Orang Minang, Apakah Aktivitasnya Semakin Pudar?

Menteri Agama memaksa Hamka mencabut fatwa yang dikeluarkannya waktu itu, atau kalau tidak dia akan mengundurkan diri, Buya Hamka akhirnya memilih mundur dari jabatan Ketua MUI.

Minggu, 21 Februari 2021 | 10:16 WIB
0
572
Orang Minang, Apakah Aktivitasnya Semakin Pudar?
Orang Minang (Foto: merahputih.com)

Saya memakai kata pudar, bukan hilang, karena masih banyak orang Minang yang muncul ke permukaan.

Pada hari ini, tanggal 21 Februari, merupakan tanggal dan bulan penting buat orang Minang, karena kembali membuka lembaran sejarah, bahwa Tan Malaka itu tewas ditembak oleh pasukan bangsanya sendiri di Selopanggung. 

Menurut seorang sejarawan Belanda, Harry A. Poeze, Tan Malaka tewas dieksekusi pada 21 Februari 1949 itu dilakukan oleh  pasukan dari Batalion Sikatan, Divisi Brawijaya, di Selopanggung, Kediri, Jawa Timur.

Diperjelas oleh Poeze, perintah itu datang dari Letda Soekotjo yang menurutnya adalah orang kanan paling beropini bahwa Tan Malaka harus dihabisi.

Baca Juga: Masyarakat Minang dan Tionghoa Padang yang Kompak

Poeze yang nama lengkapnya Harry A Poeze itu memang identik dengan sosok Tan Malaka. Dialah sejarawan Belanda yang paling menguasai kisah hidup aktivis politik revolusioner dalam sejarah Indonesia itu. Di balik ramainya diskusi Tan Malaka akhir-akhir ini, banyak juga mempertanyakan pada ke mana peneliti Indonesia? Jika tidak ada Poeze, bisakah cerita Tan Malaka begitu lengkap?

Iya inilah salah satu pertanyaan dari kita yang mencintai sejarah Indonesia. Kita berharap penemuan seperti ini muncul dari peneliti bangsa Indonesia sendiri, karena sumbernya banyak tersebar di Indonesia. Berharap para peneliti muda Indonesia suatu ketika mampu mengikuti jejak Poeze.

Saya lalu mendapat komentar dari Dekan Fakultas Hukum Universitas Andalas (FH Unand) Padang, Prof. Dr. Busyra Azheri :

Jangan-jangan makam Tan Malaka tidak diketahui Pak Dasman. Ada informasi dari tokoh informal di Payakumbuh, makam Tan Malaka sudah lama dipindahkan ke Payakumbuh secara diam-diam.

Informasi dari Dekan FH Unand ini sanga menarik dan saya mengusulkan agar sumber penting tersebut bisa diajak berdiskusi secara nasional.

Juga sarawan Indonesia asal Minang, Dr.  Asvi Warman Adam menjawab:  Menurut pendapat saya tidak tepat kalau dikatakan jenasah Tan Malaka (TM) dipindahkan secara simbolis dari Kediri ke Sumbar karena jenasah masih di Jatim. Beberapa tahun sebelumnya sudah dilakukan penggalian makam tersebut di bawah pimpinan keponakan TM dendan melibatkan ahli forensik Dr Jaya dkk. Lobang makam itu kemudian ditutup kembali. Yang diambil Henky tahun 2017 hanya tanah di atas makam. Mereka tidak menggali. Tanah itu yang dibawa ke Sumbar.

Itulah perkembangan tentang cerita Tan Malaka yang berasal dari Minangkabau. Berikut ini cerita tentang Buya Hamka, berasal dari Minangkabau juga.

Karena Menteri Agama waktu itu memaksa Buya Hamka untuk mencabut fatwa yang dikeluarkannya waktu itu, atau kalau tidak dia akan mengundurkan diri, Buya Hamka akhirnya memilih mengundurkan diri dari jabatan Ketua MUI pada 19 Mei 1981 dari pada harus mencabut fatwa itu. Buya Hamka selama ini dikenal sebagai ulama panutan dalam keberagaman.

Di awal kemerdekaan, banyak orang Minang di kancah kehidupan, tak terlepas dari budaya merantau yang telah melembaga dalam kehidupannya.

Terlalu banyak untuk menyebutkan satu persatu, orang Minang yang harus kita sebutkan. Cukup kita mengetahui munculnya istilah pendiri Republik Indonesia, yaitu Bung Hatta, Tan Malaka, Sjahrir, dan H. Agus Salim.

***