Kegagalan Italia ke Piala Dunia Ulangi Kisah Tragis 60 Tahun Lalu

Rabu, 15 November 2017 | 16:00 WIB
0
443
Kegagalan Italia ke Piala Dunia Ulangi Kisah Tragis 60 Tahun Lalu

Perhelatan Piala Dunia Sepak Bola di Rusia pada 2018 terasa hambar. Alasannya Italia sebagai salah satu tim favorit gagal ke Moskow, menyusul Tim Oranye Belanda yang juga terjungkal sebelumnya. Ini di luar dugaan semua pecinta bola. Italia terkenal dengan pertahanannya yang kuat. Namun nasib bicara lain, legenda permainan bertahan ternyata kebobolan. Sungguh nasib malang bagi fans Italia di mana pun berada.

Federasi Sepak Bola Italia (Federazione Italiana Giuoco Calcio; FIGC) berdiri pada 1898 dan bergabung dengan FIFA pada 1905. Dari saat itu, tim Italia mendapatkan panggilan Gli Azzurri atau "Si Biru Langit" mengacu pada kostum utama mereka yang berwarna biru. Tim Italia seharusnya menjadi salah satu yang terkuat dengan label Liga Seri-A. Salah satu liga papan atas di Eropa.

Timnas Italia gagal lolos ke putaran final Piala Dunia 2018 karena kalah agregat dari timnas Swedia pada play off zona Eropa.  Pada pertandingan kedua play off, timnas Italia hanya bermain imbang tanpa gol melawan Swedia. Pahitnya itu terjadi di San Siro, Senin 13 November 2017 malam atau Selasa dini hari WIB.

Timnas Swedia pun mendapatkan tiket ke Rusia 2018 berkat keunggulan agregat 1-0 hasil kemenangan pada laga pertama. Nah, bila pembaca Peps tahu, kesedihan  Italia ini adalah kegagalan pertama melangkah ke putaran final Piala Dunia sejak 1958 atau 60 tahun lalu. Enam dekade lalu, tim berjulukan "Gli Azzurri" itu tersisih setelah kalah dari Irlandia Utara pada pertandingan terakhir kualifikasi, Januari 1958.

Padahal, Tim nasional sepak bola Italia telah 18 kali ikut dalam Piala Dunia FIFA. Italia absen pada 1930 dan 1958. Timnas Italia dan Jerman adalah negara setelah Brasil yang paling sering menjuarai kejuaraan Piala Dunia dengan empat raihan trofi.

Tim Italia memenangi Piala Dunia pada tahun 1934, 1938, 1982 dan 2006.  Prestasi lain adalah ketika tahun 1968 Italia berhasil menjuarai Piala Eropa sebagai satu-satunya raihan trofi Henri Delauney yang pernah direbut.

Piala Dunia FIFA memang penuh kejutan. Kali ini Piala Dunia 2018 akan memunculkan pelbagai hal baru. Salah satunya adalah ketiadaan tim dengan gaya bertahan. Italia terkenal dengan pertahanannya. Jadi wajar banyak melahirkan para pemain belakang atau beck. Sebut saja Paolo Maldini, Fabio Cannavaro, Alessandro Nesta, Gianluca Zambrota, Marco Materazzi dan lain-lain.

[irp posts="3974" name="Air Mata Tumpah Tatkala Raksasa Italia Gagal Melangkah ke Piala Dunia"]

Selain pemain belakang, Italia juga memiliki kiper atau penjaga gawang veteran, Gianluigi Buffon atau dikenal dengan Buffon atau Super Gigi. Buffon adalah kiper yang cukup terkenal dengan clean seat atau sedikit kebobolan. Bukan hanya itu, Buffon juga sangat keren dalam hal terbang ke kiri dan ke kanan untuk menghalau bola. Nasib Capten sekaligus pemegang jumlah penampilan terbanyak bersama Timnas Italia dengan 175 kali tanding tidak mampu membawa Italia berlaga di Piala Dunia 2018.

Akibat gagal ke Piala Dunia 2018, Buffon pun menyampaikan pesan maafnya. “Saya minta maaf kepada semuanya," kata Buffon di akun Twitter resmi timnas Italia. Ia pun melanjutkan bahwa ada niat untuk pensiun dari dunia kulit bundar. "Sangat disayangkan laga resmi terakhir saya bersamaan dengan kegagalan lolos ke Piala Dunia," tutur Buffon sambil meneteskan air mata, seperti dilansir BolaSport.com dari Rai Sport yang dikutip oleh kompas.com.

Butuh mesin pencetak gol

Namun, permainan sepak bola tidak bisa mengandalkan pertahanan yang kuat. Tim bola tetap mengharuskan para pemainnya mencetak gol dan memenangkan pertandingan. Di sinilah kelemahan Italia. Sudah jarang terdengar para penyerang atau striker ‘jempolan’ di Tim Italia memang.

Perkara menjebol gawang lawan, sepertinya Italia harus belajar kepada negara Amerika Latin, seperti Brasil dan Argentina. Dua negara ini sudah terkenal dengan kepiawaian membobol jaring lawan. Bahkan, sepak bola bagaikan sisi mata uang dengan negara tersebut. Tidak bisa dipisahkan kata Argentina dan Brasil dengan sepak bola.

Apabila Italia berkenan, belajar membobol bolalah kepada sesama negara Eropa seperti Spanyol, Belanda dan Jerman. Tiga negara eropa ini lumayan produktif mencetak para penyerang andal. Para pemain jebolan tiga negara eropa tersebut memiliki insting merusak pertahanan lawan dengan baik. Tipe permainan full menyerang adalah kebanggaan bagi Spanyol, Belanda dan Jerman.

***