Partai Golongan Karya siap mencari pemimpin baru. Pergantian tidak bisa dibendung. Setya Novanto wajib fokus proses hukum. Sedangkan Golkar harus menyelematkan elektabilitas. Jadi, Musyawarah Nasional Luar Biasa menjadi suatu kewajiban yang tidak bisa ditolak.
Berbeda dengan Munaslub Bali sebelum keterpilihan Setya Novanto, kali ini nama kandidat pemimpin Golkar bermuara pada dua tokoh, Idrus Marham dan Airlangga Hertanto. Jika Plt. Ketum Idrus Marham mendapatkan bantuan pendukung Setya Novanto, Arilangga Hertanto kabarnya mendapatkan restu istana.
Isu pun mulai bergulir. Pihak pro-Munaslub tentu mengarahkan nama pada Airlangga Hartanto karena Idrus sebelumnya adalah pro-Setya Novanto yang enggan posisi ketum diperebutkan.
Sebelum bertempur, sudah biasa isu politik bergulir. Kali ini, para pendukung Munaslub Golkar memainkan isu mahar politik. Meskipun tidak bisa dibuktikan, mahar politik itu ada. Bagaikan kentut, baunya mudah tercium tapi ujudnya tidak ada.
Ketua Dewan Pertimbangan DPD I Partai Golkar DIY, Gandung Pardiman mengatakan bahwa dengan kepemimpinan Airlangga Hartanto, maka Golkar tidak lagi menerima mahar politik. “Tukang goreng mahar politik pasti wassalam,” katanya sebagaimana dikutip Tempo.co.
Siapa yang tukang goreng? Siapa juga pemberi dan penerima mahar politik? Berapa jumlah mahar politik?
[irp posts="4163" name="Airlangga Hartarto Calon Ketua Umum Golkar Yang Direstui" Pemerintah?"]
Pernyataan Gandung harus diperjelas. Namun yang pasti adalah isu mahar politik ada. Jadi, Airlangga adalah penegak keadilan bagi kader, karena terhapusnya mahar politik akan meningkatkan kompetisi sehat bakal calon kepala daerah.
Bayangkan saja berapa keuntungan dengan 171 daerah yang pilkada 2018. Gandung pasti tahu minimal siapa pemain dan jumlah mahar di DIY karena Gandung merupakan Dewan Pakar DPD I Golkar DIY.
“Dijamin penuh,” kata Gandung bila Airlangga menjadi ketua umum. Terus berapa nih biaya mahar politik Pak Gandung?
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews