Apa yang kita tebarkan itulah yang akan kita panen. Kita sebarkan kebaikan insya Allah berbuah kebaikan.
Kaget bukan kepalang. Sama sekali tidak menyangka bila berakibat sedemikian fatal. Jejak digital di media sosial memang sangat luar biasa dahsyat dampaknya. Itulah sekelumit kesan yang saya tangkap atas akibat postingan seseorang. Keteledorannya telah menjadi karma baginya untuk selamanya.
Tidak ada keharusan untuk sependapat dengan seseorang. Kita boleh berbeda pendapat. Kita boleh berbeda jalan pikiran. Kita boleh memilih jalan yang berbeda dengan orang lain. Siapa bilang kaki kuda ada empat? Darimana kita melihatnya dari sudut itulah jawaban akan diberikan.
Masalahnya adalah kita sering mengukur kebenaran sesuai persepsi masing-masing. Kita suka mengukur baju orang lain dengan ukuran baju kita. Daya nalar setiap orang tentu berbeda-beda sehingga kemampuan bernalar pun harus dihormati.
Ketika kita sudah menghormati perbedaan itu, kita akan lebih berhati-hati dimana pun dan kapan pun. Kita tidak akan sembrono mengeluarkan pendapat lisan dan tulisan secara emosional. Begitu kita teledor dan keteledoran itu ditangkap orang lain, habislah sudah....
Sudah banyak oknum PNS, pejabat negara, pegawai BUMN, karyawan perusahaan ditegur atasan. Mereka diberikan sanksi hingga dipecat karena teledor bermain di media sosial. Bahkan tidak sedikit ibu-ibu dan bapak-bapak yang ikut menyebarkan hoaks dan ujaran kebencian yang akhirnya mendekam di penjara. Entah terbawa arus politik, agama, hingga SARA.
Jangan pernah beranggapan bahwa semua orang dalam sebuah grup itu sependapat. Ada juga yang berbeda pendapat dan itu harus kita hormati. Bila kita gemar memaksakan diri seraya menganggap pendapatnya yang paling benar hingga mengabaikan saran dan kritik teman, berhati-hatilah. Sangat boleh jadi ada teman yang ambil capture atau screenshot atas ujaran kebencian itu.
Maka, marilah kita gunakan media sosial ini dengan bijak. Jangan hancurkan karier dan keluarga yang sudah puluhan tahun dibangun hanya karena latah di media sosial.
Tahan jari bila hati penuh emosi. Sepandai apapun menyimpan aib pasti akan ketahuan juga. Jangan pernah mengira akun anonim atau dihapusnya postingan tidak dapat dilacak.
Saat ini mungkin masih aman karena Allah masih mencintai kita dengan menutup aib-aib kita. Kita masih diberikan kesempatan oleh Allah untuk bertobat dari kegemaran negatif itu.Maka mari kita gunakan kesempatan ini untuk memperbaiki diri. Jangan sampai semuanya terlambat akibat ketidakmampuan menahan emosi.
Apa yang kita tebarkan itulah yang akan kita panen. Kita sebarkan kebaikan insya Allah berbuah kebaikan. Sebaliknya, kita pun akan memanen keburukan karena kita pun gemar menyemai kejahatan. Renungkanlah bila kita mati dan buah keteledoran itu menjadi dosa jariyah. Innalilah....
"Sungguh kamu berbuat baik itu untuk dirimu sendiri. Dan sungguh kamu berbuat jahat pun untuk dirimu sendiri" (QS Al Isra: 7).
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews