Didi Kempot dan Seno Nugroho adalah dua sosok yang menjadi bukti bahwa pada titik tertentu, kita akan kembali pada seni budaya sendiri.
Didi Kempot masuk ke ruang perhatian ketika beberapa tahun yang lalu ada yang menyanyikan salah satu lagunya untukku. Akan halnya dalang fenomenal Seno Nugroho menyita perhatian sejak video sinden blasteran Elisha Orcarus Allaso beredar di sosial media.
Didi Kempot dan Seno Nugroho adalah pekerja seni tradisional yang sedang digandrugi kaum millenial. Didi Kempot bisa membuat anak-anak muda menangis bersama, berjoget bersama, melepaskan himpitan rasa bersama-sama.
Tak berlebihan kalau ia menyandang Godfather of Patah Hati bagi Sobat Ambyar. Karena belum berkesempatan menyaksikan live konsernya, maka referensi hanya dari youtube. Ia seperti memahami jerit hati kaum muda yang ingin melakukan katarsis bersama-sama. Hal yang mungkin sulit dilakukan generasi sosial media.
Mereka menangis, melompat, berteriak. Persis seperti generasi sebelumnya yang berkesempatan sruduk-srudukan di lapangan bola, cebur-ceburan di sungai atau kolam renang, atau permainan lain yang akan diingat sepanjang masa.
Lagu-lagu campur sari dengan syair nelangsa itu seperti mempersatukan realitas lara hati, apakah karena ditinggal pacar atau perihal lainnya. Didi Kempot seolah melegitimasi, tidak perlu malu mengalami kegagalan. Menangis bersama lebih baik daripada dipendam sendiri.
Sama halnya dengan Didi Kempot, dalang Seno Nugroho hampir tiap hari menggelar wayang kulit. Penonton streaming mencapai puluhan ribu tiap kali ia manggung. Seno mampu menjawab tantangan zaman.
Di setiap pementasannya, Seno Nugroho menggunakan bahasa yang mudah dipahami. Limbukan dan goro-goro menjadi segmen yang paling dinanti-nanti. Itulah saat ia mampu menyerap rasa dan pikir penonton dalam candaan-candaan khas wong cilik.
Keunggulan pertunjukan Seno Nugroho bukan hanya pada sosok Elisha yang cantik dan bukan orang Jawa asli. Dalam setiap pementasannya, ia mampu menanpilkan seluruh crew dengan keunggulan masing-masing. Ia bisa membuat harmoni pertunjukan sehingga para penabuh gamelan pun memiliki penggemar sendiri.Didi Kempot dan Seno Nugroho adalah dua sosok yang menjadi bukti bahwa pada titik tertentu, kita akan kembali pada seni budaya sendiri. Kita tunggu saja seni budaya dari daerah lain. Setiap generasi memang punya cara untuk menikmati hidupnya.
Paling pas kalau nonton langsung. Kalau kelak ada lagi keinginan menyanyikan lagu Didi Kempot untukku, lagunya jangan “Pamer Bojo” meskipun senggakkannya asyik dan dinamis. “Cendol dawet... cendol dawet... seger...”
Kristin Samah
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews