Di tengah berbagai perubahan dan ketidakpastian, spiritualitas adalah kunci utama untuk kesehatan jiwa.
Banyak orang bertanya, apa minat penelitian saya? Saya tidak bisa menjawab secara lugas. Di abad ini, semua orang memiliki minat khusus. Saya tidak. Saya belajar semuanya, mulai dari politik, sejarah, budaya, seni, keamanan siber, kajian agama, spiritualitas dan sebagainya, tergantung dorongan hati dan kebutuhan profesional. Bisa dibilang, minat khusus saya adalah “kehidupan secara menyeluruh”.
Saya juga sulit menjawab, ketika orang bertanya, apa agama saya. Saya dilahirkan di dalam keluarga Katolik. Namun, minat saya merentang jauh dari ajaran Katolik, dan menyentuh Zen, Buddhisme, Yoga, Vedanta, Sufi Islam, Kabbalah Yahudi, Kejawen, Sunda Wiwitan dan masih banyak lagi. Agama saya tidak bisa dipenjara dalam satu konsep yang dipaksakan pemerintah kepada rakyatnya.
Tentu saja, banyak orang bingung dengan jawaban saya. Namun, saya sama sekali tak merasa, bahwa ini adalah kelemahan. Sebaliknya, ini justru adalah kekuatan saya, yakni menjadi manusia pelintas batas. Dan di abad 21 ini, keberadaan manusia pelintas batas justru amat dibutuhkan.
Abad 21
Abad 21 ini ditandai oleh setidaknya empat hal. Pertama, abad 21 adalah abad yang kompleks. Agama dan moralitas tradisional mengalami perubahan besar. Pegangan hidup menjadi longgar, karena perubahan yang begitu cepat di berbagai bidang kehidupan. Hancurnya tata nilai lama menggiring manusia pada ketidakpastian hidup yang mencekam.
Dua, abad 21 adalah abad yang majemuk. Hampir tidak ada lagi masyarakat homogen di dunia ini. Beragam orang, dengan beragam nilai, hidup bersama di berbagai belahan dunia. Hukum menjadi pengikat dari hidup bersama, yakni hukum yang dibentuk dengan cara-cara yang demokratis.
Baca Juga: Manusia, Makanan, dan Potret Peradaban yang Timpang
Tiga, radikalisme dan terorisme agama menjadi masalah besar di abad 21. Ketika saya menulis, Sri Lanka sedang mengalami teror bom besar yang membunuh lebih dari 200 orang di beberapa gereja Katolik dan tempat umum lainnya. Diduga, pelaku serangan adalah kelompok Islam garis keras. Dalam konteks yang lebih luas, radikalisme di dalam agama Islam dan juga Kristen berkembang amat pesat di abad 21 ini.
Empat, di abad 21, perkembangan teknologi informasi, transportasi dan komunikasi mendorong proses globalisasi di berbagai belahan dunia. Budaya lokal tercabut dari akarnya, bahkan lenyap. Perkembangan bioteknologi melahirkan kecerdasan buatan yang bisa melakukan banyak pekerjaan manusia dengan jauh lebih cepat. Ancaman pengangguran pun tersebar secara global.
Pelintas Batas
Dengan empat hal di atas, maka masuk akallah untuk menjadi manusia abad 21, yakni manusia pelintas batas. Ada empat hal yang perlu diperhatikan. Pertama, kompleksitas abad 21 menuntut orang untuk siap belajar berbagai hal. Kemampuan tertinggi di abad 21 ini adalah kemampuan untuk terus mengubah diri, dan terus belajar. Jika tidak, orang akan hanyut dalam gelombang perubahan, dan ketinggalan kereta kemajuan, bahkan terjebak dalam kelompok radikal, dan menjadi teroris.
Dua, menjadi manusia pembelajar berarti menjadi manusia pelintas batas. Orang boleh menguasai satu bidang keilmuan. Tapi, ia mesti juga memiliki pengetahuan umum yang luas tentang kehidupan. Orang boleh memeluk satu agama. Tapi, ia juga mesti membuka mata terhadap berbagai kebijaksanaan yang amat indah di agama-agama lainnya. Hanya dengan begitu, orang terhindar dari radikalisme agama maupun fanatisme sempit dalam segala bentuknya.
Tiga, manusia pelintas batas adalah manusia yang kritis dan rasional. Ia tidak bisa ditipu oleh hoaks dalam berbagai bentuknya. Ia menggunakan akal budinya untuk mempertimbangkan secara adil berbagai perubahan yang muncul. Ia memiliki sikap ilmiah, namun tetap memiliki sikap welas asih dalam kesehariannya.
Empat, manusia abad 21 juga adalah manusia spiritual. Di tengah ketidakpastian yang begitu besar, orang perlu spiritualitas dalam hidupnya. Spiritualitas membuat pikirannya jernih, walaupun banyak tantangan menghadang. Di tengah berbagai perubahan dan ketidakpastian, spiritualitas adalah kunci utama untuk kesehatan jiwa.
Memang, saya punya banyak sekali minat, hampir tak terbatas. Saya mendalami beragam agama, dan akan terus melakukannya. Saya adalah manusia pelintas batas. Saya adalah manusia abad 21.
Bagaimana dengan anda?
***
Catatan: Judul asli artikel ini adalah "Manusia Abad 21"
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews