Di Indonesia Menhankam menyebut ada 3 persen militer Indonesia telah terpapar ideologi radikalisme, menolak Pancasila. Ini sangat menakutkan.
Si Otong yang orang kampung itu menyembah. Orang kulit putih itu dianggap tuhan. Superior. Kulit putih, Kaukasus, orang asing, bahkan negro dianggap superior. Lebih tinggi derajatnya. Padahal gelandangan Tenabang.
Maka, ada orang berkulit coklat menikahi bule. Geger. Viral. Nur Khamid menikahi Alexandria Robinson. Risal Hamid mengawini Julie Martha. Ilaria Bianco Monte kecantol Dzulfikar. Sumardin menikah dengan Ermina Fransisca. Sofia Latjuba dengan Indra Lesmana. Pait dan perempuan Inggris bernama Jennifer. Menikah. Siti Hajar Tilaria alias Hadiati dengan Allie. Hasilnya, Enzo Allie.
Otong pun terkejut. Selalu penderita minderwaardigheidscomplex alias penyakit merasa rendah diri di hadapan orang asing menyeruak. Begitu ada satu orang bule di tengah orang coklat, bule itu dianggap top marketop. Sir. Mister. Tuan. Nyonya menjadi panggilan.
Kadang bule juga risih, tapi ketika tahu orang Indonesia model si Otong sesungguhnya menghamba, merasa minder dan inferior, di situlah bule dan negro mulai mengerjai.
Ada grup perusahaan di Indonesia (milik orang Indonesia) yang memanfaatkan inferiority complex
ini untuk kepentingan usaha. Semua property dia di-GM-i oleh orang bule (meskipun bego si bule), penting karyawan Indonesia nurut. Hahaha.
Nah, bule India, Zakir Naik bahkan sampai diterima JK. Penceramah kulit gelap gulita di tengah malam berjenggot lebat banyak berkeliaran di Sukabumi, Cianjur, Bogor – dipuja-puji. Seolah mereka penjamin keselamatan yang datang dari surga yang dijanjikan.
Lagi-lagi karena minderwaardihediscomplex membuat omongan mereka diikuti. Radikalisme dan konservatisme dibangun, lewat sisi rusak yakni ideologi khilafah.
Si Otong tidak tahu. Hizbut Tahrir itu seperti bunglon. Mereka akan mengikuti warna yang akan disusupi. Apapun bentuknya. Kredo Hizbut Tahrir (HTI) adalah (1) kaderisasi, (2) sosialisasi, (3) mengambil alih. Itu kredo Hizbut Tahrir.
Pengikut ideologi khilafah, selalu berusaha masuk ke Tentara, gagal di Yordania, Iraq dan Turki. Mereka menyusupi militer Mesir lewat Ikhwanul Muslimin (IM), memberondong Presiden Anwar Sadat. Tewas.
Di Indonesia Menhankam menyebut ada 3 persen militer Indonesia telah terpapar ideologi radikalisme, menolak Pancasila. Ini sangat menakutkan.
Jika Enzo juga seperti yang tampak di media social, menenteng bendera Khilafah, sungguh ini kecolongan. Pun ibunya adalah gambaran dari simpatisan khilafah seperti terpapar di media sosialnya.
Padahal Jokowi tidak menoleransi ideologi anti Pancasila.
“Tidak ada toleransi sedikit pun bagi yang mengganggu Pancasila! Yang mempermasalahkan Pancasila!” kata Jokowi di Sentul, Minggu (14/07/2019).
"Pecat saja. Tidak dukung Pancasila kok mau jadi tentara, itu namanya pengkhianat. Saya nggak suka pengkhianat," kata Ryamizard di Istana Negara, Jakarta Pusat, Rabu (7/9/2019).
Oleh karena itu, langkah-langkah yang telah dipaparkan ke publik dari stake holders permasalahan Enzo yang tampak menenteng bendera hitam khilafah hanya perlu pembuktian pendek: Enzo dan Ibunya itu sebenarnya seperti apa. Netizen dan rakyat Indonesia menunggu. Itu saja.
Dan, Enzo hanyalah orang setengah bule seperti para istri pemuda-pemuda di atas. Tak lebih dan tak kurang. Mental buruk minderwaardiheidscomplex (minder mengeret kecil tak berdaya) di depan orang asing, harus kita buang ke laut. Mental si Otong kita buang.
Ninoy N. Karundeng, penulis.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews