Hindari kerumunan atau keramaian dan jaga jarak untuk menghindari penyebaran virus corona. Kalau nekat berkerumun atau bergerombol ntar kayak bebek yang terserang virus flu burung.
Ada wabah atau virus yang menyerang hewan ternak atau unggas (bebek, burung puyuh, ayam potong/petelor dan ayam kampung), tetapi ada juga wabah atau virus yang menyerang manusia.
Wabah atau virus yang menyerang hewan ternak atau unggas seperti flu burung (H5N1) atau flu babi (H1N1). Tetapi ada juga wabah atau virus yang berasal dari hewan dan menular ke manusia.
Lima tahun yang lalu, waktu saya pulang kampung, sebelah rumah ada tetangga dan adik sepupu punya samben atau sampingan ternak "meri" atau anak bebek untuk dibesarkan dan dijual sebelum bertelur atau remaja. Dan sebelum ternak kandang sudah disemprot disinfektan terlebih dahulu. Rata-rata perternak sudah paham soal itu atau tidak perlu diajari lagi. Belum lagi obat atau yang ditaruh dalam minuman untuk menghindari terserang penyakit.
Tapi apa yang terjadi, sudah menghitung untung karena meri atau anak bebek itu sudah besar dan menginjak remaja,tiba-tiba datang wabah atau virus flu burung. Dalam hitungan hari atau minggu, bebek yang sudah menginjak remaja itu mati dan tak tersisa. Kalau pun tersisa, biasanya juga mengalami kecacatan seperti buta dan ayan. Padahal jumlahnya bukan puluhan ekor, tapi ratusan sampai dengan tiga ratus ekor.
Seperti efek domino, kalau ada bebek yang mati, yang lain juga akan ikut menyusul mati. Malah tanpa ada gejala. Mati tiba-tiba dan kejang-kejang dalam hitungan menit langsung wasalam alias mati. Kerugian materi di atas puluhan juta dan tidak ada yang mengganti.
Tidak ada obat atau vaksin yang manjur untuk mengatasi flue burung ini. Solusinya hanya tidak berternak selama satu tahun supaya flu burung itu menghilang. Atau unggas tersebut dikubur dan dibakar.
Flu burung rata-rata menyerang unggas yang diternak secara koloni atau satu kandang diisi ratusan atau ribuan ekor. Seperti ternak bebek, ayam potong atau petelur dan burung puyuh. Tetapi ayam kampung yang diliarkan lebih tahan terhadap serangan virus flu burung. Mungking karena ayam kampung menjaga jarak.
Nah, sekarang wabah atau virus yang menyerang manusia yaitu virus corona atau covid-19. Pola serangannya hampir mirip dengan flu burung sebenarnya. Yaitu virus ini mudah menyebar secara cepat. Hanya kalau virus corona menyerang manusia tidak menyebabkan kematian mendadak atau tiba-tiba seperti flu burung yang menyerang unggas.
Nah mengapa untuk menghindari penyebaran virus corona dengan tidak berkerumun atau harus menjaga jarak antara manusia yang satu dengan yang lainnya?
Belajar dari kejadian flu burung, virus ini menyerang unggas dengan sangat cepat kepada hewan ternak yang sifatnya koloni atau satu kandang diisi dengan ratusan atau ribuan ekor. Begitu juga dengan flu babi yang menyerang perternak babi yang sifatnya koloni. Jarang ada celeng atau babi hutan terserang virus flu babi.
Dan untuk menghindari atau mencegah menularnya virus flu burung atau flu babi bisa dengan cara dikubur atau dibakar hidup-hidup.
Tapi kalau manusia terjangkit virus corona tentu tidak bisa disamakan dengan cara mengatasi flu burung atau babi. Manusia harus diobati dan dirawat. Masak mau dibakar, sungguh tidak manusiawi. Sekalipun zaman dulu atau waktu masa penjajahan untuk mengatasi penyebaran virus seperti Pes, ada kampung-kampung yang sengaja dibakar dan tak jarang manusianya juga ikut dibakar.
Oleh karena itu hindari kerumunan atau keramaian dan jaga jarak untuk menghindari penyebaran virus corona. Kalau kalian nekat berkerumun atau bergerombol ntar kayak bebek yang terserang virus flu burung. Karena virus corona menyukai tempat yang ramai atau berkerumun.
"Ojo ngeyelan".
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews