Meski elektabilitasnya tidak tertandingi, Ridwan Kamil (RK) dengan panggilan akrab Emil ternyata masih menjomblo. Bukan jomblo gaya anak zaman now, tetapi jomblo mencari pasangan. Bukan pendamping, tetapi pasangan calon Wakil Gubernur untuk maju di Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat tahun 2018.
Walikota Bandung ini memang mengantongi dukungan PPP, PKB, Golkar dan Nasdem. Tetapi, dukungan empat partai tidak membuatnya lepas dari kejombloan politik. Apa engga puyeng nih. Meskipun memiliki elektabilitas yang tinggi. Emil masih saja jomblo yang galau dalam persiapan Pilgub Jabar.
Saiful Mujani Research & Consulting (SMRC) sudah menyelesaikan survei untuk Pilgub Jabar. Survei berlangsung dari tanggal 27 September sampai 3 Oktober 2017. SMRC menggunakan 820 responden di Jabar. Lalu, menggunakan metode multi-stage random sampling dan margin of error 3,5 persen, pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Direktur Eksekutif SMRC, Djayadi Hanan bilang jawaban spontan responden menyebut nama Wali Kota Bandung Ridwan Kamil. Jadi, elektabilitas Emil mencapai 16,8 persen.
Bayangkan, jaminan hasil survei SMRC tetap membuat Emil menjomblo sampai sekarang. Hasil ini disampaikan ke publik di kantor SMRC, 2 November 2017 lalu.
Berikut top of mind pilihan calon gubernur Jabar dengan pertanyaan sedandainya Pilkada Jabar dilakukan hari ini siapa yang akan dipilih sebagai gubernur? Jika mempertimbangkan hasil suvei, Emil seharusnya bisa memilih diantara nama-nama dengan elektabilitas di bawah ini:
Cucu Soekarno atau Santri?
Apakah Emil tidak mendapatkan pasangannya dari kader PPP, PKB, Demokrat atau Nasdem?
Sebelumnya, Peps sudah memberikan gambaran bahwa peran ‘santri’ harus diperhitungkan. Apakah Emil memperhitungkan calon dengan latar belakang ‘santri’? nah ini harus jelas juga. Santrinya siapa dan bagaimana tanggapan para santri yang lain. Berat juga bagi Emil, kalau sudah begini.
[irp posts="4316" name="Benarkah Wakil Gubernur Jawa Barat di Pilgub 2018 Jatahnya Santri?"]Di sela-sela hitungan politik santri. Emil masih akan bertambah galau. Alasannya adalah PDI Perjuangan juga masih diam. Nah, ini masalah. PDIP pemilik 20 kursi di DPRD Provinsi Jawa Barat termasuk kuat. Bisa memenangkan 20 kursi bukan main-main loh.
[caption id="attachment_4740" align="alignleft" width="479"] Ridwan Kamil (Foto: Globalnews.co.id)[/caption]
Apabila PDIP masuk, maka Koalisi Indonesia Hebat di Jawa Barat akan sangat kuat. Dengan demikian, peluang Emil memenangkan hati pemilih Jabar akan lebih mudah. Tapi, Emil harus siap-siap merayu PDIP. Karena hitungan politis bisa berbeda.
Hal ini karena muncul nama cucu Soeharto, Puti Guntur Soekarno. Nah, apa Emil bisa merayu Megawati Soekarnoputri untuk mendapatkan Puti Guntur Soekarno? Bisa saja. Namun berat bila meminta Puti sebagai wakil. Bisa-bisa Emil kena lobby sebagai wakil dan Puti sebagai calon Gubernur.
Memang perhitungan politik tidak memungkinkan hal tersebut. Emil pasti akan dibela oleh PPP, PKB, Golkar dan Nasdem. Empat partai pendukung Emil beserta sang jomblo tanpa pasangan juga harus meyakinkan Megawati. Sarannya adalah memilih nama lain selain Puti demi Emil tetap menjadi Calon Gubernur. Kemudian meyakinkan PDIP bahwa wakil tetap dari PDIP dengan latar belakang santri.
Bila gagal, Puti bisa maju sendiri dan mencari wakilnya dari kalangan santri. Dengan demikian, Emil bukan hanya akan berhadapan dengan pasangan Deddy Mizwar-Ahmad Syaikhu yang didukung oleh PKS, Demokrat dan PAN. Sang jomblo dengan lektabilitas tinggi juga harus menghadapi koalisi PDIP, Hanura, Perindo, dan PSI.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews