Fredrich Yunadi Mainkan Strategi Perang Urat Syaraf ala Jose Mourinho

Rabu, 6 Desember 2017 | 06:19 WIB
0
644
Fredrich Yunadi Mainkan Strategi Perang Urat Syaraf ala Jose Mourinho

Kuasa Hukum Setya Novanto, Fredrich Yunadi sesumbar bakal menang 2-0 atas Komisi Pemberantasan Korupsi di praperadilan. Keyakinan ini muncul pasca ketidakhadiran KPK dalam sidang perdana permohonan kedua kali Praperadilan oleh Setya Novanto. Ia menganggap lembaga anti rasuah itu takut menghadapi sidang praperadilan. Ibarat sebuah permainan, KPK tidak siap bermain. Jadi asumsinya KPK akan kalah 0-2.

"Saya yakin mereka (KPK) akan kalah dua nol," kata Fredrich dalam diskusi di Cikini, Jakarta Pusat, Senin 4 desember 2017.

Kemenangan pertama Setya Novanto atas KPK bermuara kepada dua ketetapan. Pertama, membatalkan status tersangka atas diri Setya Novanto. Kedua, pengadilan memerintahkan KPK menghentikan proses penyidikan.

Bahkan dengan percaya diri, Fredrich mengatakan bahwa KPK telah menghina Setya Novanto. "Putusan pertama saja KPK tidak menjalankan soal surat perintah penghentian penyidikan. Jelas itu melecehkan hak klien kami," katanya sebagaimana dimuat Kompas.com.

[irp posts="4690" name="Elegi Ellen, ke Ajang Miss World Tanpa Sang Ayah, Fredrich Yunadi"]

Keinginan Fredrich tergantung palu hakim Kusno. Ketukan palulah sebagai pemutus sengkarut masalah. Pendapat Fredrich bisa saja berhasil. Apalagi menggunakan istilah 2-0. Bagaikan permainan sepak bola, Fredrich tipe Jose Mourinho, pelatih yang membuat panas pertandaingan bola. Padahal, dua tim belum menginjakkan kaki di lapangan.

Komentar kepada publik adalah hal yang biasa. Agar pertandingan antara Setya Novanto dengan KPK lebih menarik. Jadi, perlu membuang wacana untuk meningkatkan elektabilitas nama yang dibela dan pembela.

Seperti mencari panggung, semakin seru komentarnya, maka panggung bertambah banyak. Kemudian permainan lebih panas. Kalah menang tidak ada urusan, bagi Fredrich tetap untung.

Pertama untung membela Setya Novanto. Bahkan bila menang 2-0, nama Fredrich akan melambung tinggi. Calon pencari selamat bakal mendatangi kantor hukumnya. Bukan tidak mungkin, para pengusaha akan mencari Fredrich untuk menyelamatkan diri dari kasus hukum.

Seakan-akan promosi gratis “kami bela Ketua DPR sekaligus Ketum Partai Golkar bisa menang dari KPK”. Tentu saja para pencari bantuan hukum akan percaya kepada Fredrich.

Kedua, Setya Novanto bisa saja memerintah pasukan untuk menunda Musyawarah Nasional Luar Biasa. Penundaan bukan karena menolak Munaslub. Tetapi mengarahkan isu untuk membahas revisi Undang-Undang KPK. Tidak perlu mencari alasan. Cukup bilang “lah saya sudah dua kali menang praperadilan. Berarti ada yang salah di internal KPK”.

[irp posts="4142" name="Fredrich Yunadi, Nama Yang Jadi Fenomenal Setelah Bela Setya Novanto"]

Kalau sudah begini. Perlu cara lain untuk menghadapi pelemparan wacana. Sebagai counter attack, juru bicara melawan juru bicara. Febri Diansyah harus melawan Fredrich, tidak perlu detil untuk menjawab pernyataan Fredrich.

KPK cukup membuat panas kubu Setya Novanto. Misalnya, KPK menyatakan bahwa orang takut itu biasanya banyak alasan. Sebagaimana orang berasalan sakit. Kalau perlu pakai kutipan Negarawan, Mahfud MD yang menceramahi Fredrich pada acara Indonesia Lawyers Club.

Atau KPK mau memainkan permainan ala tiki-taka. Kalau Fredrich memainkan gaya serangan total dan memanasi telinga, KPK cukup dengan umpan-umpan pendek. Ya seperti mengundang wartawan untuk mengungkap sedikit demi sedikit hasil penyelidikan, tapi dengan bahasa halus.

Bagaimana hasilnya? Mau menang atau kalah. Praperadilan Setya Novanto akan menarik dari sisi Setya Novanto, KPK, Hakim Kusno dan yang paling untung adalah Fredrich.

***