Melihat Dunia Bersama Israel

Niat pemerintah untuk memperbaiki terus di curigai, protesnya dari parlemen sampai di pinggir jalan. Setelahnya menguap bersama kepentingan.

Sabtu, 26 Februari 2022 | 09:36 WIB
0
222
Melihat Dunia Bersama Israel
Israel (Foto: kontan.co.id)

Israel antara hujatan dan manfaat. Bangsa ini bak sekumpulan manusia yang mengganggu manusia lain. Kita pun di sini terbawa amarah kalau sudah bicara tentang mereka. 

Seolah kita sebagai pembela Palestina wajib ikut berburuk sangka atas semua prilaku bangsa Israel. Padahal yang kita bela ketua Hamas-nya tinggal di Qatar dengan kekayaan 16 triliun. Perang Palestina bukan murni urusan negara, tapi di dalamnya banyak transaksi dan komisi dagang yang harus dipiara.

Gus Dur pernah melawat ke sana, kalau tidak salah ketua PBNU yang sekarang juga pernah ke Israel. Kalau saja pemikir Islam dengan keilmuan yang begitu tinggi bisa datang ke Israel, saya berkesimpulan bahwa ada yang salah bagi orang yang hanya ikut-ikutan membenci tanpa mengerti substansinya.

Saya ikut pemikiran Gus Dur, bahkan soal toa masjid sudah ditulis Gusdur 40 tahun yang lalu, begitu jelas dan jernih kenapa suara kebisingan dari rumah ibadah itu harus dihindari, ibadahnya bagus caranya yang kurang apik.

Kembali kepada bangsa Israel, manusia dengan ras keunggulan luar biasa ini berkontribusi pada wilayah kemanusiaan, terlepas ada pro kontra sudah menjadi hal yang biasa selama manusia punya kepentingan baik buruk pun berdampingan sepanjang zaman.

Israel baru menemukan dua temuan yang luar biasa untuk kehidupan manusia. Baru saja mereka merilis temuan kornea mata sintetis yang memberi harapan kepada para tunanetra, jutaan manusia ada harapan bisa melihat keindahan dunia. Israel juga menemukan daging buatan dari sel sapi, sehingga kelak manusia bisa makan daging sapi non ternak dengan gizi prima.

Saya pernah ke Maroko melihat buah semangka yang beratnya 30 kg dalamnya nyaris 100% merah tanpa pinggiran putih, bibitnya dari Israel.

Ethiopia dihijaukan oleh Israel, sehingga hampir 70% lahan pertanian di sana disentuh oleh teknologi Israel termasuk mesin penyedia air minum di tengah gurun yang mengolah udara menjadi air siap saji. 

Sekarang China sudah hadir juga di Ethiopia, lengkaplah negeri ibunya nabi Ibrahim ini dimanusiakan oleh tangan orang yang selalu dikutuk manusia lain yang bahkan membuat isi Staples saja tak bisa.

Orang lain sudah jauh bermanfaat, kita masih terbelenggu oleh keangkuhan mengaku dekat dengan Tuhan, tapi ironinya tak mencerminkan klaim itu sendiri. Ribut saja murahan, urusan toa, urusan celana, jenggot, halal haram, tidak mampu beranjak dari perdebatan norak karena ilmunya cekak.

Saat ini disaat Tuhan menghadirkan orang luar biasa memimpin Indonesia malah di caci maki, framing menjatuhkan Jokowi sudah dari segala lini, untung Tuhan masih berbaik hati Jokowi masih mengabdi, tapi manusia cekak otak seperti kita ini masih tak mengerti. Otak udang kata orang Medan.

Bulan-bulan ini kita disibukkan oleh hal-hal sepele lagi. Dari mulai Nusantara, BPJS, Suara azan, Wayang, dll. Niat pemerintah untuk memperbaiki terus di curigai, protesnya dari parlemen sampai di pinggir jalan. Setelahnya menguap bersama kepentingan.

Saya adalah peserta BPJS bersama semua keluarga, tapi maaf kami harus bayar mahal RS, kami pakai Prudential. Jadi BPJS harus dipaksakan memang, karena didalam prosesnya melibatkan jutaan orang yang berkepentingan. Uang iuran yang kita bayarkan dipakai orang lain yang membutuhkan, apa mau bayar 300 ribu dikasi sakit empedu.

So berhentilah jadi tukang cibir, belajarlah kepada Israel agar kelak mati tak mubazir.

***