Temuan dari penelitian ini juga menunjukkan bahwa mendorong lebih banyak ciuman dalam suatu hubungan dapat membantu meningkatkan hubungan dan kepuasan serta mengurangi perasaan tidak puas baik bagi pria maupun wanita.
Penelitian baru menunjukkan bahwa berciuman bisa menjadi penentu kepuasan seksual.
Poin Penting
Seberapa sering Anda mencium pasangan Anda? Setiap hari? Sekali seminggu? Hampir tidak pernah?
Apakah Anda dan pasangan berciuman terakhir kali berhubungan seks? Sama sekali tidak? Sedikit saja? Atau, mungkin, banyak?
Menurut penelitian baru, jawaban Anda atas pertanyaan-pertanyaan ini mungkin menjadi penentu seberapa puas Anda secara seksual dan dalam hubungan Anda secara umum.
Pembelajaran
Dalam sebuah studi baru, yang baru-baru ini diterbitkan dalam Journal of Sex & Marital Therapy, para peneliti tertarik pada apakah dua jenis ciuman 1) ciuman spesifik (yaitu, ciuman yang terjadi selama pertemuan seksual terakhir) dan 2) ciuman global (yaitu, berciuman dari waktu ke waktu dalam suatu hubungan) dapat memprediksi tingkat kepuasan seksual dan hubungan pasangan.
Sampel mereka terdiri dari 878 peserta (433 pria dan 445 wanita) yang berusia di atas 18 tahun dan dalam hubungan minimal 2 tahun. Sebagian besar peserta (75%) sudah menikah, 16% secara eksklusif berkencan dengan seseorang, dan 9% bertunangan. Mayoritas (78%) diidentifikasi sebagai Putih. Sebagian kecil (52,6%) wanita diidentifikasi sebagai heteroseksual eksklusif dan mayoritas (62,5%) pria diidentifikasi sebagai heteroseksual eksklusif.
Para penulis meminta peserta untuk menjawab pertanyaan berikut: “Selama pengalaman seksual terakhir Anda dengan pasangan, seberapa sering Anda mencium bibir pasangan Anda?” dengan jawaban yang diberikan pada skala Likert 5 poin (1 = "tidak ada" hingga 5 = "sangat banyak"). Frekuensi ciuman global diukur dengan pertanyaan: "Selama setahun terakhir, seberapa sering Anda mencium pasangan Anda?" dengan tanggapan yang diberikan pada skala Likert 7 poin (1 = "tidak pernah" hingga 7 = "lebih dari sekali sehari").
Penulis juga mengajukan pertanyaan kepada peserta tentang a) konsistensi orgasme, b) frekuensi seksual, c) kepuasan dan ketidakpuasan seksual, dan d) kepuasan dan ketidakpuasan hubungan. Mereka mengontrol status hubungan, ras, orientasi seksual, lama hubungan, dan pendapatan.
Temuan
Mayoritas responden melaporkan bahwa mereka mencium pasangan mereka di bibir selama hubungan seksual terakhir mereka antara 3,5 dan 4,0 pada skala Likert 5 poin (di mana 5 menunjukkan banyak ciuman selama pengalaman seksual itu). Dalam hal ciuman global, respons rata-rata adalah sekitar 6 pada skala Likert 7 poin (di mana 7 mewakili "berciuman lebih dari sekali sehari"). Dengan kata lain, partisipan melaporkan berciuman cukup sering secara umum, dan sedikit selama hubungan seksual terakhir mereka.
Untuk wanita, frekuensi ciuman tertentu (yaitu, jumlah ciuman yang dilaporkan selama pertemuan seksual terakhir mereka) ditemukan memiliki efek yang signifikan dan langsung pada konsistensi orgasme, frekuensi seksual, dan kepuasan seksual. Frekuensi ciuman global yang dilaporkan wanita (yaitu, jumlah ciuman yang dilaporkan secara umum dalam hubungan mereka) memiliki efek langsung yang signifikan pada konsistensi orgasme, frekuensi seksual, ketidakpuasan seksual, kepuasan hubungan, dan ketidakpuasan hubungan.
Untuk pria, frekuensi ciuman tertentu memiliki efek langsung yang signifikan pada frekuensi seksual dan kepuasan seksual. Frekuensi ciuman global yang dilaporkan pria memiliki efek langsung yang signifikan pada konsistensi orgasme, frekuensi seksual, kepuasan seksual, ketidakpuasan seksual, dan ketidakpuasan hubungan.
Berkenaan dengan perbedaan gender, konsistensi orgasme dan kepuasan seksual wanita lebih kuat dipengaruhi oleh ciuman tertentu (yaitu, ciuman selama pertemuan seksual terakhir mereka). Namun, untuk pria, ukuran ciuman global (yaitu, seberapa sering mereka melaporkan mencium pasangannya secara umum) lebih kuat terkait dengan seksual dan ketidakpuasan hubungan daripada ukuran ciuman tertentu.
Apa Arti Temuan Ini?
Temuan dari penelitian ini menunjukkan bahwa berciuman merupakan prediktor penting kepuasan seksual dan hubungan untuk pria dan wanita dalam hubungan jangka panjang.
Para peneliti mencatat bahwa ukuran ciuman secara global memiliki pengaruh yang lebih besar pada ketidakpuasan seksual dan hubungan daripada ukuran ciuman khusus untuk kedua jenis kelamin, serta pengaruh yang jauh lebih besar pada ukuran ketidakpuasan seksual (dibandingkan dengan ukuran kepuasan seksual). Temuan ini menunjukkan bahwa tidak berciuman dalam hubungan seseorang mungkin menjadi penentu ketidakpuasan hubungan pria dan wanita. Namun, itu juga bisa berarti bahwa mereka yang lebih tidak puas dalam hubungan mereka mungkin lebih jarang mencium pasangannya.
Yang Kita Peroleh
Meskipun ada banyak sekali faktor yang diketahui memengaruhi kepuasan seksual dan hubungan kita (misalnya, komunikasi, stres, kesehatan mental, penyakit fisik, pesan sosial dan budaya, dan lain-lain), penelitian ini menyarankan bahwa kita juga harus mempertimbangkan frekuensi berciuman dalam hubungan intim kita.
Sementara penelitian lebih lanjut diperlukan untuk melihat apakah temuan ini direplikasi dalam sampel lain, penulis menyarankan bahwa mendorong ciuman dalam hubungan dapat menjadi intervensi yang membantu bagi wanita yang ingin mengalami orgasme yang lebih konsisten dan meningkatkan frekuensi seksual mereka.
Temuan dari penelitian ini juga menunjukkan bahwa mendorong lebih banyak ciuman dalam suatu hubungan dapat membantu meningkatkan hubungan dan kepuasan serta mengurangi perasaan tidak puas baik bagi pria maupun wanita.
***
Solo, Jumat, 24 September 2021. 10:56 pm
'salam hangat penuh cinta'
Suko Waspodo
suka idea
antologi puisi suko
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews