Seorang jurnalis foto baru berhenti memotret saat sudah tidak ada potensi mendapatkan foto yang lebih baik lagi daripada sebelumnya.
Pertanyaan yang sering muncul dalam seminar-seminar jurnalistik di berbagai kampus di Indonesia adalah, seberapa banyak seorang jurnalis foto memotret pada kerja liputannya. Dan untuk menjawab pertanyaan ini, harus dijelaskan dulu bahwa liputan yang satu tentu berbeda dengan liputan yang lain. Tidak akan pernah ada jawaban tunggal untuk pertanyaan ini.
Liputan kegiatan olahraga atau pergelaran busana, memerlukan sangat banyak pemotretan walau kadang cuma dipakai beberapa bingkai saja. Sedangkan pemotretan acara seperti pengumuman oleh seorang menteri, umumnya hanya memerlukan sedikit pemotretan saja.
Hal yang sering tak terungkap oleh umum adalah, seberapa sering kamera dijepretkan dalam sebuah selang waktu tertentu. Dan juga seberapa bisa pemotretan tetap dilakukan kalau sudah melewati tenggat waktu (deadline).
Untuk memberikan gambaran tentang hal ini, baiklah kita bahas peristiwa tanggal 20 Mei 2005 malam, yaitu penangkapan seseorang dengan tuduhan korupsi. Waktu itu yang ditangkap adalah Ketua KPU Nazaruddin Sjamsuddin, sehingga perhatian pers sungguh besar. Jumlah wartawan tulisn dan fotografer yang hadir sangatlah banyak, bisa dikatakan puluhan.
Dalam peristiwa ini, Kompas diwakili fotografer Agus Susanto. Dari pemotretannya terlihat (dilihat dari EXIF atau data internal berkas fotonya) bahwa Agus pertama kali menjepretkan kameranya pada pukul 23.45 WIB alias 15 menit sebelum Harian Kompas naik cetak.
Sesungguhnya tenggat waktu pengiriman foto adalah pukul 23.00 WIB, tetapi karena ini peristiwa besar kelonggaran akan tenggat waktu ditambahkan.
Kemudian, dari rangkaian foto yang dibuat fotografer berinisial AGS ini, terlihat bahwa bingkai pertama proses penangkapan Nazaruddin Sjamsuddin itu terjadi saat mobil tahanan tiba di Mapolda Metro Jaya pada pukul 23.58 WIB alias hanya dua menit sebelum Harian Kompas naik cetak. Sesungguhnya mungkin yang terjadi adalah 23.58 lewat beberapa detik. Data kamera hanya bisa mencatat sampai menit saja waktu itu.
Dari rangkaian pemotretan yang dilakukan AGS, total dalam 48 bingkai, terlihat bahwa dalam 47 bingkai terakhir pemotretan hanya dilakukan kurang dari dua menit. Dan bingkai yang terpakai untuk foto “headline” (HL) Harian KOMPAS keesokan harinya tepat dibuat pada pukul 00.00 WIB, tepat waktu seharusnya KOMPAS naik cetak. AGS memotret begitu banyak karena dia tidak kunjung tahu apakah pemotretan sudah final.Seorang jurnalis foto baru berhenti memotret saat sudah tidak ada potensi mendapatkan foto yang lebih baik lagi daripada sebelumnya.
Maka pertanyaan, seberapa boros seorang jurnalis foto memotret, sebaiknya dilanjutkan dengan pertanyaan:”Sampai kondisi apa tetap memotret?”.
Bagi seorang jurnalis foto, boros atau irit bukanlah masalah utama. Mereka mengejar momen, sampai kapan pun dan seberapa banyak bingkai pun. Jumlah pemotretan sama sekali tidak penting karena ituhanyalah bagian dari proses.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews