Rabu, 13 Desember 2017 | 11:30 WIB
0
448
Ini Sekadar Saran dan Pilihan Realistis buat Aziz Syamsuddin

Dilema rekomendasi nama Aziz Syamsuddin menjadi Ketua DPR makin melebar. Penolakan bukan hanya berupa komentar. Bahkan, 50 dari 91 anggota Fraksi Golkar di DPR menyatakan perlawanan pesan politik Setya Novanto tersebut, sebagaimana yang sudah diurai panjang-lebar oleh PepNews.com sebelumnya.

Lalu bagaimana nasib Aziz Syamsuddin?

Aziz Saymsuddin adalah salah kader Golkar yang sempat maju sebagai bakal calon Ketua Umum pada Musyawarah Nasional Luar Biasa di Bali tahun 2016. Dia tergolong sukses dalam urusan pemilu. Buktinya, Aziz menduduki kursi anggota DPR RI selama tiga periode. Mulai dari 2004-2009, 2009-2014 dan 2014-2019.

[irp posts="5640" name="Ditolak 50 dari 91 Anggota Fraksi Golkar, Siapa Sebenarnya Orang Ini?"]

Apabila ada jalan lain. Aziz Syamsuddin sudah bisa mempertimbangkan ranah perjuangan politik lainnya. Misalnya, Aziz bisa maju sebagai calon kepala daerah, calon anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) atau posisi Pembantu Presiden (Menteri).

Penolakan lebih dari 50 persen anggota DPR dari Golkar sudah menandakan sinyal bahaya. Jika, Aziz tetap melanjutkan upaya perebutan kursi ketua DPR. Bisa-bisa Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) Partai Golkar menganulir surat Setya Novanto tersebut.

Dengan kondisi politik yang tidak stabil. Terlebih tahun 2018 dan 2019 merupakan tahun politik. Mencari lawan di tubuh Golkar akan menyusahkan bagi Aziz. Lebih baik mencari kawan. Dari pada menambah lawan.

Untuk itu, Aziz lebih baik mendukung Munaslub Golkar. Tidak perlu membantah. Apalagi membangun opini sebagai loyalis Setya Novanto. Aziz cukup menyusun langkah mendekati penguasa.

Jadi, siapapun yang menjadi Ketum Golkar, nama Aziz akan tetap harum di dua blok, pro dan kontra Setya Novanto. Kalau niat beralih kursi. Politisi muda ini cukup memdukung Airlangga Hartarto.

Lobby politik pun bermain. Pertimbangan tiga periode menjadi dalil pembicaraan. Dengan demikian, jatah kursi menteri bisa dialihkan kepada Aziz. Bukan tidak mungkin. Bila Airlangga bisa aklamasi, jatah menteri akan bisa langgeng ketangan Aziz Syamsuddin.

Seandainya pepatah “menang jadi arang, kalah jadi abu” menyusahkan Aziz, pilihan paling realistis adalah maju sebagai calon anggota DPD. Bukankah Aziz selalu menang di tiga pemilu. Artinya, Aziz memiliki pemilih loyalis di Daerah Pemilihan Lampung II. Jadi, perpindahan dari caleg menjadi calon DPD akan tetap membawanya ke senayan. hanya berpindah gedung saja.

[irp posts="5659" name="Jangankan Jadi Ketua DPR, Aziz Syamsuddin Malah Terancam di Golkar"]

Bila Aziz tidak berkenan dengan dua opsi diatas. Pilihan ketiga adalah menjadi calon kepala daerah. Apakah menjadi Bupati, Walikota atau bisa saja calon Gubernur. Semua tergantung Aziz. Tinggal mengkali jumlah pemilih dan menghitung suara.

Dengan mempertahankan pemilih loyalis, Aziz Syamsuddin bisa menjadi raja daerah. Mungkin jadi Bupati dua periode. Lalu menjadi Gubernur dua periode. Setelah 20 tahun di Lampung. Lalu kembali ke Jakara untuk merebut kursi Ketua Golkar. Kemudian maju sebagai calon Wakil Presiden.

Hanya tiga pilihan realistis. Bila Aziz bisa menghitung mana pilihan terbaik. Namun, semua bisa berubah. Jika posisi menteri bisa diraih, lalu sekuat tenaga mendukung Presiden Joko Widodo terpilih untuk periode kedua.

Aziz bisa menari-nari untuk menjadi menteri. Dengan begitu, tidak perlu menunggu 20 tahun. Cukup bersabar selama tujuh tahun. Aziz bisa merebut kursi Ketua Golkar dan menjadi Cawapres di tahun 2024. Bagaimana Aziz?

Mau pilih yang mana!

***