Petiklah pesan Toffler sebagai peramal masa depan, apakah pekerjaan (job) itu sebuah anakronisme? “Temukan dan kembangkan sektor jasa — suatu lapangan kerja pokok yang baru, serta sebuah kunci untuk penyerapan tenaga kerja masa depan.
“I am a greater believer in luck, and I find the harder I work the more I have of it” (Thomas Jefferson,1743-1826).
Tak ada satu makhluk pun di dunia ini tanpa memiliki kerja. Sebagai jenis aktivitas alamiah, kerja merupakan proses kehidupan eksistensial dan otentik. Tanpa kerja tak ada hidup dan kebudayaan. Kerja dengan sendirinya mengaktifkan kebudayaan. Dengan kata lain, kerja adalah bagian utama dan penting dalam evolusi kebudayaan manusia dan alam.
Dalam sejarah alam dan antropologi, istilah kerja telah menempatkan alam dan manusia berproses dan berinteraksi. Karena itu, ekonom pencetus teori “small is beautiful”, E. F. Schumacher(1911-1977) kelahiran Jerman, menuliskan perspektif filsafat kerja dalam bukunya yang lain, “Goodwork” (1979).
Hidup dalam abad-20, bagi Schumacher, adalah hidup dengan adaptasi yang sesuai struktur masyarakat industri dan teknologi. Ada tiga hal utama untuk beradaptasi dengan tekno-struktur masyarakat industri. Masyarakat yang sangat dikejutkan oleh kehandalan sains dan teknologi.
Ketiga hal utama yang dimaksud dalam memahami “goodwork” meliputi kompetensi (skill), koherensi (kedekatan) dan pemenuhan konsumsi standar proporsional yang produktif.
Teori filsafat kerja Schumacher, meski tampak utopis, memiliki fondasi ideal dalam mengekspresikan kegagapan kita yang “unskill” terhadap gempuran sekaligus gembosan masyarakat industrial yang hidup dalam “satu dimensi” Herbert Marcuse.
Bahkan struktur masyarakat “satu dimensi” telah dikulik oleh ahli filsafat kerja teknologi, Jacques Ellul (1912-1994) dalam “The Technological Society” (1954) sebagai resiko tak terhindarkan.
Karena itu, merefleksikan kembali disrupsi atas krisis filsafat kerja yang sejak era merkantelis hingga kapitalistik dewasa ini, mau tak mau harus ditilik berulang-ulang pada teori ahli futurologi, Alvin Toffler(1928-2016) dalam “The Adaptive Corporation” (1985) dan “Previews and Premises” (1983), khususnya pada bagian “masa depan pekerjaan” (the future of work).
Apa yang menarik untuk direnungkan pada krisis yang terus berulang pada dunia kerja?
Petiklah pesan Toffler sebagai peramal masa depan, apakah pekerjaan (job) itu sebuah anakronisme? “Temukan dan kembangkan sektor jasa — suatu lapangan kerja pokok yang baru, serta sebuah kunci untuk penyerapan tenaga kerja masa depan.
Fokuskan perhatian pada masalah kemanusiaan, usia lanjut (lansia), kesehatan, kesepian, dan perawatan anak. Latihan, sekali lagi latihan. Sebenarnya, latihan itu sendiri menjadi penyerap tenaga kerja, serta menjadi konsumen raksasa…”
Agaknya, bersama Schumacher, Marcuse, Ellul dan Toffler — dari masa lalu ke masa depan — hendaklah kerja dari dunia aplikasi dan adaptif dapat diteruskan hanya dengan melatih terus pikiran dan jari-jemari anda di atas alat penekan (tuts) dan layar digital.
Gambar itu, lebih hidup dengan adagium John Naisbitt (1929-2021), pencetus megatren dan paradoks global, kerja itu “high tech-high touch.” Ya. Tuhan itu Mahatinggi, Mahahalus dan Mahateliti. Dan tentu, Mahakerja (Hayyu-Qayyum).
ReO Filsawan
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews